Content Marketing, Strategi Pemasaran di Era Digital

Umsida Menyapa
5 min readAug 30, 2023
Instagram content marketing (Sumber: Pexels)

Sejak munculnya tren penjualan secara online, membuat beberapa orang perlahan meninggalkan kegiatan jual beli dengan cara konvensional. Saat ini pebisnis dapat memaksimalkan eksistensi teknologi dalam memasarkan produk. Salah satunya yaitu media sosial yang saat ini difungsikan untuk berbagai hal, tak terkecuali belanja.

Instagram menjadi salah satu wadah pebisnis untuk melakukan strategi pemasaran digital. Seperti yang telah diketahui, saat ini Instagram menjadi salah satu media yang banyak digunakan.

Sumber: Pexels

Keadaan ini memunculkan peluang untuk menciptakan strategi pemasaran menggunakan media digital agar lebih cepat meraih perhatian publik, yang disebut dengan content marketing (pemasaran konten). Dalam penerapannya, content marketing merupakan suatu kegiatan pemasaran yang menjadikan konten sebagai bahan utama untuk melakukan promosi agar produk lebih dikenal hingga mendapatkan potential buyer.

Lihat juga: Kebohongan Antarpribadi di Era Self-Media

Pemasaran konten yang baik memiliki ciri khas tersendiri yang disesuaikan dengan target pasar dan juga identitas dari brand tersebut sehingga konten dapat meraih pasar yang sesuai. Selain itu, dengan menggunakan content marketing yang unik, brand akan lebih mudah dikenali oleh pelanggan sehingga membuat brand tersebut menduduki peringkat teratas dalam ingatan pelanggan tentang sebuah produk karena memiliki “pembeda” dengan merek lainnya.

Dalam teori content marketing yang berkualitas, terdapat tujuh elemen content marketing yang berkualitas, diantaranya relevansi, informatif, reliabilitas, nilai, keunikan, emosi, dan intelegensi. Konten yang memiliki elemen tersebut bisa dijadikan bahan agar konten lebih “menjual” dan berbeda dengan konten lainnya sehingga dapat menjadikan sebuah strategi content marketing yang dapat meningkatkan brand awareness suatu merek.

Lihat juga: Sarkasme di Media Sosial, Bisakah AI Membantu Mendeteksinya?

Brand awareness (kesadaran merek) merupakan kesanggupan calon pembeli untuk mengingat atau mengenal lebih dalam tentang suatu brand yang merupakan bagian dari kategori produk tertentu. Brand awareness bisa disebut juga dengan key of brand asset atau kunci pembuka untuk masuk ke elemen lain suatu produk.

Apalagi saat ini, fungsi brand awareness menjadi krusial bagi brand karena ia dapat menjadi pembeda produk tersebut dari brand kompetitor. Oleh karena itulah, banyak brand berlomba-lomba membuat strategi content marketing yang unik dan berbeda agar bisa menimbulkan ciri khas yang mudah diingat bagi calon konsumennya.

Saat ini, yang marak menerapkan strategi pemasaran ini adalah brand sepatu lokal, Aerostreet dan Geoff Max misalnya. Mereka rajin mengunggah konten marketing di Instagram baik berupa cerita, foto, dan video. Konten yang diunggah pun memiliki ciri khas masing-masing dan mengandung elemen tertentu.

Lihat juga: MK Perbolehkan Parpol Kampanye di Kampus, Pakar Hukum Umsida Beri Tanggapan

Sumber: Pexels

Elemen Content Marketing yang Diterapkan

1. Relevansi Konten dengan Target Pasar (Relevansi)

Dalam menjalankan strategi marketing, konten yang digunakan untuk mempromosikan produk sesuai dengan target pasar. Konten yang memiliki relevansi dengan target pasar bermanfaat untuk membantu mereka memenuhi kebutuhannya.

Misalnya, Aerostreet yang mengeluarkan produk bernama Tactical series, sepatu ini cocok untuk orang yang gemar melakukan kegiatan outdoor. Lalu, Geoff Max pun memiliki desain sepatu yang sangat cocok untuk digunakan oleh seorang skateboarder, seseorang yang gemar melakukan olahraga ekstrem, atau orang yang memiliki selera street style dan old school.

2. Konten Mampu Memberikan Informasi (Informatif)

Sebuah brand mampu memberikan informasi tentang produk melalui konten. Fungsi utama sebuah konten dalam menjalankan strategi marketing adalah sebagai wadah informasi bagi audiens agar lebih mengetahui detail brand tersebut.

