Binar Academy: Suatu Perayaan dan Penghargaan pada Diri Sendiri
Salah satu kutipan dalam Novel Padang Bulan karya Andrea Hirata menyebutkan bahwa belajar adalah bentuk perayaan dan penghargaan pada diri sendiri,
“Orang-orang itu telah melupakan bahwa belajar tidaklah melulu untuk mengejar dan membuktikan sesuatu, namun belajar itu sendiri adalah perayaan dan penghargaan pada diri sendiri” (Hirata 2010, h. 197).
Mungkin tidak semua orang berpikir bahwa belajar adalah cara untuk menghargai diri sendiri. Kadangkala kita berfokus pada hasil, tanpa hirau dengan proses yang kita lalui. Padahal, proses sendiri dapat memberikan makna yang berkesan dan memengaruhi pribadi kita. Bagi saya, belajar adalah proses tanpa akhir. Proses panjang untuk menyiapkan diri kita menghadapi berbagai permasalahan. Apapun latar belakang kita, dalam kehidupan selalu ada bermacam permasalahan yang dihadapi.
Permasalahan tersebut tidak hanya mendewasakan kita namun juga mengembangkan kemampuan yang kita miliki. Kita selalu dituntut untuk berpikir mencari suatu solusi. Salah satu hal yang mengingatkan saya akan ungkapan salah satu dosen sewaktu di bangku kuliah “Aku berpikir, maka aku ada”. Lantas, apakah eksistensi manusia semakin memudar ketika dia berhenti berpikir?
Pada dasarnya, motivasi terbesar saya mengikuti Binar Academy adalah untuk belajar. Klise mungkin bagi sebagian orang. Motivasi sederhana apabila tanpa komitmen yang kuat dapat menjadi buah simalakama. Apalagi kalau kita menyerah di tengah jalan. Saya sadar, banyak hal yang belum saya pahami sebagai seorang Quality Assurance (QA). Hal inilah yang membuat saya terpacu untuk mempelajari QA secara lebih mendalam, dengan kemampuan saya yang masih belum “mumpuni”. Akhirnya, saya melihat banyak hal yang bisa digali dari role seorang QA.
Sebagai seorang lulusan Fisipol, dapat dikatakan saya terdampar di dunia QA. Walaupun demikian, saya pernah menjadi bagian dari salah satu Perusahaan Game Multinasional di Yogyakarta. Sebelum akhirnya, beralih sebagai QA untuk website. Belajar mengenai Information Technology (IT) merupakan hal baru bagi saya. Lebih tepatnya sebuah tantangan yang memikat. Terlebih mengenai automation yang dipelajari di kelas QA. Kami diharapkan mampu membuat script test sendiri. Sejujurnya, saya selalu terkesima dengan programmer yang membuat suatu aplikasi atau website berjalan dengan baik. Terlihat atraktif bagi saya. Hal yang belum mampu untuk saya lakukan.
Seringkali teman-teman mempertanyakan mengenai pekerjaan saya. Mereka ingin mengetahui bagaimana saya bisa bekerja sebagai QA, yang notabene tidaklah relevan dengan latar belakang pendidikan saya. Mereka akan menyarankan saya untuk bekerja sebagai praktisi politik, jurnalis, atau bahkan politikus. Bagi saya, tidak perlu mempolitisir suatu hal hanya karena saya seorang lulusan Fisipol. Saya hanya berusaha untuk beradaptasi dengan pekerjaan saya dengan menekankan profesionalisme kerja. Sesuatu yang jamak dilakukan oleh pekerja pada umumnya. Hal simple yang biasa terjadi. Di sisi lain, ada pula yang mengagumi kesungguhan saya untuk belajar. Sebenernya, toh hal tersebut kembali ke pilihan hidup setiap orang, bagaimana kita bisa nyaman dan bertanggung-jawab menjalaninya. Bukan karena ikut arus, tetapi karena memiliki dasar untuk bertahan dalam pilihan tersebut.
Pada awalnya, saya mendaftar Binar Academy dan berada di Batch 10. Proses pembelajaran pun akan dimulai di bulan November. Akan tetapi teman saya, Cindy menawarkan untuk satu batch dengan dia di Batch 7. Kebetulan ada temannya yang ingin bertukar Batch dengan saya. Sebuah kesempatan yang tidak saya tolak. Singkat cerita, setelah menyatakan komitmen kepada Master Ibnu, saya resmi pindah Batch. Saya merasa antusias bergabung dengan Binar Academy. Suatu hal yang membuat saya termotivasi untuk maju dan mengembangkan kemampuan yang saya miliki.
