Mangga madu

himeuniverse
4 min readOct 28, 2023

--

Pict by Pinterest

Ketika puas bermain dengan anabul yang ada di halaman belakang rumahnya, Ayrin mengajak buah hatinya yaitu Fara untuk masuk ke dalam rumah. Akan tetapi Fara masih enggan untuk menyudahi keasikannya dalam bermain bersama dengan anabulnya.

“Masuk yuk sayang.”

“Fara masih mau main sama anabul, Mah.”

“Ya sudah, mamah masuk ke dalam dulu yaa. Nanti kalau mainnya udahan cepet masuk ya sayang, kita makan mangga sama es krim yang tadi dibeliin sama papah.”

“Ciap mamah.”

Ayrin pun berjalan masuk ke dalam rumahnya untuk mengeksekusi buah mangga madu yang telah dibelikan oleh suaminya sewaktu dalam perjalanan pulang dari kantor. Ia mengambil bungkusan hitam yang ada di atas meja ruang tengah rumahnya, lalu berjalan menuju dapur untuk mencuci buah mangga madu tersebut. Setelah itu, ia juga segera menyuruh suaminya untuk turun menuju ke ruang tengah dan memakan buah mangga madu bersama dengannya. Di samping itu, dari tempat duduknya Ayrin melihat ke arah halaman belakang rumahnya untuk memantau buah hatinya yang tengah asik bermain bersama dengan 3 anabul mereka.

“Sayang…”

Sapa Farell yang kemudian disambut dengan senyuman hangat oleh istrinya. Ayrin pun meraih tangan kanan sang suami kemudian membawanya menuju ke arah wajahnya (salim). Farell pun melayangkan tangan kirinya ke atas surai hitam istrinya dan mengusapnya dengan lembut sebelum pada akhirnya ia duduk di samping istrinya.

“Tadi kerjaan di kantor gimana?”

“Tadi aku ada meeting sama beberapa client, terus ada kendala sedikit waktu tim client presentasi dan memaparkan proyeknya tiba-tiba listriknya padam, tapi tetap dilanjutkan walau terjeda sebentar.”

“Dilanjutinnya ga pake ppt?”

“Iyaa bener, jadi manual aja mereka memaparkan proyeknya.”

“Tapi aman kan? Atau adaa kendala lain lagi?”

“Overall aman kok sayang.”

“Syukurlah…”

“Loh anak kita mana?”

“Itu masih asik main sama anabul, tadi aku ajakin masuk masih mau main katanya.”

“Dia suka banget kayaknya sama kucing, sama banget kayak kamu.”

“Ngaca, baju kamu aja sampe ada gambar kucingnya gitu.”

“Gara-gara kamu ini…”

“Kok bisa gara-gara aku?”

“Dulu sebelum ketemu kamu, aku emang suka kucing, tapi ga too much. Terus setelah ketemu kamu dan tau kamu sayang banget sama kucing, jadinya aku juga makin gemes sama kucing.”

“Haha bisa gituuu?”

“Iyaa kamu juga gemesin kayak anak kucing.” Ucap Farell seraya mengusak pelan rambut istrinya.

“Fareeelll… rambutnya udah aku catok ih jangan kamu acak-acak.”

“Hehe sini sini aku benerin. Rambut kamu wangi banget sayang.”

“Iyakah?” jawab Ayrin yang masih sibuk mengupas mangga

“Iyaa, enak wanginya.”

“Makasii mamas. Oh iya, anak kita katanya mau tidur di kamar sendiri.”

“Iyaa?”

“Huum, tadi bilang ke aku rell.”

“Nih mangganya…” lanjut Ayrin

“Makasih cantik.”

“Iyaa sayang, gimana rasanya menurut kamu?”

“Wah manis bangeeet…”

“Yakaaan, mangga madu emang lebih enak. Apalagi yang matang langsung dari pohonnya.”

“Iyaa manisnya juga engga bikin eneg, besok-besok mau beli lagi kalo ada.”

“Hahaha, yaudah bentar aku mau panggil Fara dulu.”

“Iyaa sayang.”

Ayrin pun berjalan dan berhenti di ambang pintu belakang rumahnya.

“Sayang… Fara… sini makan mangga.”

“Iyaa mah.”