Pencarian informasi tentang sebuah produk bisa dilakukan melalui beberapa hal, misalnya review produk. Banyak merek berupaya mencapai lebih banyak pengguna untuk berinteraksi satu sama lain dan berlangganan guna mendapatkan lebih banyak ulasan. Pada postingan baik Aerostreet maupun Geoff Max yang terdapat review dari pembelinya melalui kolom komentar.

Lihat juga: Inovasi Pendidikan Inklusi Berkilau di SD Muhammadiyah 01 Candi

Seperti netizen yang mengeluhkan stiker Aerostreet yang mudah lepas dan pemakaian sepatu yang panas, lalu Geoff Max dikeluhkan karena memiliki warna yang gampang pudar. Beberapa review tersebutlah yang menjadi informasi baru dan membuat calon pembeli brand ini akan berpikir ulang tentang kualitas suatu brand

3. Terdapat nilai pada suatu konten (Bernilai)

Suatu konten akan lebih dilirik jika memiliki nilai yang membuahkan minat dan mendidik audiens. Selain berkolaborasi dan mempromosikan produk, Geoff Max juga menyelipkan suatu pesan di dalam content marketing-nya.

Dengan tagline This is not That, bermakna bahwa saat kolaborasi, kedua pihak tidak mau produknya di sama-samakan. Simbol tidak sama dengan (≠) pada ada sisi produknya sebagai tanda penjelas bahwa setiap daerah memiliki ciri khas dan karakteristik sendiri yang berbeda dengan merek lain

4. Memiliki keunikan tersendiri dalam suatu konten (Unik)

Cross promotion dipilih kedua brand ini dalam strategi pemasarannya. Cross promotion merupakan kerjasama brand dengan brand lain yang tidak selinier. Dengan menerapkan elemen ini, tidak hanya meraih target pasar internalnya sendiri, tapi juga mendapatkan target pasar dari brand yang diajak berkolaborasi

Penerapan ini dapat menjadi ciri khas suatu brand, loh! Misalnya Aerostreet yang sudah lama menerapkan hal ini. Ia berkolaborasi dengan brand yang memang sangat berbeda dengan brand-nya sendiri seperti biskuit, air mineral, influencer, dan lainnya.

5. Konten mampu mendapatkan emosi audiens (Emosi)

Sumber: Pexels

Konten yang mampu menarik emosi audiens (positif atau negatif) lebih menarik bagi pelanggan daripada konten netral. Misalnya konten yang berisi gimmick, humor, atau kontroversi.

6. Konten dapat dipercaya khalayak (Reliable)

Agar dapat meraup pangsa pasar sesuai dengan yang telah ditargetkan, konten hendaknya berisi hal-hal yang bisa dipercaya oleh publik. Kedua brand ini merupakan brand lokal terlaris yang ada di pasaran. Hal ini merupakan salah satu dampak penerapan content marketing dan hasil rekomendasi orang lain melalui review dan testimoni.

Selain itu, kedua merek ini juga kerap melakukan strategi pemasaran dengan cara menggandeng tokoh terkenal untuk mempromosikan produknya agar bisa meraih target pasar yang lebih luas. Brand ambassador yang dipilih pun diselaraskan dengan produk yang akan mereka promosikan. Kesesuaian antara merek dengan brand ambassador yang dipilih akan menimbulkan keyakinan kepada konsumen bahwa selebritas tersebut tidak hanya dibayar untuk menjadi brand ambassador, melainkan meyakinkan konsumen bahwa mereka juga menggunakan produk dari perusahaan tersebut.

Konsistensi dalam membuat konten juga menjadi salah satu faktor bahwa brand tersebut dapat dipercaya. Oleh karena itu, konten marketing yang disajikan tetap mengikuti tren.

7. Bisa diproses oleh mesin pencarian (Intelligence)

Yang terakhir yaitu content marketing dalam dipahami oleh manusia dan dicerna oleh mesin pencarian atau teknologi. Oleh karena itu, kedua brand ini menggunakan teknologi lainnya untuk melakukan strategi pemasaran seperti website, e-commerce, dan lainnya.

Dari paparan di atas, bisa dikatakan bahwa pergeseran strategi content marketing secara konvensional mulai terlihat dengan adanya media sosial yang banyak digunakan. Kreativitas dan konsistensi menjadi kunci untuk mempertahankan target pasar bahkan hingga memunculkan sikap kesadaran merek (brand awareness).

Penulis: Romadhona S.

*Humas Umsida

--

--