Pembagian kelompok pun diumumkan. Saya berada di TIM C. Tema yang diberikan untuk Batch kami adalah Seni dan Budaya. Product Manager (PM) saya adalah Heru. Seorang yang lebih muda dari saya dan belum memiliki pengalaman sebagai seorang PM. Namun memiliki semangat untuk belajar. Bagi saya cukup mampu memberi dorongan positif dalam tim. Awalnya, tidak mudah untuk menentukan produk apa yang akan kami kembangkan. Banyak ide dan gagasan yang diberikan sebelum akhirnya berujung pada “SAKATA”. Sebuah aplikasi terjemahan bahasa daerah yang mengangkat unsur lokalitas dengan penekanan pada nilai budaya daerah di Indonesia.
Pada kenyataannya, tidaklah mudah untuk mengembangkan produk kami. Ada berbagai hambatan yang dialami. Dinamika dalam tim yang tidak bisa kami hindari. Sebuah drama yang menguras tenaga di satu sisi, akan tetapi proses yang pantas untuk dilalui. Demi sebuah aplikasi yang bagi kami adalah sebuah kebanggan. Hasil dari perjuangan kami yang tergolong newbie amatiran. Kami sadar bahwa aplikasi kami ini memiliki banyak kelemahan dan jauh dari kata sempurna. Namun, saya merasa bangga dengan teman-teman yang tidak pernah menyerah untuk berjuang serta memiliki semangat yang tinggi. Bahkan tidak berkeberatan untuk lembur sampai larut malam.
Memang ada saat, ketika tim kami berada di titik terlemah. Akan tetapi, kembali lagi pada semangat serta komitmen teman-teman yang pantas diacungi jempol. Sebuah aura positif yang kami jaga di tim. Walaupun ada beberapa anggota kami yang hilang tanpa kabar bahkan tidak peduli dengan produk kami ini. Hal ini tidak lantas membuat kami menyerah begitu saja. Pada akhirnya, kami dapat mempersembahkan “SAKATA” di Showcase. Suatu produk di mana masing-masing dari anggota tim terlibat di dalamnya. Setiap dari kami memegang peranan penting yang tidak bisa diabaikan. Perasaan memiliki akan suatu produk yang kami kembangkan bersama.
Saya pun sangat bersyukur memiliki Mentor yang hebat di kelas QA. Mereka adalah para ahli di bidangnya, adalah suatu kehormatan belajar dari mereka. Kami belajar dari dasar terkait QA testing sampai hal yang lebih kompleks mengenai API dan Automation Testing di Website dan Android. Perlahan saya dapat memahami hal tersebut dengan latar belakang saya yang bukan seorang lulusan IT. Peluang untuk belajar dan dibimbing langsung oleh para Master selalu terbuka lebar. Kami memiliki kesempatan seluasnya untuk bertanya. Mereka memberikan stimulus untuk kami mencari dan belajar sendiri. Apabila kami tidak mengerti pun, pertanyaan kami selalu dijawab. Hal yang belum tentu ditemukan di tempat lain.
Pada akhirnya, saya menemukan bahwa latar belakang lulusan seseorang tidaklah penting. Hal yang terutama adalah niat serta kesungguhan hati. Kita tidak akan bertahan tanpa itu. Orang akan mudah menyerah tanpa motivasi yang kuat. Apapun yang tidak didasari dari niat tidak akan bertahan lama. Hasil pun tidak akan mengkhianati usaha yang kita lakukan. Setiap jerih-payah akan terbayar lunas setara dengan apa yang kita perjuangkan.
Kita patut berbangga hati memiliki kesempatan untuk belajar di Binar Academy. Hal yang terutama bukanlah capaian kita semata. Akan tetapi, melalui proses belajar tersebut kita semakin menghargai atau mengenal diri kita sendiri. Di balik itu semua ada suka, duka, tawa dan canda dalam setiap anggota tim. Kebersamaan yang terbangun dalam beberapa bulan lalu telah memberikan warna berbeda dalam hidup saya. Ada berbagai kenangan yang tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata. Pelajaran yang tidak bisa dinilai bahkan oleh materi sekalipun. Tidak semua orang dapat menikmati pengalaman yang kita rasakan sekarang. Sesuatu yang tidak pantas untuk kita siakan dan buang percuma.
Sebagai bagian dari Alumni Binar Academy, kita seharusnya merayakan proses yang telah berlangsung selama kurang lebih dua bulan belakangan ini. Betapa kita telah bergulat dalam proses yang menyita waktu dan perhatian, akan tetapi kita tidak menyerah. Sebaliknya, kita bisa membuktikan diri sebagai sosok yang tangguh. Mulai dari sekarang, perjalanan kita masih panjang. Ada tantangan lain yang harus kita taklukan. Terima kasih Binar Academy untuk kesempatan yang diberikan. Pada akhirnya, biarkan secuil perasaan bangga menjadi bagian dari Binar Academy menjadi semangat bagi kita untuk berbuat lebih lagi seterusnya.