Popeye yang Salah Makan Bayam

Tanam
4 min readApr 15, 2018

--

Hah, apaan nih?

Popeye, si pelaut. Tut tut *bunyi sirine kapal*

Popeye pernah datang ke Indonesia. Ia berlabuh di sebuah pelabuhan di Utara pulau Jawa. Mencium bau khas pelabuhan negara tropis memang merupakan hal baru untuknya. Oleh karenanya, ia berharap dapat menikmati liburan di Indonesia.

Tapi memang pada dasarnya Popeye ini ditakdirkan untuk selalu berseteru dengan kriminalitas. Belum sempat menikmati perjalanan liburannya setiba di Indonesia, ia malah bertemu dengan jambret yang sedang berusaha merampas tas seorang perempuan yang turun dari kapal yang sama.

Naas buat Popeye, ia tidak membawa persediaan “bayam” kalengan andalannya yang biasa ia gunakan untuk melawan para penjahat.

Tidak jauh di dekatnya terdapat pedagang sayuran yang biasa mangkal dekat pelabuhan. Langsung saja ia bertanya apakah disana terdapat bayam yang ia inginkan. Mengetahui identitas dari popeye yang sudah sangat terkenal itu, sang pedagang langsung memberikan beberapa bayam dengan sigap.

“Hei, berhenti!”, Saut popeye langsung menyita perhatian sang jambret.

Sang jambret langsung mendekatinya seraya tertawa ada seseorang yang berani menantangnya.

Popeye langsung memakan bayam yang baru saja ia dapat dari tukang sayur, berharap otot-otot bisepnya tumbuh menjadi besar dan ia mendapatkan kekuatan super.

Dan, alangkah terkejutnya ia ketika tidak ada perubahan yang terjadi. Seketika bogem mentah dari sang jambret mendarat di wajahnya. Ia pingsan tanpa perlawanan.

Karakter fiksi dari komik karangan Elzie Crisler Segar ini memang identik dengan bayam yang dapat merubah sang pelaut menjadi superhero. Alasan mengapa bayam dapat meningkatkan kekuatan Popeye adalah karena satu hal, yaitu kandungan zat besi yang ada di dalamnya.

Lalu mengapa bayam?

Hal ini disebabkan akibat dari kesalahan penulisan keterangan oleh ahli kimia dari Jerman, Erich von Wolf pada tahun 1870, yang menyatakan bahwa bayam memiliki kandungan zat besi sebesar 3,5 mg per 100 g bayam. Namun, beliau salah menulis keterangannya sehingga ditulis 35 mg.

Kesalahan tersebut yang justru menginspirasi Elzie untuk membuat karakter popeye bertambah kuat akibat bayam. Hal ini juga berpengaruh pada dunia nyata dimana di Amerika Serikat, tingkat konsumsi bayam meningkat hingga tiga kali lipat! Wow.

Mengapa Popeye tidak bertambah kuat akibat memakan bayam di Indonesia?

Cerita prolog di atas sebenarnya merupakan hiperbola dari fenomena yang terjadi di Indonesia. Bayam di Indonesia adalah istilah yang digeneralisasikan untuk famili tanaman “Amaranthaceae”.

Penamaan tersebut juga berkembang dalam dunia pertanian. Bayam yang umumnya dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia, memiliki nama latin “Amaranthus spp”. Pengembangan spesies tersebut juga berdasarkan dari ciri morfologis atau kegunaannya di Indonesia, seperti bayam cabut (Amaranthus viridis), bayam duri (Amaranthus spinosus) atau bayam hias (Amaranthus tricolor). Semuanya tergolong dalam genus Amaranthus.

Ini loh, bayam yang sering kita makan. Amaranthus viridis.

Bagaimana dengan bayam merah/ungu? Bayam merah konsumsi masih berasal dari jenis yang sama dengan bayam cabut (Amaranthus viridis), namun berbeda kultivar/varietas saja.

Dilansir dari USDA (United States Department of Agriculture) dan ITIS (Integrated Taxonomic Information System), Amaranthus ini merupakan salah satu dari 60 genus yang terdapat dalam keluarga Amaranthaceae. Tiga spesies yang telah disebutkan tadi merupakan sebagian besar dari yang mudah ditemukan di Indonesia. Amaranthus ini memiliki tempat tumbuh yang tersebar di mana-mana terutama di daerah tropis.

Kembali lagi ke generalisasi istilah bayam. Bayam (amaranthus) memiliki persepsi yang sama dengan bayam (spinach, yang dikonsumsi oleh popeye). Dari kecil, kita mengenal bahasa inggris bayam sebagai “spinach”. Padahal, keduanya berbeda.

Bila diteliti lebih jauh, istilah luar negeri yang digunakan untuk menyebut bayam (amaranthus) adalah “pigweed”, yang dinamakan seperti itu karena asal muasalnya berasal dari pakan ternak yang biasa digunakan untuk babi. Dengan kata lain, bayam yang ditemukan dalam sayur bayam kita merupakan bayam yang sama dengan yang digunakan sebagai pakan babi diluar sana.

Makanan kita sama, broh!

Oke, Lanjut.

Spinach, memiliki nama latin Spinacia oleracia yang notabene berbeda genus dengan amaranthus. Dilansir dari Missouri Botanical Garden, spinach ini memang banyak tumbuh di daratan Amerika Utara. Istilah “spinach” sendiri berasal dari bahasa latin “spina” yang artinya “buah berduri”, ciri khas yang umumnya ditemukan di semua tanaman dalam kelompok keluarga Amaranthaceae.

Nah yang ini baru spinach, beda kan~

Di Indonesia sendiri, para petani terdidik maupun peneliti pertanian lebih akrab menyebut spinach sebagai spinak, bukan bayam. Namun secara pandangan awam, kita tentu akan selalu mengenal spinach, ya sebagai bayam juga.

Spinak tidak mudah untuk ditemukan di pasar-pasar tradisional di Indonesia. Bahkan, beberapa kelompok tani di Indonesia seperti Kelompok Tani Bangkit Merbabu dan Kelompok Tani Jaya Abadi di Jawa Tengah, menyebutkan bahwa spinak tergolong ke dalam “sayuran langka”. Harga kurang dari satu ikat spinak di pasaran dapat mencapai 35 ribu rupiah. Bandingkan dengan harga bayam (amaranthus) yang tidak sampai 5 ribu rupiah per ikatnya.

“Wah, saya baru tahu ik”, Sukidin, 53, tukang sayur keliling.

Pustaka:
Integrated Taxonomic Information System (ITIS). 2014. Amaranthaceae — Taxonomic Serial no: 20714. ITIS Report.

Missouri Botanical Garden. “Spinacia oleracea”. Gardening Help. http://www.missouribotanicalgarden.org/PlantFinder/PlantFinderDetails.aspx?kempercode=e819

Permana, I., dan Darwanto. 2016. Peran kelompok tani sayuran organik terhadap pengembangan ekonomi lokal (Studi kasus Desa Batur, Kabupaten Semarang). Jurnal Bisnis dan Ekonomi. 23(2) : 105–123.

Thekitchn.com. “Why Did Popeye Eat So Much Spinach? The Surprising Answer”. https://www.thekitchn.com/why-did-popeye-eat-so-much-spinach-the-surprising-answer-191802.

United States Deparment of Agriculture (USDA). “Amaranthus spp”. https://www.ars.usda.gov/ARSUserFiles/50301000/Reference_Documents/Amaranth.pdf

--

--