RED. [Chapter 1] Shoot Me

gemsattur
6 min readNov 2, 2023

--

— GeminiFourth Local AU.
90% Narrative Story (1k words)

TRIGGER WARNING
Gun, Blood

(Chapter 1) Theme Song : https://open.spotify.com/track/5cKeC327UDL8MtVJhbOYQM?si=uHs3I1k4QQm2d-xVHyNdhg&utm_source=copy-link

The only person who can visualize color in my sight
- Grey

Merah dan biru lampu storbo terbias pada malam yang terguyur hujan. Beberapa mobil polisi terparkir melingkar mengepung area. Belasan orang behambur keluar dari mobilnya masing-masing, beberapa memakai seragam dan berapa tidak.

Tim 1, barat! Tim 2, Timur!” tegas lelaki dengan jaket kulit hitamnya yang basah, membagi wilayah pencarian

Baik ketua!” jawab Tim 1 yang langsung melaksanakan perintah atasannya diikuti dengan beberapa polisi berseragam sebagai back up

Jangan lengah, Win” ucap ketua Kepala Divisi Reserse Kriminal yang dijawab dengan anggukan oleh juniornya. Mereka semua bergegas memulai pencarian.

Malam begitu mencekam. Hujan mengguyur kota yang tak kunjung berhenti sejak sore. Terdengar suara langkah kaki menapak pada aspal yang becek, terbirit melangkah tak tentu arah. Langit terlalu gelap, jalan di pemukiman kecil ini tak terlihat jelas.

Ergh!” Grey mengerang, menahan sakit yang timbul tiap ia melangkahkan kaki.

Jarak pandang yang pendek membuat pria itu menyipitkan mata, mencoba memfokuskan pengelihatannya yang buram. Nafasnya menderu ditengah tubuh yang basah kuyup.

Darah menodai kemeja putih Grey, yang berasal dari luka sayat di perutnya dan hanya bisa ia tutupi dengan tangan. Sesekali kakinya menabrak objek yang tak bisa dilihatnya dengan jelas, membuat Grey beberapa kali tersandung kehilangan keseimbangan, namun dengan cepat ia bangkit dan lari.

Cari sampai ketemu!” tegas ketua tim 1 terdengar dibalik tembok jejeran rumah pemukiman ini.

Menyadari dirinya belum berhasil keluar dari kepungan orang-orang itu, Grey melangkahkan kakinya cepat menjauh dari arah suara.

Shit!” Grey memutar balik langkah saat menemukan jalan buntu pada jalurnya. Namun niat itu segera diurungkannya saat mendengar langkah kaki lain semakin dekat.

Matanya bergerak cepat menyapu sekitar, ia cukup kesulitan karna semua terlihat menyatu dalam gelap. Sampai matanya berhasil menemukan pagar kawat yang bisa dipanjat untuk melarikan diri.

Ergh!” erangnya merasakan sakit pada lukanya saat berhasil menapakkan kaki setelah memanjat pagar, lalu bergegas pergi dari tempat itu.

Disini tidak ada, ketua!

Grey berhenti, dengan cepat ia mengambil satu langkah mundur lalu menempelkan punggungnya pada tembok untuk menyembunyikan diri. Mereka ada dimana-mana.

Ddrrrt! Drrrt!
Ponsel Grey bergetar, sungguh di waktu yang kurang tepat.

Shit!” gerutu Grey memegangi kantung celananya.

Seseorang berhenti tak jauh dibalik tembok tempat Grey bersembunyi. Suara hujan tampaknya tak mengurangi daya pendengarannya. Orang yang tadi di panggil ‘ketua’ itu melangkahkan kakinya mendekat pada sumber suara.

Dilangkahkan kakinya ragu, seraya menodongkan pistol. Matanya disipitkan, memaksa gendang telinganya memilah antara suara hujan yang tumpang tindih dengan suara mencurigakan itu.

Drrrtt! Ddrrtt!
Grey menahan nafas. Ditekannya benda kotak di kantong dalam jasnya itu, guna meredam suara. Sampai pria berjaket kulit hitam tersisa hanya beberapa langkah dibalik tembok.

Getaran ponsel Grey berhenti, begitu juga dengan langkah pria itu.

Jantung Grey berdegup kencang, ia berusaha keras mengatur nafasnya yang menderu. Tangannya mengepal keras, saat ini ia tak bersenjata apapun untuk melindungi diri.

Siapa disana?! Keluar!” ucap pria itu

Grey mendongakkan kepala. Matanya tertutup rapat hingga berkerut, bibirnya terkatup sedikit tergigit. Situasi ini benar-benar memicu adrenalinnya. Orang itu kembali melanjutkan langkahnya, kini ia benar-benar tinggal 3 langkah dari tembok.

Grey menyiagakan posisinya, bersiap menyerang orang itu jikalau dia berhasil menemukanya.

Ketua! Disini!!!” teriak seorang lainnya dari kejauhan menghentikan langkah pria berjaket kulit itu.

