Jago Last Wish: UX Case Study

Handie Pramana Putra
4 min readNov 28, 2021

--

Big Banner Our Case Study

Disclaimer*

Proyek ini merupakan bagian dari UI/UX Training Program yang diadakan oleh Skilvul dan Bank Jago sebagai Challenge Partner. Saya tidak bekerja atau diikat dalam kontrak professional oleh Bank Jago.

Jago adalah aplikasi finansial yang bekerja dengan prinsip life-centric. Dengan Aplikasi Jago, mengelola keuangan menjadi lebih mudah, kolaboratif dan inovatif, sehingga kamu dapat lebih berfokus menjalani hidup, bersama keluarga dan sahabat. Jago dibangun oleh para inovator handal yang berpengalaman dalam digital banking dan pinjaman keuangan segmen mikro.

Latar Belakang

Jika kita lihat produk asuransi jiwa yang ada sekarang ini di market, biasanya produk tersebut dijual sebagai bentuk tindak pencegahan dari bencana atau hal buruk yang akan terjadi di masa depan. Selain itu, asuransi jiwa juga biasanya digunakan untuk melindungi penghidupan bagi keluarga yang kamu nafkahi melalui mata pencaharian kamu sebelum waktunya meninggal. Hal ini cukup serius mengingat tidak semua orang telah melakukan perencanaan untuk masa depan. Salah satu kemungkinan mengapa orang tidak melakukannya adalah karena mau lebih optimis dan tidak terlalu berpikiran negatif (karena masa depan menjadi menakutkan). Saat ini sudah banyak tempat untuk mendapatkan produk asuransi jiwa lengkap dengan detail dan harganya. Tentu ini bukanlah tipe produk yang Jago inginkan. Fitur Jago dibuat untuk mendukung gaya hidup pengguna dan juga membantu mereka mencapai tujuan hidup, bukan sekedar menjual produk keuangan.

Peran dalam Tim

Proses perancangan aplikasi dilakukan dengan berkelompok. Pada perancangan, saya dan kedua rekan saya yaitu Dwi Nurhidayah dan Ferdi Juliandra melakukan Focus Group Discussion dan Brainstorming dengan mengumpulkan ide dari selera desain masing-masing yang kemudian melakukan seleksi dari untuk penggunaan Ide nya. dan pada Akhirnya keseluruhan ide-ide tersebut di akan di adaptasi. Dengan mengakomodir ide yang begitu banyak, akhirnya proses adaptasi dilakukan walau tidak 100% yang dipergunakan. Kami semua ikut berperan dalam setiap proses mendesign dengan pembagian disetiap fiturnya. Saya merancang userflow, membuat wireframe dan membuat UI Design, UX Research dari fitur kebugaran.

Design Process

Dalam kasus ini kami memilih menggunakan Design Thinking sebagai framework pengerjaan kami. Dengan menggunakan Design Thinking, proses pengerjaan menjadi lebih terbantu dan terarah.

Design Thinking Framework Structure
Photo by Sprinthink

1 — Empathize

Pada tahap Empathize ini, kami melakukan penelitian untuk mengetahui tentang kebutuhan serta kebiasaan dari pengguna.

Kami juga melakukan riset pada aplikasi serupa untuk mengetahui sejauh mana aplikasi tersebut, apakah ada kekurangan atau hal yang ingin di tambahkan, dan lain-lain. Yang nantinya akan di implementasikan pada project aplikasi kami.

2 — Define

Pada tahap Define ini, kami melakukan riset dengan mengumpulkan berbagai permasalahan yang dikeluhkan oleh user dengan menulisnya pada metode Pain Points. Kami juga mencoba melakukan pendekatan melalui pemikiran kami. Sehingga terdapat berbagai macam sudut pandang yang disini. Setelah dikumpulkan, maka diambilkah beberapa permasalahan yang sudah di sepakati dan kami menulis target pengguna dengan menggunakan metode How Might We.

3 — Ideate

Pada tahap ini, kami mencoba melakukan pendekatan sebagai sisi user untuk solusi yang di inginkan.

Ideate Stage: Solution Idea

Setelah proses Solution Idea, kami lanjut dengan dengan proses kluster fitur menggunakan Affinity Diagram.

Ideate Stage: Afinity Diagram

Setelah tahap ini, kami melakukan pengerjaan prioritas melalui Prioritization Idea dengan tujuan menentukan tingkat kebutuhan dari tiap fitur.

Ideate Stage: Prioritization Idea

Dari banyaknya ide yang dikumpulan, pada akhir tahap ini perlu mengevaluasi masing-masing ide tersebut untuk menemukan gagasan terbaik.

Ideate Stage: User Flow

4 — Prototyping

Link Prototype:

5 — Testing

Untuk mengukur keberhasilan dari solusi desain yang telah dibuat. Saya membuat riset kepada para pengguna. Dan pada tahapan ini melakukan wawancara terhadap pengguna menggunakan Usability Metrics dengan metode Single Ease Question (SEQ).

Berikut tampilan UI setelah dilakukan perbaikan

--

--