# damai

rin.
3 min readJan 6, 2023

sore hari itu terlihat lebih gelap daripada biasanya. ia turun dari motor nya lalu mengetuk pelan markas The zodiac, wajahnya serius seakan siap menghantam siapapun yang menghalangi jalan nya untuk bertemu dengan biantara. “ada perlu?” tanya salah seorang member the zodiac. “ya. gua mau ketemu sama ketua lo, biantara” jawab ray angkuh. ia siap menerobos masuk jika ia tidak di persilahkan masuk oleh member yang membukakan pintu untuknya itu.

“boleh, ayo gue anter.” ujar nya lalu mempersilahkan ray masuk. ia di tuntun menuju ruangan biantara serta wakil nya. matanya menjelajahi markas yang terlihat luas di dalam nya, seluruh atensi mata tertuju dengan ray yang tiba tiba masuk ke dalam markas pribadi the zodiac. pintu ruangan biantara terbuka setelah member yang menuntunnya menjelaskan apa yang terjadi kepada biantara dan juga wakilnya. “gue cuma mau ngobrol empat mata sama lo biantara”

astara, wakil kapten dari the zodiac paham lalu memilih keluar ruangan dan menutup nya kembali. “jadi?” tanya biantara dengan tatapan tajam. “mending lo siaga” ujar ray tanpa basa basi. “siaga?” tanya biantara. ray berdecak kesal lalu mengikat tangan dan kaki biantara agar orang itu diam. “WOI MAKSUD LO APA JANCOK?!” Seru biantara sambil berusaha melepas ikatan nya. “BERISIK! GUA MAU LO TETEP HIDUP BIANTARA!”

“gua bisa jaga diri gua sendiri brengsek!” ketus biantara. ray menarik nafas nya dalam dalam lalu memberikan sinyal pada geksa bahwa ia sudah mengurus biantara. “dengerin gue. alligators milih buat bantai abis the zodiac karena masalah kemarin. gue mau lo tetep hidup buat nerusin perusahaan akramanggala. lo pinter acting di depan bokap dan lo seharusnya bisa acting juga disaat saat begini” ujar ray lalu menodongkan pistol tepat di kepala biantara. “peduli lo sama gue?” tanya biantara. ray diam sambil terus menodongkan senjata nya. “gue nanya sama lo tolol!”

dor!

suara tembakan itu membuat astara dan geksa kaget. mereka mencoba membuka pintu ruangan itu tapi tidak bisa, seperti terkunci. “entah siapa yang mati tapi gue harap bukan ray” gumam geska. tembakan itu memecahkan figura foto yang tergantung di ruangan biantara, fotonya dan biantara saat kecil. “lo kenapa masih simpan foto itu?” tanya ray pelan. “gue kira itu pistol kosong”

“jangan mengalihkan topik tolol! buat apa lo pajang foto itu?” tanya ray. “ya karena lo adek gue. semua salah paham yang ada udah gue lurusin” jawab biantara. “adek lo? ga salah denger nih? ADEK lo?” biantara mengangguk “lo gak ngelakuin semuanya sesuai taruhan yang udah di buat?! buat apa ada taruhan bodoh?! buat apa alterra lawan the zodiac?!”

“wes pelan pelan. pertama, ya. semuanya gak gue lakuin. gue juga belum pulang semenjak lo koma, dan taruhan hanya sebagai pemanis. buat apa? gue mau hancurin alterra karena lo sayang sama geng itu! gue benci liat nya! gue mau deket sama lo tapi? lo bahkan nolak tiap ajakan gue. ‘nanti bang gue ada event sama geng gue’ persetan sama hal itu gua benci banget denger nya!” wajahnya tidak bisa berbohong bahwa ia benar benar membenci hal itu. ray kembali duduk di kursi nya saat mendengar pengakuan itu. “emang dari awal gue sayang sama lo ray. cuma gue gengsi, gue juga suka hilang kendali.. gue sayang sama mama, gue minta maaf”

“gue juga minta maaf ke lo. gue benci lo tanpa gue nanya kenapa”

“lo berhak benci gue ray, maaf”

15 menit terlewati, ray tidak terlena dengan situasi itu. ia segera pamit dan tanpa lupa memberitahukan bahwa jangan sampai polisi tau bahwa alligators pelaku nya. “gue harap pacar lo tetep hidup. bye”

“akhirnya kita berdamai ya?”

--

--