Good Day and Bad Day

🍇
9 min readDec 9, 2022

--

tw://kiss

Dika pun langsung melangkah menuju ke kantin FK. Setelah bertukar pesan dengan Reyhan, Dika langsung menyiapkan dirinya dengan cepat untuk menuju ke kampusnya secepat mungkin. Ia sudah selesai menyiapkan makan malam. Mungkin ketika Dika dan Erwin kembali ke tempat mereka, makanannya akan dingin. Mudah saja, ia bisa memanaskannya kembali nanti. Sekarang Erwin lebih penting.

“Reyhan!” panggil Dika saat memasuki kantin fakultas temannya.

Reyhan yang merasa di panggil pun langsung menoleh ke arah seseorang yang memanggil namanya lalu mengangkat tangannya mengisyaratkan kepada Dika untuk menghampirinya.

“Baru sampe Lo?” tanya Reyhan ketika Dika duduk di hadapannya.

“Iya. Grab gue langsung gue suruh turunin di depan fakultas lo.” ujar Dika menyamankan duduknya.

“Jendra mana? Bukannya harusnya udah selesai ulangannya?” lanjut Dika ketika melihat temannya duduk sendirian padahal sudah pukul setengah 5.

“Jendra lagi nyari orang yang tadi. Yang nyuri ama ngopas ulangan Erwin.” jelas Reyhan sambil menyeruput Jus Melonnya.

“Kira kira mereka bakal berantem gak ya?” tanya Dika ragu.

“Selama itu gak ketahuan Erwin, gak bakal ada aksi tonjok tonjokan sih. Paling cuman di nasehatin aja sama Jendra.” jelas Reyhan. Dika pun mengenyit bingung.

“Lah emang Erwin gak mau tau siapa yang nyontek sama ngopas punya dia?” tanya Dika heran.

“Kata Jendra. Erwin maunya besok, gak mau hari ini. Katanya dia gak mau nonjok orang.” jelas Reyhan. Dika pun mengangguk paham.

Erwin dan Aji pun melangkahkan kaki mereka ke arah parkiran. Mereka baru saja bertemu dengan pembina mereka.

“Gue rada gak habis pikir sama Pak Ari. Masa kita nyiapin pameran cuman seminggu. Dikira ngurus dana di kemahasiswaan gampang apa. Proposal aja belum di buat kok.” ujar Aji mengomel karena pembahasan mereka tadi dengan pembina yang meminta untuk mengadakan pameran Foto minggu depan.

“Pake proposal kemarin aja. Tinggal di ubah tanggal, tema, sama dana. Susunan acara pake yang kemarin aja.” jelas Erwin. Jujur mood nya sudah tidak baik. Mereka berdua habis sedikit berdebat dengan pembina mereka perkara pameran yang di ajukan jadi minggu depan. Padahal pada kalender organisasi dilaksanakannya 2 bulan lagi.

“Ya udah ntar gue kabarin sekre sama bendahara deh. Lo yang ngehandle gedungnya ya ntar, win.” ujar Aji yang di hadiahi anggukan.

Aji yang sudah dekat dengan motornya pun mendadak berhenti ketika melihat segerombolan orang yang ia kenal.

“Eh! Erwin! Itu bukannya Jendra sama Naufal ya? Kok kayak lagi ngobrol sama orang” tanya Aji sambil menuju ke arah samping gedung fakultas Teknik. Erwin yang awalnya sudah mau masuk kedalam mobilnya pun ikut terhenti. Ia berjalan ke samping posisi Aji berdiri dan menatap ke arah yang ditunjuk. Ia memastikan apakah itu benar Jendra dan Naufal.

Erwin pun menatap jaket yang kenakan oleh orang itu dan berusaha mengingat baju apa yang Jendra kenakan hari ini. Dan ternyata itu benar Jendra saat ia menoleh ke belakang. Erwin pun segera menuju ke arah Jendra dan Naufal. Aji pun menyusul di belakangnya.

Reyhan dan Dika yang awalnya asik berbincang dengan Aulion dan juga Indra pun mendadak terdiam setelah mendengar bunyi dering telpon yang berasal dari hp Reyhan. Reyhan pun segera meraih hpnya dan melihat kontak yang tertera ‘My Samoyed🐶’, lalu mengangkat telponnya.

“Hallo babe? Gimana udah selesai urusannya?” tanya Reyhan lembut.

“Sayang, kamu bisa kesini gak? Kalo bisa telpon Dika juga. Ini Erwin udah mau bunuh anak orang.” ujar Jendra dari telpon dengan sedikit suara keributan sebagai latar belakangnya.

