; The Kiss and Confess

echcosunflw
3 min readFeb 18, 2023

— CW // Kiss

“Lo gapapa?” Tanya Haaiz memulai percakapan. Sementara Izel masih menikmati ice cream mochi yang Haaiz berikan padanya.

Perempuan itu menoleh sebentar, kemudian kembali fokus pada ice cream yang berada di tangannya. “Ya gapapa, orang gue aja lagi makan ice cream kok.”

“Bukan fisik, tapi hati lu.”

Izel terdiam dari kegiatan memakannya. Entahlah, rasanya ia sangat sulit menjawab pertanyaan yang Haaiz berikan.

“Zel?”

Izel menoleh dan mendapati Haaiz yang tengah menatapnya lembut. Sungguh membuatnya seperti tersihir oleh tatapan itu. Perlahan tapi pasti Haaiz mulai mendekatkan wajahnya pada Izel. Jarak keduanya kini hanya terpaut beberapa centi saja, hingga detak jantung keduanya terdengar saling bersautan.

“Jadi mau bales mantan lu gak?” Haaiz bertanya pelan, terdengar seperti berbisik.

Sejujurnya Izel sangat bingung harus menjawab apa. Rasanya ia ingin melampiaskan amarahnya dengan berciuman dengan Haaiz, tapi bukankah itu sangat egois?

“Sesekali jadi egois gapapa, Zel.” Perkataan Haaiz selanjutnya membuat Izel merasa cowok itu memahami apa yang ia pikirkan sekarang.

“Kalo gitu gue mau jadi egois sekali, Iz.”

Haaiz tersenyum mendengar jawaban Izel. Pria itu lantas mulai menyapu lembut bibir Izel. Begitupun dengan Izel yang membalas ciuman Haaiz dengan lembut dan tanpa tergesa-gesa. Kedua remaja itu nampak menikmati apa yang sedang terjadi saat ini.

Beberapa saat setelahnya, Haaiz menarik dirinya beberapa centi dari Izel. Menatap lembut surai cokelat yang sangat disukainya sejak tujuh tahun yang lalu. Tak pernah sedikitpun ia berpaling dari gadis pemilik surat cokelat itu. Azeila Grizelloise atau yang biasa disapa Izel, menjadi satu-satunya perempuan yang Haaiz sukai selama tujuh tahun belakangan ini.

“I love you, Azeila Grizelloise. Kali ini gua gamau keduluan lagi, Zel. Tujuh tahun gue selalu keduluan sama beberapa mantan lo, tapi kali ini gak akan.” Izel nampak sangat terkejut dengan pengakuan Haaiz yang sangat mendadak itu. Tapi perempuan itu hanya diam, membiarkan sang adam berbicara.

“Gua gak bakal maksa lo buat jadi pacar gue sekarang, pengakuan ini uda cukup buat gua, Zel. Tapi setelah pengakuan ini gua bakal terus merjuangin lu supaya gua bisa jadi pacar lo. Jadi izinin gua ya?”

Sungguh otaknya sangat tidak bisa berpikir secara jernih sekarang. Jadi selama ini Haaiz menyukainya? Yang benar saja? Ah lupakan itu, sekarang bagaimana ia menjawab pertanyaan Haaiz?

“Zel?”

“Ya.”

“Jadi boleh?”

Izel tak bisa berkata apa-apa lagi, ia hanya bisa mengangguk sebagai jawabannya. Biarlah, sekarang sudah ia pasrahkan semuanya kepada semesta. Biar semesta berjalan semestinya.

Kembali Haaiz menyapu bibir Izel dengan lembut. Menyalurkan perasaannya yang selama tujuh tahun ini dipendamnya. Sementara Izel yang membalasnya lembut namun tak mengerti mengapa ia melakukannya. Pikirannya sudah sangat kacau.

*TING!

Bunyi notifikasi dari ponsel Izel membuat keduanya menyudahi ciuman itu secara mendadak. Keduanya pun kini nampak canggung seperti sedang bingung apa yang barusan mereka lakukan. Mengindari hal itu, Izel mengambil ponselnya untuk melihat siapa yang mengiriminya pesan barusan.

“ANJIR!” Perempuan itu langsung mengumpat begitu melihat chat yang masuk dari Karine.

Sontak hal tersebut membuat Haaiz menoleh dan melihat apa yang membuat Izel bereaksi seperti itu. Berbeda dengan Izel, Haaiz hanya tersenyum melihat hal itu.

“Bagus, Zel. Kirimin ke gue dong,” ujar Haaiz, membuat Izel langsung menoleh kepadanya.

“Kirimin apanya, gak ada!”

“Yaudah, gue aja deh yang take ulang. Ayo ciuman lagi!”

“LO MAU GUE GEBUK???!!”

--

--