Cakahim.

duapuluhtiga
4 min readMay 13, 2023

Ntah harus nyesel atau nggak, yang pasti Narael sedikit paham kenapa Saga di depan sana terus terusan nengok ke arah dia.

Kevin, si manusia yang gak pernah puas itu berdiri dengan senyum kemenangan bareng gerombolannya. Narael sempet emosi waktu Kevin nyamperin dia buat tepuk pantatnya, untung ada Hidam yang gercep ajak Narael duduk.

Suasana udah panas waktu Narael sama Hidam dateng, karena tadinya emang mereka iseng jadi gak terlalu ngikutin alur debat yang gak ada habisnya itu.

Tapi waktu Erlan, si calon nomor 2 itu orasi sambil nyinggung nama Saga, Narael jadi ikutan fokus, apalagi yang dukung Erlan ini gerombolan Kevin semua, Narael beneran jadi gak tenang.

“Misi lanjutan saya yaitu membangun transparansi dan pelayanan bebas lapor untuk memberantas kekerasan dan juga konten seksual dari berbagai sisi, hal tersebut saya kedepankan karena banyaknya dukungan dari teman-teman semua. Dalam artian lain bahwa isu seksual ini sedang merebak di lingkungan kita, tetapi aksi nyatanya belum ada hingga saat ini.”

“Padahal jika kita lihat lebih jauh, sudah ada penggagas yang lebih dulu menggaungkan pemberentasan isu seksual ini, tahun lalu, saya tergerak oleh orasi yang digaungkan oleh Kakak tingkat sekaligus mahasiswa berprestasi kebanggaan kampus, Kak Saga Bhanu Mahadi perihal kekerasan seksual yang harus diberantas di lingkungan kampus. Maka dari itu saya menjadikan hal tersebut sebagai salah satu misi yang akan saya jalankan ketika saya terpilih menjadi ketua himpunan di masa jabatan ini.”

Riuh tepuk tangan langsung terdengar menggelegar memenuhi ruangan, hal tersebut membuktikan bahwa kemenangan telah digaungankan.

Wildan, si moderator yang ditunjuk untuk mengatur jalannya persidangan turut memberikan selebrasi, berakhir dengan menyebut nama Saga untuk lanjut verifikasi, “Bagaimana Bang Saga? Apakah ada komentar terkait misi dari saudara Erlan? Sepertinya Bang Saga nih full senyum karena salah satu misinya bakal diwujudkan.”

Narael di belakang ikut tegang, kayaknya emang ada yang gak beres perihal pemilihan cakahim ini.

Narael nengok ke arah Hidam yang lagi fokus, terus ngelirik ke arah Kevin di belakang yang ternyata lagi natap ke arah Narael juga, rasanya Narael beneran pengen timpuk muka Kevin sekarang juga, soalnya cowok itu malah ngedip genit ke arah dia.

Anjing, inimah beneran gak beres.

“Tentu saya mendukung gerakan yang saudara Erlan lakukan, bagaimanapun misi tersebut dilakukan demi menjaga kesejahteraan di lingkungan kampus kita tercinta ini. Saya sangat berterimakasih dan juga berharap bahwa misi tersebut dapat berjalan sesuai harapan, tentunya saya juga berharap bahwa layanan tersebut bisa menjadi wadah bagi para mahasiswa untuk mendapat perlindungan.”

Narael yang mendengar penuturan Saga itu langsung refleks nengok ke arah Hidam yang ternyata juga lagi nengok ke arah dia. Sepertinya Saga sudah memiliki rencana.

“Izin menanggapi moderator!”

Loka, si alumni yang cukup dikenal banyak kritik itu kembali mengacungkan tangan untuk kesekian kalinya.

“Iya, silahkan Kang.”

“Baik terima kasih moderator, saya ingin bertanya kepada cakahim nomor 2, terkait misi pemberantasan konten seksual ini maksudnya bagaimana? Apakah ketika anda merumuskan misi tersebut memang ada contoh nyata di prodi ini atau hanya asal-asalan? Karena akibat tentu ada sebabnya dong, kalau memang tidak ada menurut saya hapus aja misi tersebut, terlalu buang-buang waktu.”

Suasana kembali tegang, sebagian ada yang fokus, ada juga yang saling berbisik mengutarakan pendapat mereka masing-masing kepada teman di sebelahnya.

“Baik terima kasih, Kang Loka, izinkan saya untuk menjawab pertanyaannya, terkait misi yang saya cantumkan ini tentu bukan hanya misi yang sekedar tulis, saya mempertimbangkan setelah banyak laporan yang masuk terkait adanya penyebaran konten pornografi di lingkungan kampus, menurut saya hal tersebut harus ditindak lanjuti lebih jauh agar keamana dan kenyamanan warga kampus tidak terganggu.”

“Banyak laporan ini seberapa banyak? Kenapa gak langsung aja laporin ke pihak kampus kalau memang beneran ada? Bukannya kampus juga udah fasilitasin wadah buat nerima laporan?” Serang Loka lagi.

“Saya kategorikan banyak karena laporannya lebih dari satu, Kang. Memang betul kampus sudah menyediakan, tapi bukti bahwa masih banyak laporan menandakan bahwa kebanyakan mahasiswa masih takut untuk melapor, sehingga misi yang saja jalankan bisa mengoptimalkan pelaporan.”

Loka meneguk air dari botol mineralnya, sepertinya ini akan menjadi debat yang lumayan panjang, “Laporannya ini gimana? Siapa? Orang yang sama atau emang beneran banyak oknum kaya gitu di kampus?”

“Saat ini saya belum memastikan berapa banyak, Kang, karena kan program kerjanya belum mulai.”

“Yaudah kalau gitu yang udah pasti, siapa hah? Jangan sampe ngarang, punya program itu harus jelas.”

Semua audiens hening, menunggu kelanjutan perdebatan yang membuahkan hasil ketegangan diantara mereka.

“Kenapa diem? Katanya banyak yang lapor? Siapa? Jadi kahim harus berani tegas, program lu sendiri kan? Takut?” Sulut Loka lagi.

“Saya tunjuk, Kang?”

“Tunjuk lah, biar sekalian tau cara kerjanya gimana, jangan sekedar omong doang.”

Sekali lagi Saga menengok ke belakang, ia berani sumpah telah menyesal membiarkan si kucing hadir pada persidangan kali ini.

--

--