“Ya udah, aku kesana langsung ya. Dika udah di sini kok dari tadi.” ujar Reyhan sambil menatap Dika.

“Ya udah, cepet ke sini ya.” ujar Jendra singkat lalu langsung memutus sambungan telponnya. Dika yang heran namanya di sebut pun sudah ingin angkat bicara, namun Reyhan langsung menariknya lalu berlari kencang.

“OH! JADI LO YANG NYURI JAWABAN GUE?!” ujar Erwin sambil menarik kerah seseorang yang ia tau sebagai pencuri lembar jawabannya.

“Win, tahan win. Pake kepala dingin.” ujar Jendra sambil sedikit melerai Erwin dan berusaha melepaskan cengkraman tangannya di baju orang tersebut.

Erwin yang sudah lelah karena hari ini dan kemudian ia menemukan orang yang menjadi salah satu akar masalah hari ini pun membuat emosinya semakin memuncak dan tidak bisa di tahan lagi. Apa yang di ucapkan Jendra, Naufal dan Aji pun sudah tidak bisa ia dengar. Amarah sudah mengendalikannya. Hingga suara yang sangat amat ia kenali pun terdengar jelas di antara ucapan para temannya.

“ERWIN!” teriak Dika sambil mengatur nafasnya karena habis berlari bersama Reyhan setelah tahu penyebabnya. Reyhan sudah menjelaskan apa yang terjadi sambil mereka berlari hingga membuat Dika berlari lebih kencang dari Reyhan.

“Dika….” ujar Erwin pelan sambil melepaskan cekramannya dari baju seseorang di hadapannya.

Dika pun berlari ke arah Erwin dan langsung memeluknya erat seakan tidak akan melepaskannya. Erwin pun membalas pelukan Dika sambil menenggelamkan wajahnya di perpotongan leher Dika. Seketika amarah yang menguasainya tadi, hilang begitu saja ketika Dika memeluknya.

“Kamu kenapa gak cerita sama aku?” tanya Dika sambil mengusap punggung dan kepala Erwin lembut.

“Aku mau cerita, cuman pas aku udah pulang aja.” ujar Erwin pelan karena suaranya terendam.

“Yaudah. Kalo gitu kita pulang ya?” tanya Dika lembut dan di hadiahi anggukan oleh Erwin.

Dika pun memberika kode kepada Jendra dan teman temannya untuk pergi dari sini dan membawa seseorang tadi pergi bersama mereka. Biarkan Jendra yang mengurus sisanya, dan biarkan Dika yang mengurus Erwin.

Erwin sebenarnya bisa mengontrol emosi dengan mudah. Asalkan faktor perkara tersebut tidak berada di hadapannya. Oleh karena itu Erwin berpesan kepada Jendra, jika sudah menemukan orangnya jangan langsung memberitahunya saat itu juga. Karena ia tahu bahwa hari ini merupakan hari yang buruk untuknya. Ia takut tidak bisa mengontrol emosi dan berakhir membuat keributan di kampusnya. Dan juga karena Dika tidak ada kuliah hari ini, membuatnya akan sangat tidak mood ketika orang tersayangnya tidak ada di sekitarnya.

Namun, apa yang diinginkan tidak bisa terjadi karena ia mendengarkan percakapan Jendra, Naufal dan sosok di depannya. ‘Lo kenapa harus nyuri sama copas jawaban sih? Lo gak tau dampaknya apa, hah?’ ujar Naufal saat itu. Ia yang mendengarnya pun segera mencengkram kerah orang yang ada di hadapan Jendra dengan amarah yang sudah menggebu gebu. Ia tau bahwa orang itu adalah salah satu faktor hari nya menjadi buruk hari ini. Ia sungguh ingin melampiaskannya sekarang juga. Untung saja Dika datang di saat yang tepat. Dan apa yang dirasakannya ternyata benar adanya.

Dika adalah obat penenang bagi Erwin. Bagi Erwin, ia sanggup mengadapi hujan dan badai asalkan ada Dika di sampingnya. Anggap saja Erwin sangat bucin hingga tidak bisa jauh dari Dika. Tapi itu benar. Seperti tadi, amarahnya sudah di ujung tanduk dan dia bisa saja menghabisi orang yang berani mencuri dan mencontek hasil kerja kerasnya hingga masuk ke rumah sakit. Di tambah ia habis bercekcok sebentar dengan pembina yang tidak mau mendengarkan apa pendapatnya.

