Ghina Zakiyah
5 min readMar 13, 2023
KOREAN WAVE
Picture by https://www.kompasiana.com/

BERTAHAN HIDUP DITENGAH GEMPARAN KOREAN WAVE



Korean Wave adalah istilah yang menggambarkan tersebarnya budaya korea secara global di berbagai negara di seluruh dunia. Korean Wave ini sendiri sudah dimulai sejak tahun 1990-an DAN menyebabkan banyak orang di dunia mempelajari bahasa bahkan kebudayaan korea. Menurut Fachrosi, dkk (2020) merebaknya budaya Korea pada tingkat dunia biasa disebut dengan Korean Wave yang kemudian juga merambah pada isu Internasional sera Globalisasi di tingkat dunia. Korean Wave ini muncul melalui produk hiburan korea seperti K-drama, K-pop (korean music), kartun korea, dan bahkan melalui Korean Style. Ilmuan politik Amerika Joseph Nye menginterprestasikan Korean Wave sebagai “semakin populernya segala hal mengenai Korea, mulai dari fashion dan film hingga musik dan masakan.”

Bagaimana dengan Indonesia? Apakah Indonesia juga menjadi salah satu negara yang terpengaruh oleh korean wave? Tentu saja iya. Penyebaran dan pengaruh dari korean wave di Indonesia sendiri sudah terasa sejak tahun 2000 silam. Diawali dengan siaran televisi Indosiar yang menayangkan drama korea yang berjudul ‘Winter Sonata’ dan ‘Endless Love’ lalu disusul oleh stasiun televisi Trans TV yang menyiarkan drama korea yang berjudul ‘Glass Shoes and Lover’. Begitulah awal dari kemunculan korean wave di Indonesia, dari tahun ke tahun popularitas korea di Indonesia terus mengalami perkembangan hingga puncaknya dalam 2 dekade terakhir. Isu Korean Wave ini telah masuk ke Indonesia pada tahun 2004 dan hingga kini antusiasmenya masih sangat besar, terutama pada kalangan muda maupun remaja wanita. Hal ini menyebabkan budaya Korea dengan mudah bisa diterima dan berkembang di tengah masyarakat Indonesia.

Perkembangan teknologi akibat faktor Globlisasi ini yang menyebabkan besarnya antusisme publik terhadap Korean Wave khususnya di Indonesia. Seiring berjalannya waktu, budaya korea banyak diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari oleh para pecinta budaya korea. Mulai dari makanan, gaya bicara, bahasa, make up, fashion, skin care dan lain-lain. Bahkan sekarang banyak anak muda yang mulai belajar bahasa korea. Rasanya anak muda zaman sekarang lebih cenderung mengenal publik figure di Korea dari pada di Indonesia. Mereka dengan bangga menirukan tarian-tarian atau dance dari boy/girl group kesukaan mereka, tetapi jarang kita temui ada anak muda yang bangga membawakan tarian tradisional Indonesia, tentunya keadaan ini cukup memprihatinkan.

Perkembangan K-pop di Indonesia meledak pada tahun 2019 saat itu banyak boy group dan girl group korea yang melakukan konser di Indonesia, hingga sampai detik ini K-pop masih terus digandrungi oleh penduduk Indonesia. Indonesia yang saat ini merupakan negara dengan jumlah penduduk terbesar ke-4 di dunia menjadi rumah bagi jutaan K-popers. Pada tahun 2019, Twitter mengumumkan daftar negara yang paling banyak men-tweet terkait artis K-pop atau K-drama sepanjang 2019, dan Indonesia berada pada peringkat ke-3 setelah Thailand dan Korea Selatan. Sedangkan untuk penayangan video-video K-pop di Youtube berdasarkan negara, Indonesia menempati posisi ke-2 dengan presentase 9,9% dan Korea sendiri menempati posisi 1 dengan presentase yang tak jauh berbeda dari Indonesia yaitu 10,1%.

