Sumber Daya dan Tata Kelola: Menyingkap Jurang Kualitas Klub-klub Sepak Bola Wanita

Haidar Karel
6 min readNov 26, 2023

--

Olympique Lyonnais Féminin. Sumber gambar: @PILLAUD/SPORTISSIMO

Celah dominasi yang teramat besar dalam sepak bola wanita menyulut perubahan yang secara konsisten berorientasi untuk menambal “lubang” ketertinggalan yang ada; terutama di antara klub-klub Eropa–semenjak perkembangan sepak bola wanita di benua ini merupakan yang paling maju dan terekspos secara mendunia. Ketidakmerataan pembangunan sepak bola ibaratnya menampakkan dengan terang kubu “si kaya” dan “si miskin”; atau “si kuat dan “si lemah”. Di level tim nasional, misalnya, superioritas Inggris yang memenangkan pertandingan atas Latvia dengan skor 20–0 dalam perhelatan Kualifikasi Piala Dunia Zona Eropa menjadi contoh tepat akan kubu yang terpisah jauh tersebut. Atau pada level klub, kemenangan setiap putaran pertandingan dengan selisih 4, 5, atau lebih gol yang rutin dipanen terutama oleh Olympique Lyonnais Féminin atau Futbol Club Barcelona Femení di kasta liganya masing-masing merupakan pemandangan yang sama sekali tidak sulit untuk ditemui. Mungkin kedua klub tersebut hanya menaruh perhatian jauh lebih awal untuk meningkatkan derajat sepak bola bagi timnya. Khususnya Lyon yang menjadi pionir dalam menciptakan “penguasaan” baik di tingkat nasional hingga internasional; melalui pengelolaan klub secara baik dan berproyeksi pada target jangka panjang.

Klub “promotor” era modern

OL Féminin dan Barça Femení merupakan dua produk berhasil sebagai dampak dari pengelolaan klub yang dijalankan secara baik dan laik. Konsistensi yang diraih kedua tim ini setidaknya selama satu dekade ke belakang menjadi bukti nyata bahwa kesuksesan dapat dicicipi selama bertahun-tahun; Lyon di Perancis dan Eropa, juga Barça di Spanyol dan “baru-baru ini” di Eropa. Kabinet piala kedua klub yang bahkan jumlahnya melebihi usia beberapa klub sepak bola wanita di Eropa–yang kini sedang berkontes untuk menempa diri di tengah yang terbaik–cukuplah menjadi fakta bahwa keseriusan pembenahan telah ditanamkan sejak lama.

Sebenarnya, jika melirik mulai dari dua dekade terakhir, tak ada dominasi sebegitu kuatnya seperti apa yang dilakukan Lyon. Klub-klub yang meraup sukses di UWCL–dulu bernama UEFA Women’s Cup–di awal-awal ada Eintracht Frankfurt dan Umeå IK. Di tahun-tahun berikutnya, muncul pemenang baru dalam kompetisi seperti 1. FFC Turbine Potsdam, Arsenal, FCR Duisburg, hingga VfL Wolfsburg. Keenam tim ini, kemudian bersama dengan Lyon, bergantian merebut juara Eropa dalam kurun 2004–2013. Dalam periode waktu yang sama, namun di tingkat liga–kecuali Perancis, peralihan kekuasaan akan siapa yang terbaik juga silih berubah; setidaknya dipertarungkan oleh dua atau lebih tim. Umeå IK bahkan sempat bercokol di kasta kedua liga karena bergulat dengan kebangkrutan. Jika direfeleksikan kembali ke dalam 10 tahun terakhir, apa yang dipertahankan oleh Lyon dan mulai ditiru Barça mengindikasikan manajemen klub yang kuat dan berdaya; menegaskan jurang kualitas yang semakin dalam dengan klub-klub lainnya.

Sejauh jurang kualitas memisahkan

Modal dan manajemen

“I thought that the best way to address these issues [in the women’s game] was to fight to get comparable and equal treatment between all players regardless of their gender by providing full and equal investment in equipment, infrastructure and logistics and [at Olympique Lyonnais] we had the means to make this happen.” Dikutip dari Global Sport Matters

Itulah yang dikatakan oleh Jean-Michel Aulas, pemilik klub Lyon, yang dengan konsisten menyerukan prinsip “satu klub” dengan memungkinkan akses setara antara wanita dan pria dalam fasilitas sepak bola. Investasi tersebut juga disokong oleh kekuatan dana besar yang mampu merekrut pemain kelas dunia dengan gaji yang besar pula. Keberanian Aulas dalam memperdalam perhatiannya untuk mengembangkan sepak bola wanita terbayar lunas dengan segudang penghargaan yang diraih dari tahun ke tahunnya. Dari sini, Aulas dan manajemennya di klub secara gamblang menunjukkan siklus: modal kuat–pengelolaan tepat–prestasi hebat. Tentu, kebolehan Aulas dalam membiayai Lyon untuk mencapai sukses terutama melalui investasi dan rekrutmen merupakan privilese yang determinan terhadap besarnya reputasi dan eksistensi klub.

