Beberapa Bulan Menerapkan Dikotomi Kendali

Muhammad Ikhsan Nur
2 min readApr 30, 2022

--

Photo by Spencer Davis on Unsplash

Mulai dari reels dibuat Instagram, banyak rekomendasi buku yang saya dapatkan. Mulai dari buku self-help, novel, sampai dengan filsafat. Jika melihat dari rak buku kamar, belum ada satu pun buku berkaitan dengan filosofi. Saya coba memutuskan untuk mencari buku filosofi ringan (karena di akal saya waktu itu semua buku filosofi terkesan berat) dan akhirnya saya menemukan buku Filosofi Teras karya Henry Manampiring.

Salah satu bab pembukaan di buku itu adalah Dikotomi Kendali (Dychotomi of Control). Sebuah fundamental yang disepakati Filsuf Stoa mengenai kejadian yang terjadi dalam kehidupan. Ada yang sifatnya bisa kita dikendalikan dan ada juga yang tidak bisa kita kendalikan.

Berikut beberapa contoh kejadian yang tidak bisa kita kendalikan.

  • Opini orang terhadap kita
  • Popularitas
  • Mood teman
  • Mood manager kita di kantor
  • Kenaikan gaji
  • Kekayaan

Dan berikut beberapa contoh yang ada di bawah kendali kita sepenuhnya.

  • Persepsi kita terhadap sesuatu
  • Visi kita
  • Tindakan kita
  • Respon kita terhadap sesuatu

Some things are up to us, some thing are not up to us

- Epictetus (Enchiridion

Saya coba mulai menerapkan konsep ini beberapa bulan ke belakang hingga sekarang. Beberapa hal yang mulai terasa berubah semenjak saya menerapkan konsep ini. Diantaranya adalah

Lebih siap untuk berbagai kemungkinan

Sebelum memulai hari, saya coba melihat kegiatan apa saja yang akan saya kerjakan atau temui hari ini. Misalnya meeting dengan kolega ataupun dengan manager. Kemudian merenungkan hal apa saja yang bisa terjadi dalam sebuah meeting. Dan menandai kejadian mana saja yang bisa saya kendalikan dan mana saja yang di luar kendali saya. Setelah kejadian itu jelas, saya bisa fokuskan ke bagian “di bawah kontrol atau kendali saya”.

  • Menyampaikan pendapat dengan jelas (dibawah kendali)
  • Dikritik kolega (diluar kendali)
  • Ide menang saat voting (diluar kendali)
  • Ide ditolak (diluar kendali)
  • Manager bad mood (diluar kendali)
  • Kolega bad mood (diluar kendali)
  • Manager good mood (diluar kendali)
  • Kolega good mood (diluar kendali)
  • Membuat gagasan atau ide yang terbaik (dibawah kendali)
  • Mengartikulasikan ide dengan baik (dibawah kendali)

Membantu mengurangi kecemasan atau emosi negatif lainnya

Dengan fokus pada kejadian dibawah kendali, membuat saya sadar banyak hal di luar kendali dan mengurangi rasa cemas terhadap apa yang akan terjadi. Walaupun dalam praktiknya saya masih seringkali muncul emosi negatif saat hal di luar kendali terjadi, anehnya emosi negatif itu cepat kembali netral. Karena teringat kembali akan sesuatu yang di luar kendali. Ingatan ini membuat jarak antara saya dengan kejadian itu. Memberi ruang untuk berpikir sehingga bisa melepas perasaan negatif.

Tetap membutuhkan latihan untuk menerapkan dikotomi kontrol secara terus menerus. Dan bukan hal yang mudah untuk konsisten menerapkan fundamental dari Filsuf Stoa ini. Sekilas jika dikaitkan dengan agama saya saat ini, konsep dikotomi kontrol berfokus pada “Ikhtiar” instead of mencemaskan apa yang ada di luar kendali kita.

Seberapa banyak ide atau niat baik kita terhalang oleh hal di luar kendali?

--

--