Indonesia dikenal dengan memiliki fanbase yang loyal dan fanatik dalam dunia K-pop. Hal ini lah yang menyebabkan Indonesia menjadi ‘pasar’ yang sangat menjajikan untuk Korea Selatan melalui media K-pop. Padahal menjadi K-pop itu tidak mudah dan perlu mengeluarkan dana lebih untuk bisa menonton konser, album, merchandies dll. Menurut hasil survey IDN Times (2019) 40,7% K-pop di Indonesia berasal dari kalangan 20-25 tahun, 38,1% berusia 15-20 tahun, 11,9% berusia lebih dari 25 tahun, dan 9,3% berusia 10-25 tahun. Hal ini membuktikan bahwasannya Korean Wave sudah meracuni semua kalangan, bukan hanya anak muda saja tetapi semua kalangan juga merasakan dampak Korean Wave ini.

Tapi meski begitu, adanya Krean Wave ini memiliki dampak positif dan juga dampak negatif. Dampak positifnya, Indonesia menjadi lebih dikenal di Korea karena kefanatikan fans Indonesia hal ini menjadikan banyaknya penduduk Korea Selatan yang belajar budaya Indonesia. Jamhari (2015) menyebutkan, saat ini Bahasa Indonesia menjadi lebih popular dan minat orang Korea untuk belajar Bahasa Indonesia pun meningkat, terbukti dengan adanya 3 Universitas di Korea Selatan yang menawarkan program belajar Bahasa Indonesia yaitu Hankuk University of Foreign Studies (HUFS), Busan University of Foreign Studies (BUFS), dan Universitas Woosong. Hal ini didukung pula dengan banyaknya perusahaan Korea yang berinvestasi di Indonesia. Selain itu Indonesia dan Korea Selatan sepakat untuk meningkatkan perdagangan bilateral mereka menjadi 30 miliar dolar AS pada tahun 2022. Selain itu, para K-popers juga mendapatkan dampak positif dari adanya Korean Wave ini yaitu cara pandang mereka berubah menjadi lebih terbuka di berbagai aspek kehidupan, menjadi lebih bahagia dan banyak yang bangkit dari depresi.

Namun, arus Korean Wive juga menimbulkan dampak negatif diantaranya: rasa nasionalisme penduduk Indonesia menjadi luntur karena lebih tertarik dengan budaya korea, perilaku hidup boros, lebih menyukai produk luar negri dari pada dalam negri, perubahan gaya hidup yang mengikuti Korean Life Style, terjadinya pergeseran budaya Indonesia yang tergantikan oleh budaya Korea, munculnya fanatisme yang berlebihan dan fatalnya dapat memicu war antar penggemar yang menyebabkan perpecahan diantara para penggemar, dan masih banyak dampak lainnya.

Lalu bagaimana kita menyikapi Korean Wave ini? Apakah kita harus menentang adanya Korean Wave? Mengikuti perkembangan zaman sesuai arus Globalisasi memang tidak masalah apalagi dengan adanya Korean Wave namun ingat bahwasannya sesuatu yang berlebihan itu tidak baik, alangkah lebih baik jika kita bisa mengambil dampak positif dan bisa menghindari dampak negatif dari Korean Wave itu sendiri. Selama Korean Wave tidak memberikan pengaruh yang buruk dan tidak mengganggu eksistensi budaya Indonesia maka mari kita dukung eksistensinya. Ketika kita mengikuti Korean Wave ini kita harus selektif terhadap budaya asing yang masuk ke Indonesia, jangan lupa untuk selalu menumbuhkan semangat nasionalisme dengan cara mencintai produk lokal dan tinggalkan gaya hidup konsumerisme, tanamkan dan amalkan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila, ikut melestarikan dan mengenalkan budaya kita sendiri ke luar negri jika Korea bisa membawa budayanya ke seluruh belahan dunia mengapa kita tidak bisa?

Apakah popularitas budaya Korea akan mengancam budaya Indonesia? Saya rasa kita tidak perlu mengkhawatirkan hal ini karena seperti tren budaya lainnya, budaya korea juga pasti akan ada masa surutnya. “Kebudayaan popular itu sifatnya dinamis, bisa datang dan pergi kapan saja. Sebaliknya kita harus mulai mengemas budaya kita agar bisa diterima dengan mudah dalam skala global.” Ucap Zaini ( Dosen Program Studi Bahasa dan Kebudayaan Korea di Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia )