Eyes to Heaven

duapuluhtiga
9 min readMay 17, 2023

Saga cuma bisa bengong waktu buka pintu kamar Taste Dominic dan langsung disambut peluk Narael yang menunggunya. Ditambah sekarang Narael malah nangis, kan Saga jadi ikutan panik.

“Ael? Hey… Kitty, kenapa?”

Saga berusaha nenangin si kucing, dia tepuk-tepuk punggungnya, terus usap-usap juga kepalanya tapi Narael belum juga mau lepasin pelukannya, kan Saga makin khawatir, jangan-jangan Narael mikir takut ditinggal lagi.

“Kitty?”

“Mas… let’s end of this.

“Maksudnya?!”

Narael hampir aja kebentur sama kepala Saga kalau aja tangannya gak buru-buru buat megang tangan pacarnya itu, soalnya Saga tiba-tiba lepasin pelukan Narael, terlalu kaget dengan ucapan Narael yang ambigu.

“Ih… maksudnya kegiatan ngonten kita, udahan ya?”

Narael natap Saga dengan tulus. Masih ada bekas tangisan di pipi si kucing, bikin tangan Saga refleks hapus jejak air mata sendunya.

“Narael…”

“Bukan karena Ael takut kita ketauan, tapi sekarang kamu punya aku, Mas.”

Narael ambil kedua tangan Saga buat di tumpu pake tangannya, “Mas Saga punya Ael disini.”

Tangan si kucing terulur ke atas, gapai rambut hitam legam milik pacarnya, lalu ia usap-usap lembut hingga ke ujung, “tau gak Mas? Ael paling suka mainin rambut kamu, lembut terus wangi, padahal shampoo yang kita pake sama, tapi setelah kamu pake bisa nenangin Ael waktu tidur.”

Narael senyum ke arah Saga, terus mundur beberapa langkah. Awalnya Saga bingung dan bertanya-tanya apa yang bakal dilakuin si kucingnya itu, tapi ternyata Narael mundur buat pura-pura lagi motret Saga pake kedua jarinya, “kepala kamu tuh kayaknya cocok pake model rambut apapun, selalu ganteng.”

“Ael suka cowok ganteng?” Tanya Saga.

“Suka, makanya Ael pacarin kamu, Mas.”

Saga ikutan senyum, apalagi Narael maju kearahnya lagi, terus ulurin tangannya buat raba wajah si pacar di depannya.

Saga yang paham kalau wajah si kucing makin deket otomatis majuin juga kepalanya, jemput si kucing di tengah. Tetapi belum sampai pada tujuannya, bibir Saga tiba-tiba di tutup pakai telapak tangan si kucing.

Bukan ini yang Nael maksud.

“Dih, kegeeran mau dicium.”

“Gak mau cium aku?”

“Gak!”

Saga cemberut, bikin si kucing senyum lebar. Seneng karena udah jahilin tuannya.

“Mas…”

Narael lepas kacamata yang masih di pakai Saga, dia selipkan di saku kemeja pacarnya, abis gitu rapihin rambut depan Saga yang hampir mengenai mata.

Kini Narael tangkup wajah Saga pakai kedua tangannya, beruntung tinggi keduanya sejajar, bikin si kucing gak perlu susah untuk jinjit dan bisa mengagumi pahatan wajah sempurna milik pacarnya dengan jelas.

“Indah banget, Mas Saga.”

“Hmm?”

Sebenarnya Saga belum menangkap tujuan Narael melakukan ini, karena kini fikirannya penuh dengan perkataan Narael di awal tadi.

“Kamu indah banget, Mas.” Ucap Narael lagi.

Narael pandang takjub wajah Saga yang hanya sekitar 10 cm di depannya. Ia baru sadar bahwa selama ini, Narael jarang mengagumi Saga secara vokal. Narael lebih suka mengumpat di dalam hati,

saat Saga keluar dari kamar mandi dengan handuk di pinggangnya.

saat Saga berangkat ke kampus dengan kacamata yang bertengger di hidungnya.

saat Saga duduk tegang dengan takhta taste dominic di kamarnya.

saat Saga menutup mata dengan tenang pada tidur lelapnya.

Semuanya, hanya hati Narael yang tahu betapa si kucing sangat memuja Saga Bhanu Mahadi tanpa henti.

Baik saat Saga di atasnya,

atau saat Saga berjalan di sebelahnya.

Dari sisi manapun, Saga telah menjadi objek favoritnya.

All this beauty in the world, but my eyes are only satisfied when I look at you.”

Narael kecup lama pucuk hidung mancung Saga dengan bibirnya. Narael hanya ingin tahu bahwa dirinya mengagumi Saga sama seperti halnya Saga terhadap dirinya.

“Kitty…” Saga memegang tangan Narael yang masih menangkup wajahnya, ingin Nael berhenti untuk melakukan ini kepadanya.

“Mas… heaven’s in your eyes.”

“Iya?”

“Iya, tiap pagi Ael selalu ngerasa tenang waktu kamu udah bangun terus ngeliatin Ael.”

“Mau tidur yang Ael cari pertama juga mata kamu, selalu tenang waktu tahu kalau kamu ada, Mas.”

Narael deketin lagi bibirnya, kali ini objek sasarannya tahi lalat di bawah mata pacarnya itu, “cantik, Mas.”

“Ael gak pernah tahu kalau tahi lalat bakalan se-attractive ini sebelum ketemu kamu.”

Stop it…”

Saga udah pengen nangis, ia lupa kalau Narael sama-sama cowok yang pinter berkata-kata manis.

Tapi bukan karena itu air mata Saga menetes, Saga hanya bahagia karena ada orang yang mengaguminya selantang ini.

Silahkan katakan Saga gila pujian, karena sepanjang hidupnya dulu dia selalu penasaran bagaimana rasanya di cintai dengan dalam.

Fase sekolah bagaikan angin lalu, tapi juga yang paling membekas dalam ingatannya.

Dulu saat teman-temannya mulai menggandeng tangan seseorang yang dicintainya, jok motor belakang Saga selalu kosong.

Wajar jika lelaki itu kehilangan kepercayaan diri, tetapi mau seberapa keraspun Saga mencoba, tak pernah ada seseorang yang menarik di indra penglihatannya.

Begitupun tak pernah ada orang yang terang-terangan mendekatinya, meski kalau kata Kak Sara, “lo tuh lebih ganteng dari si Saka tau!”

Tapi Saga tetep gak bisa nerima kenyataan kalau Saka lebih populer dibandingkan dirinya. Kembarannya itu bahkan bisa gonta ganti pacar dalam kurun waktu sebulan.

Hal tersebut membawa kesimpulan bagi dirinya sendiri, bahwa Saga tak menarik.

Sering Saga termenung dan menatap dirinya sendiri di cermin,

menatap lekat-lekat wajahnya, bentuk tubuhnya.

Hanya dia yang bisa tersenyum untuk dirinya sendiri.

Diam-diam berpose dan memamerkan hal yang tak pernah orang lain tahu. Saga simpan semuanya sendiri.

Tak heran jika Saga sangat suka cermin, sebab dia bisa mengagumi seseorang dalam dirinya tanpa henti.

Setidaknya, cermin membuat Saga lebih percaya diri, sebab di dalam sana Saga dapat melihat dirinya yang tak pernah bisa dilihat orang lain.

Lalu saat dirinya mengenal Newyear, Saga tak pernah menyesal untuk memunculkan karakter Taste Dominic pada dirinya.

Seakan-akan ia menemukan dunia baru yang sudah lama dicarinya,

dunia ketika orang lain memandangnya dengan terpana,

dunia ketika orang lain memujannya dengan terpukau,

dunia ketika orang lain mengetahuinya dengan asing,

Taste Dominic adalah wujud dari kelemahan Saga yang sudah lama terpendam dan kini tumbuh menjadi sosok paling ajaib pada dirinya.

Lalu saat ini, Narael berhasil masuk pada dunia Saga.

Dunia yang akan Narael rebut untuk ia miliki sepenuhnya.

I want to give you the same warmth and happiness you give me, Mas.”

Narael mulai mengecupi leher milik Saga, kecupan lembut dengan hati-hati, seakan leher itu adalah benda paling rapuh yang pernah ada.

You’re not just human being, you are art.”

Saga cuma bisa nyerahin diri sekarang, luka dan kekhawatirannya serasa dimanjakan.

He saved me, in every way that a person can be.

Narael masih sibuk mengecupi bagian atas Saga, bahkan keduanya sudah berada di atas ranjang. Saga membiarkan Narael duduk pada pangkuannya untuk menguasai dirinya.

Saga akan membiarkan itu semua, untuk Narael.

Sementara si kucing kini memandang tubuh Saga depan tatapan takjub. Narael bangga bisa melucuti pakaian Saga secepat ini.

Lihat dia bisa kan? Dia bisa membuat Saga duduk tenang menunggu pergerakannya.

“Mas….”

“Hmm?”

“Jangan sange.”

Saga tersenyum lalu mengelus belakang pantat Narael dipangkuannya, “kamu dudukin ‘itu’ gimana bisa aku nggak?”

“Ish….”

Narael peluk erat badan atas Saga yang udah polos tanpa benang, ingin melanjutkan aksinya, tapi Narael tak ingin berakhir dengan mendesah.

Ada banyak hal yang ingin Narael bicarakan dengan pacarnya itu.

