Badai PHK Kembali Marak, Ini Cara Startup Agar Bertahan di Tengah Fenomena Tech Winter

Indigo by Telkom Indonesia
3 min readApr 3, 2023

--

Pada akhir 2022, sejumlah startup Indonesia seperti PT Gojek Tokopedia atau GoTo, RuangGuru, dan Sayurbox telah melakukan PHK terhadap ratusan karyawannya. GoTo telah melakukan perampingan karyawan sebanyak 12 persen atau sekitar 1.300 orang. Sementara itu, Sayur Box ikut melakukan pemutusan hubungan kerja terhadap karyawannya sebanyak lima persen. PHK massal ini tentu menimbulkan banyak pertanyaan. Lantas apa penyebabnya?

Tech Winter. Istilah ini kembali ramai diperbincangkan oleh para praktisi lantaran dianggap sebagai salah satu penyebab terjadinya badai PHK di perusahaan rintisan. “Fenomena tech winter saat ini tengah melanda sektor ekonomi digital dunia.” ujar Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo), Johnny G Plate. Secara garis besar, tech winter merupakan kondisi penurunan minat investor pada perusahaan berbasis teknologi. Diketahui bahwa investasi startup sangat berpengaruh pada pembiayaan kebutuhan operasional startup, sehingga tak heran jika fenomena ini mampu mengubah kondisi startup yang perlahan mulai tumbang.

Ragil Widiharso selaku Manager Indigo Integration & Community Engagement mengatakan bahwa, berdasarkan data, jumlah pendanaan startup global menurun. Pada tahun 2021, di Indonesia sendiri memiliki 6,6 miliar USD. Kemudian sepanjang tahun 2022, jumlahnya menurun sebanyak 36 persen yaitu menjadi 4,2 miliar USD.

Faktanya fenomena tech winter sudah terlihat semenjak pandemi Covid-19. Saat itu, kondisi perekonomian negara semakin hari kian memburuk. Banyak PHK terjadi dimana-mana. Tech winter ditandai dengan adanya pemberhentian sementara hingga pemutusan hubungan kerja bagi karyawan. Tak hanya itu, angka pertumbuhan bisnis di startup tertentu tidak mengalami peningkatan.

Faktor tech winter sendiri bermacam-macam, seperti geopolitik perang Rusia-Ukraina, pandemi covid, bencana alam, dan kenaikan suku bunga oleh Bank Sentral Amerika Serikat. Itulah yang menyebabkan para investor lebih memilih untuk menyimpan uangnya daripada menanam modal di startup, guna menghindari resiko tinggi.

Dilansir dari Geolive, menurut Director Center of Economic and Law Studies, Bhima Yudhistira, “Tech winter di industri startup masih akan berjalan cukup panjang. Startup disarankan untuk tidak hanya mengandalkan pendanaan baru saja, namun butuh memerlukan strategi yang tepat untuk mendanai perusahaan. Selain itu, startup juga dituntut untuk melakukan evaluasi target, mengubah model bisnis, membuat inovasi layanan serta produk, dan melakukan kolaborasi dengan pihak yang potensial.”

Meski kondisi ini sedikit mencemaskan, ada beberapa cara yang dapat dicoba oleh para penggiat startup untuk bertahan di tengah fenomena tech winter.

  1. Melakukan efisiensi kegiatan

Pada situasi seperti ini, startup perlu mengoptimalkan penggunaan biaya operasional. Misalnya, memotong biaya operasional yang tidak terlalu dibutuhkan. Tidak hanya itu, pihak manajemen juga dapat menempatkan talenta kompeten di posisi yang tepat.

2. Memanfaatkan unique value proposition

Unique value proposition merupakan sebuah nilai keunikan yang dimiliki oleh startup untuk ditujukan ke konsumennya. Sebenarnya, UVP menjadi hal dasar bagi startup untuk mengembangkan bisnisnya. Namun pada momen ini, menonjolkan kembali UVP kepada konsumen bisa menjadi alternatif bagi startup untuk bertahan di tengah maraknya tech winter. Selain itu, startup juga dapat memperluas market mereka secara aktif.

3. Jangan hanya fokus pada digitalisasi produk

Alasan terbesar berdirinya sebuah startup, yaitu keinginan para founder untuk memudahkan masyarakat dalam beraktivitas dengan mengandalkan teknologi. Hal ini memang benar, namun harus diperhatikan juga bagaimana skema model bisnisnya dan cara startup untuk tetap mempertahankan konsumen dengan kualitas produk yang dimilikinya.

Jika melihat dari sisi positif, fenomena tech winter bisa saja menjadi contoh bagi para penggiat startup untuk tetap aware pada kemungkinan buruk yang akan terjadi. Sehingga, startup perlu bersiap dan perlu memiliki strategi manajemen yang tepat untuk mengatasi kondisi semacam ini.

--

--

Indigo by Telkom Indonesia

One of the biggest startup facilitator, investor, incubator & accelerator in Indonesia. Follow @indigo.telkom on social media for more information.