Erwin menerima semua energi negatif sekaligus pada hari ini. Dan ketika dia menemukan salah satu penyebab harinya buruk, maka ia akan melampiaskan semuanya kepada orang itu. Karena tidak mungkin kan ia menghabisi pembina. Seluruh ucapan yang diucapkan oleh teman temannya saja, tidak bisa ia dengar karena amarah telah mengambil alih pikirannya.

Hingga suara yang amat ia kenali. Suara yang selalu ia dengar ketika bangun tidur dan juga lelah karena aktivitas seharian itu memanggilnya. Seketika amarah yang sudah di ujung tanduk itu turun hingga ke mata kaki. Dan ketika mataharinya memeluknya erat, amarah itu hilang seketika. Erwin pun kembali menjadi Erwin yang manja dan bucin seketika. Menenggelamkan kepalanya di mataharinya dan menghirup aroma yang bisa menenangkannya. Tak terasa semua energi negatifnya pun tergantikan dengan ketenangan yang ia impikan.

“Kita sampai…” ujar Dika sambil membuka pintu tempat tinggal mereka. Erwin yang dari tadi mengekor di belakang Dika pun tersenyum kecil. Dika pun segera menuju ke kamar mereka sambil diikuti oleh Erwin di belakangnya.

“Kamu bersih bersih dulu ya. Aku mau manasin makanannya dulu, biar anget. Baju gantimu udah aku siapin di atas kasur.” ujar Dika setelah mengganti bajunya dan menyiapkan baju ganti Erwin. Erwin pun mengangguk lalu masuk ke dalam kamar mandi.

Sejak tadi, Erwin belum berbicara satu katapun. Dika pun memakluminya. Mungkin Erwin sedang menetralkan dirinya. Dika pun tidak banyak bertanya apapun. Ia pun memutuskan menyetir mobil untuk kembali ke rumah. Ia tidak setega itu membiarkan Erwin menyetir mobil di keadaan seperti ini. Kemudian ia menggandeng Erwin hingga sampe ke rumah mereka. Dika hanya bersenandung kecil dengan aktifitas tadi untuk mengisi heningan diantara mereka, sedangkan Erwin akan tersenyum ketika melihat tingkah lucu kekasihnya.

“Ihhh! Erwin! Keringin dulu rambutnya.” ujar Dika sambil bergerak untuk melepaskan pelukan Erwin yang tiba tiba.

“Gak mau. Aku belum selesai recharge energi. Kamu lanjut aja potong buahnya.” ujar Erwin yang tetap kekeuh memeluk kekasihnya dari belakang.

Dika pun menghentikan aksi potong memotong buah apelnya. Ia pun meletakkan pisau dan buah apelnya lalu memutar tubuhnya ke belakang menghadap ke arah Erwin kemudian mendudukan Erwin di salah satu kursi meja makan.

“Diem di sini. Aku ambil handuk dulu.” ujar Dika sambil berlari kecil ke arah jemuran untuk mengambil handuk kering lalu kembali ke hadapan Erwin sambil membawa handuk.

“Kamu kenapa sih! Kalo habis keramas tuh gak mau ngeringin rambut sendiri.” ujar Dika mengomel sambil mengeringkan rambut Erwin.

“Soalnya mau di keringin rambutnya sama kamu aja. Enak di usap usap sama kamu.” ujar Erwin manja sambil memeluk Dika kemudian menenggelamkan wajahnya di perut Dika. Dika pun terkekeh melihat kelakuan Erwin.

“Ada ada aja deh kamu. Udah kering nih. Yok makan dulu. Aku bikin ayam bumbu mentega kesukaan kamu.” ujar Dika sambil menghentikan aksi mengeringkan rambut Erwin dan membawa wajah Erwin menatapnya lalu mengecup singkat bibirnya. Mereka pun melanjutkan makan malam dengan tenang dan berbincang ringan.

“Loh? Kok gak langsung tidur? Katanya tadi capek.” ujar Dika yang baru saja keluar kamar mandi untuk mencuci muka dan menggosok gigi sebelum tidur. Ia bingung melihat Erwin yang masih duduk di pinggir kasur. Mereka baru saja selesai menyelesaikan makan malam mereka dan memutuskan untuk tidur karena Erwin mengadu kelelahan.

“Sunshine…..” panggil Erwin manja sambil merentakan tangannya seperti meminta pelukan. Dika pun tersenyum dan berjalan ke arah Erwin. Erwin pun langsung memeluknya lalu menenggelamkan wajahnya diperut Dika. Dika pun hanya terdiam sambil mengusap lembut kepala Erwin sambil menunggunya bercerita.