“Kok berhenti? Nyerah?” Ucap Saga kini memeluk balik badan si kucing.

I’m so glad we exist at the same time, my world is a little lighter with you in it, Mas.”

“Kamu manis banget malem ini, Kitty.”

“Kata pacarku aku selalu manis.”

“Pacar kamu siapa?”

“Saga Bhanu Mahadi.”

Saga gemas, berakhir mengeratkan peluknya pada punggung si kucing. Memiliki seseorang untuk dipeluk itu anugerah, keduanya beruntung satu sama lain.

“Kamu kenal gak?” Tanya Narael lagi.

“Siapa?”

Narael menegakan badannya hanya untuk memandang wajah pacarnya secara langsung, “Saga Bhanu Mahadiiii… kenal?”

Saga menganggukan kepalanya, “Kenal, dia yang punya pacar kucing gemes itu kan?”

“Iya! Pacarnya tuh sayaaaaang…. banget sama dia.”

“Si Saganya juga sayaaaaaang… banget sama pacarnya.”

Narael tersenyum, berakhir mengusakan hidungnya gemas pada pucuk hidung Saga.

Ah… perasaan saling memiliki dan menyanyangi, seindah ini ya?

Why me, Mas?”

“Apa?”

“Kenapa Saga Bhanu Mahadi milih si kucing dibanding yang lain?”

Why anyone else when you exist?

Kedua mata Narael rasanya panas lagi, ia tak pernah diinginkan sedalam ini, pun tak pernah menginginkan segigih ini.

Narael tetap ingin memiliki Saga meskipun saat ini ia berada di pangkuannya.

“Ael mau cium.”

“Ael siapa?”

“Akuuuuu… aku, Ael!”

“Kenapa si Ael kok mau cium-cium saya?”

“Ael kan pacarmuuuu Sagaaaa…”

“Hahaha… Iya, Ael pacarku.” Ucap Saga lalu mencuri satu kecupan pada bibir si kucing.

Kesal karena startnya dicuri, Narael langsung menabrakan bibirnya pada bibir kekasihnya, mengulum permukaan kasar bibir kesukaannya, lidahnya sedikit menjulur keluar, mencicipi bibir lembut dengan hati-hati, selalu suka dengan bibir bagian bawah Saga yang lebih tebal, kenyal berisi, Narael suka.

Saga langsung memegang kendali, berhasil membelit lidah si kucing dan mendorongnya kembali masuk ke dalam. Seakan familiar, lidah Saga berhasil mengobrak-abrik isi mulut Nael, mencecap seluruh ruang, seakan Saga sudah sangat hafal dengan isi mulut si kucing.

Saliva Nael rasanya penuh, berakhir mendorong Saga untuk mundur, melepaskan tautan kedua bibirnya.

Narael terengah, panas di mulut.

I love you.”

I love you, more than I have ever found a way to say to you.”

Narael rasanya semakin pening, ia suka saat Saga berkata-kata manis di sela ciumannya, sekaligus membuat Narael rasanya ingin mengutuk Saga sekarang juga. Tak bisakah lelaki itu membiarkannya bernafas lebih lama?

“Lu ganteng banget ngomong begitu.”

“Aku gak ganteng.”

“Anjingggg? Berani lu ngomong begitu??? Did you even see your self??? YOU’RE THE MOST HANDSOME FUCKER ON EARTH!!! Gue aja gak berhenti suka ngeliatin muka lu, anjingggg… Mas! Lu ganteng meski tetep gantengan Ael.”

“Hahaha…”

“LU Ganteeeeeeeng! Awas aja lu bilang nggak, anjinggg!”

Saga gak bisa buat gak satuin lagi bibirnya dengan si kucing, terlalu gemas, harus Saga makan sekarang juga.

Hmmmmpphh…” Narael melenguh saat Saga kembali melahap bibirnya dengan rakus, seakan bibir Narael adalah satu-satunya hidangan yang ada, Saga tak bisa membiarkannya begitu saja.

Bibir tipis Narael sesekali mencoba menyerang bibir lawannya, melumatnya secara acak lalu menggigitnya dengan nafsu, tak ingin kalah dengan permainan Saga di bibirnya, Narael juga ingin berkuasa.

Tetapi hasratnya selalu terhenti, ia tak bisa menahan sentuhan Saga yang semakin mengobrak abrik isi mulutnya.

Bibir Saga terus mengejar bibir delima Nael yang sudah bengkak kemerahan, semakin menggoda untuk terus di lahap,

Saga kecanduan.

“Mmm…Mass!”

Narael memalingkan wajahnya kesamping, ia harus menyudahi sebelum nafasnya benar-benar habis. Saga memang selalu jadi orang paling gila yang berbahaya, Narael berkali-kali selalu kewalahan menghadapi nafsunya.

“Maaf, sayang.”

