Tentang Ring of Fire yang Selalu On Fire!

Hadyan Pratama
6 min readFeb 17, 2018

--

Google trends untuk keywords gempa

Beberapa waktu lalu Ibukota dihebohkan dengan gempa yang berkekuatan 6,4 magnitudo berpusat di Lebak Banten. Walaupun sempat membuat kepanikan massal, namun gempa ini tidak ‘seberapa’ merusak dibandingkan gempa-gempa yang dulu pernah terjadi di Indonesia. Selang beberapa hari kemudian, terasa guncangan gempa lagi di Jakarta. Memang sebagai negara yang terletak di ring of fire membuat Indonesia sudah menjadi langgangan berurusan dengan gempa. Namun, gempa dengan magnitudo lebih dari 5 dan dengan posisi yang hampir sama menyulut rasa penasaran Saya, Apakah ring of fire benar-benar on fire?. Ternayata saya tidak sendirian, jutaan rakyat Indonesia juga penasaran dengan fenomena gempa Jakarta ini. Ini dibuktikan dengan melonjaknya kata gempa di mesin pencarian canggih, Google. Padahal selama lima tahun terakhir, bisa dibilang adem ayem. Selain mencari tentang gempa, masyarakat Indonesia juga sangat aware dengan kejadian gempa, terbukti keywords ‘gempa hari ini’ menjadi google trends yang kedua.

5 quires teratas berkaitan dengan gempa

Berangkat dari perasaan penasaran tadi, saya nekat untuk mencari jawaban atas kegundahan hati ini, dan mudah-mudahan juga menjawab kegundahan hati orang banyak juga. Berbekal pengetahuan gempa dari mata kuliah Seismologi yang masuk kelas hanya untuk mengerjakan kuis, sedikit keterampilan mengolah data yang didapat dari semalaman nonton Udemy, serta tentunya Wakwak White Coffee to chillin’ ma emosyen.

https://media.giphy.com/media/ceeFbVxiZzMBi/giphy.gif

Pertama mari kita menyamakan presepsi tentang gempa. Jadi, menurut pemikiran saya gempa merupakan tanah yang bergerak, nah bergeraknya itu tentu disebabkan oleh sesuatu hal, dalam kasus gempa tektonik seperti yang terjadi di Jakarta, hal tersebut adalah lempeng bumi. Lempeng ini bergerak, saling bergesekan, menghunjam, berjauhan, menjatuhkan dan saling bersaing dengan cara tidak sehat seperti kang nasi goreng yang ada disetiap pengkolan. Seperti pengkolan tempat kumpulnya mas-mas nasi goreng, Indonesia juga tempat kumpulnya lempeng-lempeng, baik lempeng benua, maupun lempeng samudera, sebut saja Lempeng Eurasia, Lempeng Indo-Autralia, dan Lempeng Pasifik. Nah, lempeng-lempeng ini tidak segan-segan bergesekan satu sama lainnya, akibatnya di Indonesia sendiri banyak terjadi kejadian tektonik, dan gunung berapi. Istilah keren dari tempat kumpulnya lempeng-lempeng ini adalah “Ring of Fire”. Balik lagi kepertanyaan awal, apakah Ring of fire lagi on fire? Terus di tempat-tempat mana saja sih yang menjadi sasaran gempa-gempa ini.

Data dari USGS

Untuk menjawab pertanyaan diatas tentulah kita membutuhkan data. Data gempa bumi saat ini banyak sekali tersedia di internet, baik lokal maupun internasional. Di Indonesia sendiri kita mempunyai BMKG, melalui repo gempa BMKG kita dapat mengakses gempa yang dicatat oleh stasiun BMKG adapun prosedurnya pengambilan datanya kita terlebih dahulu mengisi semacam buku tamu, dan memberi tahu data yang kita gunakan bertujuan untuk apa. Selain lokal, terdapat beberapa website penyedia gempa dari luar seperti USGS, ISC, dan lain sebagainya. Adapun perbedaannya adalah pada waktu tiba pertama gelombang gempa tersebut tercatat. Pada dataset kali ini, saya mengambil data dari USGS dan BMKG. Untuk BMKG sendiri, data dari gempa hanya maksimal selama satu tahun. Sedangkan di USGS pengguna dapat dengan mudah menentukan kedalaman, besar magnitudo, posisinya dan sebagainya. Dalam dataset ini saya menggunakan gempa selama 5 tahun yang terjadi di latitude -11.288, 5.855 dan longitude 94.57, 140.625.