“Today is my bad day. Mulai dari aku harus berangkat sebelum jam 8 buat ngumpulin laprak. Trus kelas yang tiba tiba di ganti jam 1, jadi aku harus buru buru makan di kantin. Ulangan ulang gara gara lembar jawabanku di curi dan di copas anak kelas sebelah. Trus sama pembina yang minta majuin tanggal pameran jadi minggu depan. Kayak, kenapa semuanya hari ini? Kenapa semuanya gak bertahap aja? Kan masih ada besoknya. Tapi jangan bertahap juga sih, lebih bagus lagi kalo semuanya gak terjadi. Maksudnya, semua udah pas kalo gak ada yg nyuri sama ngopas lembar jawab ku. Dan pembina juga seharusnya gak usah minta buat majuin jadwal pameran. Pasti aku bisa pulang cepet. Kita bisa masak bareng. Dan mungkin aku gak hampir mau nonjok orang.” celoteh Erwin sambil mengusak wajahnya pada baju Dika.

Dika pun tersenyum lembut. Ia melepaskan pelukan Erwin dan membawa tangan Erwin untuk digengam lalu duduk di samping kekasihnya.

“Today is your bad day. But gak semua hari buruk berakhir buruk kan? Semua itu pasti ada faktornya. Gimana kalo kita ambil sisi positifnya. Kayak, mungkin pembinamu minta majuin jadwal karena 2 bulan lagi jadwalnya terlalu padat jadi takut gak ada waktu. Trus, mungkin ngumpulin laprak sebelum jam 8, biar kamu bangun pagi dan ketemu matahari pagi. Kita lihat di sisi positifnya aja ya, sayang. Walaupun, orang yang udah nyuri lembar jawabanmu itu gak bisa di ambil sisi positifnya sih.” jeda Dika yang di hadiahi sedikit kekehan dari Erwin.

“Manusia gak ada yang sempurna, sayang. Setiap orang pasti punya poin positif dan poin negatif di setiap harinya. Poin negatif yang membuat harinya menjadi buruk. Dan poin positifnya yang membuat hari menjadi lebih baik. Tergantung seberapa besar poin positif dan negatif mempengaruhi. Memang poin poin itu gak bisa di hilangkan. Kayak aku yang masih kehilangan pulpen di kelas itu juga termasuk poin negatif yang sebenarnya gak aku sadari.” jelas Dika. Dika pun mengusap wajah Erwin dengan tangan kanannya.

“Tetapi bagi aku. Aku gak masalah mau kehilangan pulpen setiap hari. Asalkan aku bisa ketemu kamu setiap saat, setiap waktu. Kamu adalah poin positif bagi aku. Alasan kenapa aku bisa selalu tersenyum sepanjang hari walaupun terkadang aku habis di marahin dosen. Sama kayak kamu yang menganggap hari ini buruk karena banyak poin negatif yang kamu dapat. Bagi aku gak ada good day or bad day. Because, everything will be balance with you. Semua akan seimbang kalo aku sama kamu.” jelas Dika sambil menatap Erwin lembut. Erwin pun tersenyum.

“Jujur, perasaanku tadi gak enak gara gara kamu gak jawab pertanyaan ku. Dan berakhir aku tanya ke Reyhan. Trus aku dapet info kalo lembar jawabanmu dicuri sama dicopas orang. Dan kamu juga bilang kalo kamu di panggil pembina. Jadi aku langsung berangkat ke kampus pake grab. Karena aku yakin, pacarku lagi gak baik baik aja dan butuh aku di sampingnya. Dan ternyata aku bener kan?” ujar Dika sambil sedikit terkekeh. Erwin pun tertawa.

“Bener sayang. Dan Seharian tanpa kamu tuh, buat aku gak semangat hari ini. Dan yang seharusnya bisa aku hadapin pake kepala dingin, malah jadi gak bisa. Makasih ya sayang. Makasih banyak udah buat aku menerima seberapa berat hari ini.” ujar Erwin sambil mengecup tangan kanan Dika yang menyentuh pipinya.

“If you have a bad day. I will close it with something sweet and make it a beautiful day for you. Like today, aku masakin makanan kesukaan mu.” ujar Dika lembut.

“Thank you, Sunshine…” balas Erwin sambil mengecup lembut pucuk kepala Dika.

“Urwell, honey.” ujar Dika sambil menutup kedua matanya menikmati kecupan lembut di pucuk kepalanya.

Di dunia ini tidak ada yang sempurna. Kita tidak bisa membuat membuat hari yang kita lalu menjadi indah setiap saat. Tetapi kita bisa menyeimbanginya dan menutupnya dengan sesuatu yang indah untuk menghilangkan hal buruk yang sudah kita lewati.

--

--