“Sinting lu!”

“Cantik, I have heard roses are jealous of your lips.” Ucap Saga sambil mengusap sisa saliva si kucing yang tumbah di sebelah bibir.

Narael udah gak tahu harus ngomong, dia selalu terkesima dengan semua ucapan Saga yang selalu terdengar manis di telinganya.

Thank you for loving me, even when I’m still learning how to, Mas.”

“I thank the universe all the time for letting me have you in my life.”

Sekali lagi Narael dibuat lemas, Saga selalu membuatnya tak berdaya, terlalu banyak kupu-kupu di perutnya, bisakah waktu diantara keduanya berhenti sekarang juga? Narael ingin terus merasakan kebahagiaan ini.

“Mas… Ael juga pengen jadi orang beruntung yang selalu Mas Saga cari buat ketawa, buat nangis, buat bagi cerita, bagi masalah, Ael pengen semuanya…”

“Jadi mulai sekarang boleh kalau Ael milikin kamu sepenuhnya? Ael gak mau bagi kamu ke orang lain lagi, Ael gak mau si Hidam tahu kalau kamu sexy, gak mau juga orang-orang terus desahin nama kamu, Mas.”

“Jadi sekarang, semuanya buat Ael, ya?”

Sekali lagi, Saga kecup bibir si kucing, kenapa Naraelnya ini makin gemas ya? Saga gak bisa kalau sekarang berakhir ciuman saja.

“Kitty, kamu belum liat preview content Taste Dominic, ya?”

“Gak mauuuu… jelek lu bagi-bagi!”

“Tuh, kan, liat dulu makanya.”

“Ish.. apasih! Lu tuh jelekkkk konten lu jelek!”

Saga tertawa lalu mengambil ponsel dari saku celananya, membuka sesuatu untuk dipamerkan kepada pacarnya.

“Liat dulu, kucing manis.”

Narael memperhatikan gambar yang Saga berikan, seketika ekspresi Nael langsung berubah, astaga Narael malu karena mati-matian membujuk Saga sejauh ini.

“Nyebelin lu!”

“Kok nyebelin sih? Katanya sayang?”

“Sayaaaaang! You did well, Mas Saga.”

You did well, Kitty…” Balas Saga lalu mengecup kening si kucing.

Narael senyum, kemudian memutuskan untuk turun dari takhta Saga Bhanu Mahadi yang sedari tadi ditempatinya.

“Kok turun?”

“Ael ngantuk.” Jawab si kucing mulai merebahkan dirinya di sebelah Saga.

“Yah, gak ada lanjutan nih?”

“Ngantuuuuuuuk!” Balas Narael cemberut.

“Iya… galak banget.”

Saga ikut merebahkan dirinya di sebelah si kucing, tangannya melingkar pada pinggang ramping Narael, memeluknya dengan posesif.

“Mas… kamar ini mau diapain nantinya?”

Saga ikut memperhatikan ke sekeliling, tempat persembunyian Saga paling berbahaya, banyak perasaan yang tumbuh di kamar ini.

“Dipake kita.”

“Ngapain?”

Ngentot.”

“Anjiiing… pindah kamar ah…”

Narael hendak bangkit jika saja Saga tak langsung menahannya, “hahaha… kenapa sih? Kayaknya takut banget.”

“Dibilang aku ngantuuuuuuk…”

“Iyaaaa… sini bobo aja disini.”

Narael menyamankan tidurnya lagi, kini kepalanya menelusup pada lengan atas Saga, mencari tempat nyaman untuk menjadi sandarannya.

“Pemilihan Kahim gimana hasilnya? Siapa yang menang?” Ucap Narael penasaran, karena pertanyaan itu sudah ada dí wishlist nya sejak Saga berdiri di depannya.

“Erlan.”

“Anjing.” Umpat Nael pelan meskipun tetap terdengar oleh Saga.

“Terus kita gimana?” Tanya Narael lagi, kali ini menatap Saga dengan penuh harap.

“I’ll hold your hand the whole way though, don’t worry.” Jawab Saga lalu mengambil telapak tangan Narael untuk ia genggam.

Narael sedikit tenang meskipun masih ada kekhawatiran dalam dirinya.

“Kamu bisa kehilangan semuanya, Mas…”

“I can lose everything but not you…”

Saga memeluk Narael lebih erat, “not you, Kitty.”

Narael dapat merasakan tangan Saga memeluk tubuhnya dengan erat, seakan dirinya satu-satunya hal berharga yang Saga miliki. Tenang dan damai Narael rasakan, semuanya pada peluk Saga Bhanu Mahadi.

“Tidur,” ucap Saga.

I’ll fight the bad dreams off if they come get you.”

Sekali lagi, Narael merasa damai.

.

CR quotes on Pinterest.

--

--