Senada dengan apa yang telah berjalan dan diterapkan di Lyon, Barça sendiri memiliki pendekatan berbeda dalam mencapai keberhasilan yang kurang lebih sama. Selain komitmen besar terhadap perubahan yang ditandai dengan “profesionalisasi” klub pada tahun 2015, tim ini membuka gerbang sukses dengan memperbaiki urusan sponsor serta komersialisasi identitas klub mengandalkan nama besar FC Barcelona. Hal ini didukung pula oleh pembinaan intens pemain akademi La Masia yang terus menghasilkan “permata” sepak bola; ditempa untuk mempelajari dan mewarisi “Barça DNA”. Tak hanya melalui akademi, Barça juga mulai berani mendatangkan pemain besar sebagai bagian dari prospek panjang klub. Keputusan transfer serta pengelolaan talenta lokal yang tepat melahirkan tim dengan peforma kelas atas. Kesuksesan yang didapatkan juga tak lepas dari masifnya basis penggemar Barça dalam kontribusinya bagi sepak bola. Rekor sepanjang masa dengan menduduki posisi satu dan dua penonton terbanyak dalam satu pertandingan di sepak bola wanita, hak siar yang terus digencarkan, promosi media sosial yang tinggi atensi, hingga kultur “més que un club” memadukan kolaborasi apik antara klub dan penggemar yang berimplikasi pada kemajuan besar yang dirasakan oleh tim.

Imbas di lapangan

Apa yang dipraktikkan oleh masing-masing Lyon dan Barça merupakan perwujudan konkret dalam mendulang kemajuan sepak bola atas pengelolaan klub dengan serius. Tanpa melihat piala terlebih dahulu, permainan cantik yang disuguhkan di lapangan pekan demi pekan adalah buah lain yang nampak dari keberhasilan kedua tim. Disaat kesebelasan tim lainnya sedang bertanding, skor akhir pertandingan yang tersaji kira-kira berkisar pada 2–1, 2–3, atau 1–0 menunjukkan selisih gol yang tidak jauh atau pertandingannya berakhir sama kuat. Berbeda cerita ketika pertandingan itu dimainkan oleh Barça atau Lyon; dengan mudahnya mereka bisa menyetor hasil pertandingan dengan margin 3 atau lebih gol terhadap lawannya. Hasil imbang pun sangat jarang didapatkan, apalagi kalah; mungkin hanya terjadi satu dua kali dalam beberapa tahun saja. Lihatlah Barça, mereka menyelesaikan musim domestik 2020/21 dengan goal difference +152, dibanding +42 pada peringkat kedua. Catatan luar biasa lainnya ada pada musim berikutnya di mana Liga F 2021/22 diselesaikan tanpa ada satu pun kekalahan dengan goal difference +148. Menyelesaikan satu musim penuh liga tanpa kekalahan tentu merupakan hal yang tak sulit dijangkau oleh Lyon. Mengingat kedua tim ini telah mematok standar terlalu tinggi; melampaui pesaingnya tanpa perlawanan yang begitu berarti. Kestabilan peforma yang sangat impresif.

Belajar dari yang terdepan

Futbol Club Barcelona Femení. Sumber gambar: Getty Images

Melihat sumber daya dan tata kelola yang dipunyai oleh Barça dan Lyon tentu saja bukan merupakan hal sederhana bagi klub lain. Standar ini mungkin saja tidak akan dijangkau oleh klub-klub yang basis sumber dayanya tergolong kecil; mengingat peralihan menuju sesuatu yang lebih tinggi dan besar membutuhkan waktu yang tak sebentar. Menghadirkan kesempatan untuk memulai perubahan yang signifikan tak dapat dimungkiri membutuhkan suntikan dana yang besar pula. Pun setelah sejumlah biaya dikeluarkan, masih dibutuhkan ketangkasan manajemen untuk menghasilkan kebijakan yang tepat sasaran. Klub-klub seperti Chelsea FC Women, Arsenal Women, PSG Féminine, FC Bayern Frauen, Manchester City W.F.C. hingga yang terbaru didirikan Manchester United W.F.C. serta Real Madrid Femenino merupakan sekian klub dengan sumber daya besar yang berafiliasi dengan dua sektor sepak bolanya yaitu tim pria dan wanita.

Jika bermodalkan sumber daya dan ditopang dengan tata kelola yang mumpuni, bisa saja beberapa klub di atas mampu menyetarakan diri atau setidaknya mengurangi celah yang terlampau jauh dari segi kualitas. Bagaimana dengan klub yang sumber dayanya terbatas? Mungkin tata kelola yang baik bisa menjadi awal dalam menggaet penggemar dan reputasi; setidaknya sampai menarik pebisnis/pemodal untuk bergabung dalam permainan. Dari sisi kompetisi, badan penyelenggara dari tingkat teratas hingga regional juga dapat memeriahkan kemajuan dengan memperkuat kelembangaan, tata aturan, serta akomodasi yang memadai; semuanya diupayakan dalam bingkai untuk mempromosikan sepak bola wanita ke kancah dunia; seluas-luasnya.

Andaikata lima atau lebih tahun lagi sepak bola wanita persis mengulang cerita dominasi, barangkali semangat perubahan memang hanya milik OL Féminin atau Barça Femení.

Kepustakaan

El-Shaboury, Y. (2022). What Women’s Soccer Can Learn From Barcelona and Lyon’s Dueling Dominance. Global Sport Matters. https://globalsportmatters.com/business/2022/05/27/what-womens-soccer-can-learn-fc-barcelona-femeni-olympique-lyonnais/

Wrack, S. (2022). Lyon’s one-club mentality raises the bar in the women’s European game. The Guardian. https://www.theguardian.com/football/2022/may/22/lyons-one-club-mentality-raises-the-bar-in-the-womens-european-game

--

--