Vasta
4 min readNov 11, 2022

23.10

Disinilah mereka sekarang . Sebuah bar dengan suasana modern namun cukup klasik . Alunan suara musik menggema dalam satu ruangan bar . Banyak pria dan wanita memenuhi seluruh ruangan di dalamnya .

Jason , Mark , Putra dan Dareen juga termasuk bagian dari mereka . Duduk di sebuah sofa panjang yang empuk dengan botol — botol berjejer di hadapannya . Gelas demi gelas mereka habiskan tanpa terasa , sedikit pening namun juga nikmat . Hal ini sudah sering mereka lakukan hampir setiap minggunya . Tak heran jika pelayan - pelayan disana mengenal siapa mereka . Terlebih lagi mereka adalah anak-anak dari pengusaha tersohor di kota negeri ini .

Hingga satu pelayan laki-laki menghampiri Jason , menundukkan sedikit tubuhnya dan mulai membisikkan sesuatu yang membuat Jason puas .

“ Tuan , kami sudah menyiapkan pesanan tuan sesuai permintaan ’’

“ bagus , dimana dia sekarang ? “

“ di ruangan Vanilla 1 , tuan ’’

“ oke , ini buat lo . Makasih , kerja bagus!! ’’ Jason tersenyum seraya menyelipkan 3lembar uang berwarna merah kepada pelayan tersebut.

“ Ren , Vanilla 1 ’’

“ Oke , thankyou ’’ jawab Dareen .

“ Jangan lupa pake kondom bro biar gak hamil hahaha ’’ Mark menimpali .
“ ya gapapa dong kan seru kita punya ponakan ’’ sahut Putra .
“ Diem semua lo anjing ! Gue mau seneng-seneng dulu . Kasian Bobby gue udah ngaceng daritadi ”

“ Tai banget lo , kalo ada apa-apa hubungi kita oke ’’

“ Yaudah ntar lo bersihin kamar bekas peju gue ”

“ BAJINGAN LO ” jawab Mark
“ HAHAHA ”

Dareen berlalu meninggalkan teman-temannya , dia menuju tempat dimana Mark menyebutkan tadi .

Vanilla 1 .

Sebuah kamar khusus VIP yang memang di sediakan oleh pihak bar untuk kepentingan pribadi orang-orang kelas atas .

Dareen sampai di depan ruangan , ia pun membuka pintu kamar dengan tenang .

Disana sudah ada seorang wanita dengan dress merah sepaha , rambut panjang tergurai dan riasan yang sederhana namun cukup menggoda bagi Dareen .

Dareen pun menyeringai , dan mulai melangkahkan kaki memasuki kamar tersebut .

“ Hai Dareen , nama gue Riska ” wanita itu tersenyum manis .

“ Halo juga . Bisa kita mulai ? ” jawab Dareen dan menarik pinggang wanita itu mengikis jarak di antara mereka .

“ Gue mau ke kamar mandi bentar ya , mau buang air kecil ” ia tersenyum sembari mengecup pipi Dareen sekilas .

“ oke jangan lama-lama sayang ”

Wanita itu melepas pelukan Dareen dan melangkahkan kakinya menuju kamar mandi yang masih ada di dalam area kamar Vanilla 1 .

Tak lama wanita itu meninggalkan Dareen , Dareen tersentak dengan suara teriakan dari dalam kamar mandi .

“ AAAAAAAAAAAAAAA ”

Dareen berlari menuju area kamar mandi dan menemukan wanita itu terduduk dengan wajah pucat dan juga ketakutan .

“ kenapa ? Ada apa ?

“ i-itu i-itu di kaca ” ia menunjuk ke arah cermin di sebelah samping Dareen yang berhasil membuat Dareen memaku pada tempatnya .

DIA MILIKKU
DAREEN MILIKKU

Tulisan di cermin dengan tinta darah yang masih segar terpampang jelas di hadapannya .

“ g-gue mau pergi !! ” wanita itu terbangun dari duduknya .

“ tapi urusan kita belum selesai ” Dareen menggenggam tangan wanita itu dan menahannya agar tidak pergi .

“ sorry Dareen tapi gue takut ” tak peduli apa yang Dareen inginkan , wanita itu pergi meninggalkan Dareen .

“ ANJING ANJING !!! Siapa yang berani jahilin gue !!! ” Dareen nampak frustasi namun rasa takut juga menyelimuti dirinya .

Ia pun pergi meninggalkan kamar itu dan menghampiri kembali teman-temannya yang ternyata masih ada di tempat awal mereka .

“ lah cepet amat ren ” jason di buat kaget dengan kedatangan temannya itu .

“ gapapa , gue gak minat aja tiba-tiba ” jawab Dareen .

“ kusut amat muka lo . Kenapa ? Cewenya gak cantik ? ” tanya Mark .

“ Brengsek pelayan sialan ! ’’ tambahnya .

“ gak kok , cewenya cantik banget . Tapi gatau kenapa gue gak minat aja ’’

Mark , Putra , dan Jason saling memandang satu sama lain merasa heran kepada Dareen yang terlihat tak seperti biasanya .

“ balik yuk ! ” ajak Putra .

“ Yaudah ayok ” sahut mereka bersamaan .

Mereka akhirnya memutuskan untuk pulang , karna mereka sudah mulai merasa mabuk dan segera ingin merebahkan diri di kasur empuk masing-masing .

Kecuali Dareen , ia masih sibuk bergelut dengan kejadian yang baru saja ia alami . Ia memilih untuk tidak menceritakan hal ini kepada teman-temannya karena dia merasa bahwa ini hanyalah ilusinya .

Dareen adalah salah satu orang yang skeptis dalam hal-hal mistis .