kapal kita yang kemarin meninggalkan pelabuhan kini terasing di laut jawa. nahkodanya (aku) tidak bisa baca kompas. terasing, terombang-ambing. layarnya dikoyak hujan dan dikunyah angin. kayu-kayunya mahoni yang berderit setiap diinjak, bunyinya mirip curut. ombak-ombak yang deras dan kejam terus memutar kapal sampai kita, satu-satunya penumpang sekaligus nahkoda, pusing bukan kepalang. muntah dan keluar semua kepiting rebus yang kita makan kemarin malam.
tidak ada yang pernah bilang bagaimana rasanya terjebak di tengah hamparan samudera yang luas dengan setir di tangan. ada apa di laut dalam? seberapa besar harga yang harus dibayar untuk tetap hidup di kapal tanpa kendali?
kalau aku kapal, aku mau jadi kapal besi. nahkodaku tak perlu tahu cara baca kompas dan peta. tidak ada ombak yang cukup besar untuk menenggelamkan.
kenyataannya; aku kapal kayu tua. terombang-ambing, dihantam ombak, digerayangi rayap.
aku terasing.