Fara pun berlari dengan membawa cici di gendongannya menuju ke arah mamahnya.

“Sayang jangan lari…”

“Hehehe capek mah.”

“Iya makanya jangan lari sayang, ini cici nya kok kamu bawa?”

“Soalnya bulunya cici lembut mah, dan cici yang paling sabar daripada bu kuki sama adeknya si coco.”

“Taruh dulu ya sayang, kan Fara mau makan-makan masa pegang anabul?”

“Hmmm yaudah, dadah cicii.” Ucap Fara sambil melepas cici dari gendongannya

“Pintarnya anak mamah, yuk kita cuci tangan dulu sayang.”

“Ayuk mah…”

Setelah mencuci tangan buah hatinya, Ayrin pun mengambilkan es krim yang tersimpan di dalam freezer kemudian berjalan kembali menuju ke ruang tengah.

“Sayang ini es krim vanila yang tadi dibelikan papah.”

“Wuaaa asiikk mam ecciimmm.”

“Bilang apa sama papah?” tanya Ayrin

“Makacii papaaahhh.”

“Iyaa sayang, enak ga es krimnya?”

“Hmm enak pah…”

“Mamah ga dikasih, Nak?”

“Mamah mau ecim?”

“Engga sayang, fara mam aja ecimnya.”

“Fara tadi dari mana, Nak?”

“Abis main sama anabul pah.”

“Fara suka banget sama anabul?”

“Sukaaa, tapi fara lebih suka sama cici soalnya cici baik pah.”

“Kalo bu kuki sama coco kenapa nak?”

“Bu kuki udah ga asik lagi kalo diajakin main pah, kalo coco jahat sama fara, dia suka nyakar. Kalo cici sabar dan baik, jadi fara sukanya main sama cici”

“Hahaha iyaa sayang, cici kan cewe jadinya kalem dia, beda sama coco yang cowo jadinya agak barbar dia.”

“Kalo gitu nanti Fara mau punya adek cewe aja biar bisa diajak main bareng.”

“Fara mau punya adek, Nak?”

“Iya Pah, tapi Fara maunya adek cewe aja, kalo cowo nanti jahatin Fara kayak coco.”

“Hahaha ya engga sayang, kalo adeknya cowo nanti bisa jagain Fara.”

“Apa bener Pah?”

“Iyaa Nak.”

“Yaudah kalo gitu Fara mau adek cewe sama cowo aja, yang cewe bisa main bareng Fara, yang cowo bisa jagain kita berdua.”

“Ya, Pah? Mah?” Lanjut Fara seraya melihat ke arah Papah dan Mamahnya

Ayrin yang melihatnya pun hanya tersenyum sambil mengusap pucuk kepala putrinya.

“Kata Mamah, Fara mau tidur sendiri ya?”

“Iya, Pah. Temen-temen sekolah Fara katanya sudah banyak yang tidur di kamar sendiri, jadi Fara mau tidur sendiri juga.”

“Kamu berani kalo tidur sendiri sayang?”

“Berani, Mah.”

“Ya sudah nanti kamarnya biar disiapin sama Papah dan Mamah ya, Nak.”

“Yeay makasih ya Pah, Mah.”

“Iyaa sayang.”

“Fara sekolahnya ada PR engga?”

“Engga ada, Mah.”

“Beneran sayang?”

“Iya bener, Mah. Fara mau ke cici lagi yaa.”

“Jangan lari sayang.”

“Iyaa, Mah.”

“Kalo lihat Fara jadi inget aku pas kecil dulu.”

“Kamu suka lari-lari ya pas kecil?”

“Iyaa hahaha bunda sampe kewalahan.”

“Bunda adalah aku sekarang…”

“Hehe, makasih ya sayang udah ngurusin aku sama anak kita dengan penuh perhatian dan kasih sayang.”

“Aku juga makasi kamu udah sayang dan jagain aku sama fara.”

Farell kemudian merebahkan dirinya di sofa dengan kepalanya bertumpu di atas pangkuan istrinya. Ayrin membelai wajah dan surai hitam suaminya dengan begitu lembut. Entah siapa nanti yang terlelap lebih dahulu, yang jelas malam itu keluarga kecil tersebut diselimuti oleh kebahagiaan.

--

--