Semua Ada Waktunya

Enlighter
4 min readAug 24, 2021

--

Foto pribadi diambil di Langit Pulau Sumatera, Juli 2021.

Semua ada waktunya…

iya semua memang terjadi sesuai dengan garis waktu yang telah ditentukan.

Apa kabar para pembaca? tidak terasa sebentar lagi kita akan memasuki bulan September. Waktu berjalan dengan cepat ternyata. Ketika menginjak bulan dengan akhiran ‘-ber’, waktu benar-benar akan seperti angin yang mampir.

Ini adalah tulisan pertamaku di tahun ini. Akhir tahun kemarin aku berharap 2021 akan menjadi tahun yang lebih baik. Layaknya business review yang dilakukan oleh perusahaan untuk meninjau performanya setiap periode tertentu, aku rasa aku ingin menyampaikan apa yang aku alami sampai detik ini di 2021. Sudah lama aku tidak menulis.

Aku sebenarnya bingung mau cerita dari mana tapi yang jelas aku masih disini, terjebak di Weedland. Awal tahun ini aku mendapati sekitar 2–3 panggilan wawancara pekerjaan, namun hasilnya masih nihil. Bulan Agustus ini aku mendapat panggilan lagi akan tetapi entah kenapa aku merasa pesimis dengan performaku. Semoga saja hanya perasaanku saja. Ini adalah tahun ketigaku dalam ikatan dinas dan aku sudah tidak sabar untuk mendapatkan tempat kerja baru dimana aku bisa menjadi diriku sendiri dan bergairah dalam menekuni pekerjaan.

Semua ada waktunya

Bulan November ini kakakku akan menikah. Alhamdulillah kalau sudah memang waktunya tidak akan kemana. Calon kakak iparku orang yang baik dan perhatian. Aku merasa seperti memiliki kakak laki-laki yang mengayomi keluargaku. Papaku meninggal 9 tahun lalu dan aku kini akan menjadi wali nikah buat kakakku. Rasa gugup sepertinya akan lebih berat ke wali nikah daripada sang mempelai sendiri, haha. Semoga rangkaian acara dapat berjalan dengan lancar.

Semua ada waktunya

2021 menandai pertama kalinya aku pacaran setelah satu dekade lebih tidak menjalin hubungan. Pada dasarnya aku enggan menyandang status pacaran karena aku berjanji pada diriku sendiri ketika aku menjalin hubungan lagi itu karena aku ingin memiliki hubungan serius yang berujung pada pernikahan. Namun pikiran wanita kadang tidak bisa ditebak jadi aku mengikuti saja alurnya. Hubungan ini tidak bertahan lama, hanya sekitar 4 bulan. Aku memutuskan untuk tidak melanjutkannya karena alasan fundamental yang tidak bisa aku abaikan begitu saja. Wanita ini sudah aku kagumi sejak belasan tahun. Menjalin hubungan dengannya seperti mimpi yang terwujud. Pada beberapa kesempatan aku menceritakan wanita ini ke mama. Entah ini firasat atau apa, Aku tidak melihat adanya gairah yang muncul dari mama. Tidak seperti saat aku menceritakan seorang wanita dari Sidoarjo yang mana mama benar-benar tertarik bahkan mau ikut aku berangkat kesana untuk menemuinya, walaupun ini hanya menjadi wacana. Satu hal fundamental yang mengganjalku adalah kepercayaan. Walaupun sama-sama menyandang titel muslim, sayangnya wanita ini tidak melaksanakan sholat. Jika wanita yang kelak akan menjadi pendamping hidupku tidak dapat mencintai Tuhan-nya, bagaiman bisa dia mencintaiku sepenuhnya?

Semua ada waktunya

Hampir 2 tahun kita dilanda badai besar bernama Covid-19. Dunia serasa terkekang. Aku yang terpaksa menjalani hidup di perantauan merasakan kerasnya kehidupan. Jauh dari keluarga dan teman, tidak bisa kemana-mana dan terjebak dalam sebuah pabrik yang isinya orang-orang gila benar-benar menguji diriku sebagai manusia. Belum lagi hari ini aku memasuki isolasi mandiri hari ke 8.

Iya aku positif Covid-19.

Perasaan was-was menghantuiku. Jauh dari orang-orang yang aku sayangi dan peduli denganku benar-benar membuat pikiranku terbang kemana-mana. Virus yang dapat mengancam nyawa ini tentu dapat membunuhku, mengingat dulu aku pernah mengidap penyakit asma. Kejadian ini mengajarkanku bahwa orang yang bisa aku andalkan adalah diriku sendiri. Orang yang benar-benar peduli dengan diriku adalah aku. Aku sakit hati ketika ada orang bilang kepadaku “nanti kalau ada apa-apa bilang ya.” dan ketika aku minta tolong kepadanya seperti untuk membelikan belanjaan dan dia berkata “kan itu ada aplikasi ojek online, pakai itu saja.” Terkadang aku bingung dengan manusia. Kalau aku bisa melakukannya sendiri tentu aku tidak akan minta tolong. Aku berusaha berpikir positif, mungkin dia tidak tahu bahwa fasilitas belanja online lewat ojek ini belum ada di Weedland. Aku ingat semasa kuliah dulu ada satu seniorku yang memiliki prinsip hidup untuk tidak menyusahkan orang lain. Prinsip ini pun juga aku pakai dalam kehidupan sehari-hari. Sebisa mungkin aku akan mengurus urusanku sendiri tanpa merepotkan orang lain. Kita tidak tahu apa yang dipikirkan oleh orang lain ketika kita meminta bantuan. Lebih baik aku urus sendiri.

Semua ada waktunya

Mantra yang aku pegang dalam menjalani hidup yang singkat ini. Semuanya ini sudah diatur oleh Allah SWT. Apapun yang terjadi pada diri kita sudah dituliskan di Lauhul Mahfudz. Ada beberapa hal yang mungkin Allah tuliskan “as you wish”. Hal ini yang membuatku terus berdoa dan memohon kepada-Nya agar hidupku ini dilimpahi keberkahan dan dilapangkan hatiku dari pikiran negatif. Apa yang terjadi pada diriku memang tidak semuanya sesuai keinginanku. Aku tahu beberapa tahun terakhir ini apa yang terjadi kepadaku banyak yang tidak sesuai dengan apa yang aku inginkan. Namun aku sadar, semuanya ini memang harus terjadi agar aku bisa memaknai hidup ini dan bersyukur terhadap nikmat-Nya.

Semua ada waktunya

Mungkin aku belum mendapat tempat kerja yang sesuai dengan apa yang aku dambakan namun Alhamdulillah rezekiku lancar, tabunganku banyak. Mungkin aku jauh dari keluargaku terutama mamaku namun keluargaku dalam keadaan sehat dan dalam lindungan Allah. Mungkin aku belum menemukan jodohku yang benar-benar sesuai dengan apa yang aku dambakan. Mungkin Allah memberikan banyak kesempatan kepadaku untuk berbenah agar dapat menjadi seorang imam dan kepala keluarga yang baik nantinya.

Semua ada waktunya. Kita tidak bisa menghindarinya. Apa yang bisa kita lakukan adalah menjalaninya dengan ikhlas dengan penuh rasa syukur. Hidup ini terlalu singkat untuk berkeluh-kesah.

Tetap jaga protokol kesehatan dan tentunya jaga diri dimanapun kalian berada. Badai Covid-19 akan berlalu. Aku yakin.

Until next article, my dear readers…

Banda Aceh, 24 Agustus 2021.

--

--