HEY KAU!! BERHENTI!” teriaknya lagi membuat pria berjaket kulit itu bergegas pergi menghampiri sumber suara. Nafas Grey terhela kencang. Setelah beberapa menit tertahan dikerongkongannya.

Drrrt! Drrrt!
Suara getaran kembali terdengar. Nama ‘Matteo’ tertera pada layar ponsel illegalnya itu. Grey mengangkat telfonnya,

Grey, bukit belakang pemukiman!

Shit! Kenapa sejauh itu!!

Polisi mengepung seluruh area. Aku sudah mengirim beberapa orang untuk mengelabuhi. Cepat!

Grey segera menutup sambungan telfonnya.

Dirasa situasi sudah aman, Grey melangkah pergi. Kembali diterjangnya rintik hujan yang terasa seperti jarum menusuk kulitnya. Warna setelan jas maroonnya menggelap, kemeja putih didalamnya menempel pada kulit mencetak lekuk tubuh kekar Grey.

Fuck!

Gerutu Grey saat lagi-lagi menemukan jalan buntu. Pemukiman ini seperti labirin, kampung halamannya ini masih terasa asing.

Grey memutar otak, mengorek kembali ingatannya untuk menemukan jalan keluar dari pemukiman ini.

Grey..

DEG!
Seseorang menemukannya, menyapanya dari belakang.

Suara itu tak asing di telinga Grey, membuat ujung bibirnya tertarik puas. Sebenarnya suara itu lah yang ditunggu. Dugaan Grey tak pernah meleset, sosok itu memang selalu berhasil menemukannya.

Again, you found me..” decak Grey dengan senyum seringainya

Berhenti” ucap pria itu

Grey tersenyum tipis dibalik punggungnya.

Angkat tangan..” tegas pria itu dengan suara sedikit bergetar, membuat Grey terkekeh kecil mendengarnya.

Grey mengangkat kedua tangan, membalikkan tubuhnya perlahan menghadap sumber suara.

Ia tertawa kecil, saat melihat pria yang berada tak jauh darinya itu siaga menodongkan pistol. Mata pria itu memerah tertutup rambutnya yang basah, mulutnya terkatup rapat, dagunya sedikit gemetar.

Sosok itu terlihat memancarkan warna ditengah dunia abu-abu Grey. Satu-satunya visualisasi warna yang selama ini tak pernah diketahui pria dengan Achromatopsia seumur hidupnya.

Achromatopsia : Buta warna total (Total colorblindness)

Nathan,” sapa Grey sumringah membuat pria itu menggertakan giginya

Ngga seharusnya kamu sentuh Saka, Grey…” ucapnya dengan mulut sedikit kaku

Kenapa ngga?

Dia Saka, Grey! Aku ngga bisa hidup tanpa dia!

Jadi kamu bisa hidup tanpa aku?” timpal Grey menusuk jantung Nathan. Ia pun tak bisa hidup tanpa Grey.

Saka satu-satunya yang aku punya Grey..

How about me?” timpal Grey menohok. Nathan menggigit bibir bawahnya, berusaha mengelak dari kenyataan bahwa Ia pun tak mau kehilangan Grey.

Nathan menitihkan air mata yang hampir tak terlihat tertutup bulir hujan, Grey menghampiri pria itu.

Berhenti” ucap Nathan menahan luapan emosi yang meronta keluar.

You cried,

Grey!” Nathan mengencangkan genggaman pada pistolnya

You can’t do it,” ucap Grey sama sekali tidak merasa terancam oleh lawan bicaranya

You don’t know me..” sangkalnya seraya menarik pelatuk pistol.

Grey tak kunjung menghentikan langkahnya. Senyum seringainya terkembang menyaksikan gerak-gerik Nathan yang berusaha menguatkan diri ditengah belenggu keraguannya.

Of course, I know you..” timpal Grey.

Nathan masih mematung di tempatnya, perasaan dan logika bergelut hebat dalam dirinya. Membuat dadanya sesak dan pikirannya kalut. Tangannya gemetar mengiringi langkah Grey yang semakin dekat,

Shoot me” ucap Grey yang kini menempelkan dadanya pada ujung pistol Nathan

Grey!

Do it!!” lanjut Grey mengarahkan tangkai pistol Nathan menempel pada dada kirinya

Grey stop!!

TEMBAK, NATHAN!” bentak Grey kini mencengkram kuat tangan Nathan yang masih menggengam pistolnya.

Galih!!” pekik Nathan mencoba melepaskan tangannya dari Grey

SHOOT ME!!!

BBANG!

Dentuman peluru memecah hening. Waktu terhenti sejenak. Hujan yang masih mengguyur malam, menjadi bumbu penyedap situasi mencekam ini. Tangan Nathan jatuh lemas disamping tubuhnya, jarinya longgar masih menggenggam pistolnya.

Galih…

.

.

To be continue..

--

--