  1. Indonesia berlangganan gempa
Grafik tingkat kekuatan gempa dengan waktu terjadinya gempa

Ini merupakan gambaran betapa banyaknya gempa yang terjadi di Indonesia sejak awal tahun 2014 sampai awal tahun 2018. Menurut BMKG, sebanyak 4500 gempa terjadi setiap tahunnya di Indonesia. Kemudian pertanyaannya adalah, jika gempa terjadi setiap hari, kenapa yang hanya kita rasakan hanya beberapanya saja? Sebenarnya tidak semua gempa yang terjadi dapat kita rasakan, khususnya jika titik gempa tersebut berada di tempat yang jauh dan kedalaman yang dalam. Bukan hanya lokasi gempa saja yang mempengaruhi seberapa gempa dapat terasa, magnitudo gempa juga memegang peranan penting disini, kemudian ada juga perbedaan lapisan tanah dan lain sebagainya.

2. Gempa berbahaya seperti apa?

Seperti yang telah disinggung di atas, bahwa tidak semua gempa itu berbahaya, lalu bagaiman kita tahu gempa tersebut bahaya atau tidak? Nah, indikatornya ada 2, magnitudo dan kedalaman. Magnitudo merupakan ukuran kekuatan gempa. Gempa Aceh atau biasanya dikenal dengan Sumtra earthquake 2004 magnitudonya mencapai 9.2 Mw. Gempa tersebut juga menyebabkan tsunami, yang bukan hanya terjadi di Aceh namun beberapa negara lainnya. Kemudian, bagaimana magnitudo dari gempa selama 4 tahun ini?

Grafik gempa dengan magnitudo > 6 Mw dengan waktu terjadinya

Hanya ada beberapa event dengan magnitudo lebih dari 6 Mw yang tercatat di dataset ini. Salah satu yang terbesar adalah gempa yang terjadi di Sumatera Barat tanggal 2 Maret 2016. Kemudian timbul pertanyaan, mengapa gempa tersebut tidak menyebabkan tsunami seperti yang terjadi di Aceh? Selain karena magnitudonya yang kecil dibandingkan dengan gempa Aceh 2004, kedalaman suatu gempa juga berpengaruh dalam hal ini. Semakin gempa tersebut terjadi di kedalaman yang dangkal maka kemungkinan terjadi tsunami lebih besar dibandingkan dengan tempat yang dalam. Dan dalam dataset yang saya gunakan, menunjukkan bahwa banyak gempa dengan magnitudo yang besar terjadi di kedalaman yang dalam, hal inilah yang membuat beberapa gempa yang terjadi tidak berpotensi tsunami.

Kedalaman versus besar magnitudo

3. Posisi gempa

Setelah mengetahui apa saja kriteria gempa yang berbahaya itu, sekarang mari kita lihat tempat gempa tersebut biasanya nongkrong. Caranya dengan memanfaatkan salah satu fitur dari google maps yaitu my maps dan kemudian menginput data latitude dan longitude dari gempa berbahaya. Hasilnya dapat dilihat disini. Dalam waktu 4 tahun terakhir, daerah timur Indonesia terdapat sejumlah gempa yang terjadi, sedangkan untuk wilayah Jawa dan Sumatera hanya terdapat beberapa gempa dengan magnitudo besar dan kedalaman dangkal yang terjadi.

Masih ada yang di Malaysia dan Filipina. Belum sempet bersihin 😐

Kesimpulannya adalah Indonesia yang terletak di Ring of Fire sejatinya selalu on fire, dibuktikan dengan banyaknya gempa yang terjadi di Indonesia baik dengan magnitude kecil maupun besar, dan dengan kedalaman yang berbeda-beda. Selain anak SMA, gempa merupakan salah satu fenomena alam yang sulit sekali ditebak, dan bisa terjadi dimana saja. Namun dengan memanfaatkan sedikit data, setidaknya kita dapat melihat perilaku dari gempa tersebut, tidak ubahnya pendekatan dengan seorang wanita. Setelah mengetahui kebiasaan dan perilakunya barulah kita dapat mengambil tindakan yang tepat dan dapat hidup dengan lebih nyaman dan sejahtera di lingkaran api ini. Yang terakhir, dan yang selalu ingin saya tekankan saat berhadapan dengan situasi seperti gempa ini adalah agar kita selalu waspada dan tidak panik. Ikuti setiap prosedur yang sudah selalu disampaikan, tetap update dengan informasi khususnya gempa yang dapat diperoleh dari aplikasi BMKG, dan yang terpenting adalah jangan memperkeruh suasana dengan menyebarkan berita-berita bohong. In God we trust, all others must bring data.

https://media.giphy.com/media/FRRK3vMJ4no52/giphy.gif

Tautan ke github https://github.com/hpratama/gempaindonesia

--

--