Metode Hidroponik

Rakit Apung dan Sistem Sumbu

Hidroponik Sehat
3 min readJul 30, 2020

· SISTEM SUMBU

Sistem Sumbu (Wick System) merupakan metode hidroponik yang menggunakan bantuan sumbu sebagai penghubung antara nutrisi dengan perakaran pada media tanam (Kamalia et al., 2017). Sistem sumbu dapat dikatakan metode yang paling sederhana diantara metode hidroponik yang lain karena tidak memerlukan listrik. Sistem sumbu dapat dikatakan sebagai sistem pasif karena tidak ada bagian yang bergerak, akar pada tanaman tidak bersentuhan secara langsung dengan air nutrisi sehingga dalam pemberian asupan nutrisi membutuhkan media berupa sumbu untuk disalurkan ke akar tanaman. Bahan yang dapat digunakan sebagai sumbu yaitu kain flanel, tali fibrosa, jenis propylene, sumbu obor tiki, tali rayon atau mop helai kepala, benang poliuretan dikepang, tali wol.

Menurut Susilawati (2019), sistem sumbu sangat cocok bagi pemula yang sedang mencoba hidroponik namun kurang efektif apabila digunakan untuk tanaman yang membutuhkan banyak air. Prinsip kerja dari sistem sumbu merupakan prinsip kapilaritas yaitu menggunakan sumbu yang dapat menyerap air sebagai jembatan pengalir air nutrisi dari wadah penampung air ke akar tanaman. Alat yang dibutuhkan pun sangat mudah yaitu berupa bak plastik, sterofoam berlubang, netpot, bahan sebagai sumbu seperti kain flanel, larutan nutrisi dan media tanam seperti rockwoll, perlite, cocopeat dan hidroton.

Kelebihan sistem sumbu menurut Susilawati (2019)

a. Biaya tergolong sangat murah dan tidak bergantung pada listrik

b. Bentuk yang sederhana dapat memudahkan bagi pemula untuk budidaya hidroponik

c. Frekuensi penambahan nutrisi lebih jarang karena menggunakan sumbu sebagai jembatan nutrisi

Kelemahan sistem sumbu menurut Susilawati (2019)

a. Sedikit sulit dalam mengontrol pH air apabila jumlah tanaman banyak

b. Hanya cocok untuk tanaman yang tidak membutuhkan banyak air karena kemampuan kapiler sumbu dalam menyalurkan nutrisi bersifat terbatas.

· SISTEM RAKIT APUNG

Sistem rakit apung adalah salah satu teknik dalam budidaya tanaman dengan cara menanam tanaman pada lubang instalasi yang mengapung di atas permukaan larutan nutrisi dalam bak penampung (Kratky, 2009). Sistem rakit apung merupakan pengembangan dari sistem bertanam secara hidroponik yang dapat digunakan sebagai kepentingan komersial dengan skala kecil maupun besar. Prinsip kerja sistem rakit apung hampir sama dengan sistem sumbu yaitu sistem pasif karena tidak ada bahan yang bergerak dan sistem yang sangat sederhana. Perbedaannya dalam sistem rakit apung tidak memerlukan sumbu sebagai penghubung nutrisi dengan akar namun media tanam dan akar tanam langsung menyentuh larutan nutrisi. Sistem rakit apung sangat cocok untuk tanaman yang membutuhkan air banyak dengan jangka waktu yang relatif singkat seperti kangkung, pakchoy dan caisin (Susilawati, 2019).

Alat yang dibutuhkan dalam sistem rakit rapung yaitu berupa bak plastik, sterofoam berlubang, netpot, larutan nutrisi dan media tanam seperti rockwoll. Wadah pada sistem rakit apung cenderung tertutup sehingga oksigen sulit didapatkan, maka dari itu diperlukan aerator atau airstone yang dapat membantu memberikan oksigen pada tanaman.

Hidroponik sistem rakit apung memiliki kelebihan karena lebih mudah dalam aplikasinya, tidak membutuhkan energi listrik serta minim tenaga kerja sehingga sistem ini dapat diterapkan dalam skala kecil di rumah tangga hingga skala besar (Yunindanova et al., 2018). Selain itu menurut Susilawati (2019), kelebihan dari sistem rakit apung adalah biaya pembuatan yang murah dan bahan mudah dicari, perawatan tidak sulit, tidak tergantung pada listrik. Kekurangannya yaitu akar tanaman lebih rentan mengalami pebusukan karena terus tergenang dalam air larutan nutrisi dan kadar oksigen yang sedikit.

WAH, mantap sekali ya informasinya. Sudah semakin paham kan sobat tentang metode hidroponik? Dimulai dari NFT, DFT, aeroponik, pasang surut, dan hari ini terakhir yaitu system sumbu dan rakit apung. See u on next week dengan info yg lebih terbaru ya sobat!

Sumber

Kamalia, S., Parawita, D., & R, Soedrajad. (2017). Teknologi Hidroponik Sistem Sumbu Pada Produksi Selada Lollo Rossa (Lactuca Sativa L.) Dengan Penambahan Cacl2 Sebagai Nutrisi Hidroponik. Jurnal Agroekoteknologi, 11:(1), 96–106

Kratky, B.A. 2009. Noncirculating hydroponic method for leaf and semihead lettuce. J Hort Tech. 3(2): 206–207. ISSN 1995–0756.

Susilawati. (2019). Dasar-dasar Bertanam Secara Hidroponik. Palembang: Unsri Press

Yunindanova, M. B., Darsana, L., & Putra, A.P. (2018). Respon Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Seledri Terhadap Nutrisi Dan Naungan Menggunakan Sistem Hidroponik Rakit Apung. Jurnal Agroekoteknologi. 9 :(1). 1–8

--

--