Filsafat dan Relevansinya di Era Modern

Muhammad Mutsaqqif
5 min readOct 12, 2023

--

Keraguan seputar relevansi filsafat masih ada di antara beberapa kalangan, terutama berakar pada kekhawatiran bahwa filsafat dapat menjadi terlalu abstrak dan terlampau jauh dari masalah praktis. Para pengkritik berpendapat bahwa bidang ini mungkin tampak esoterik, penuh dengan jargon yang rumit dan latihan intelektual yang dapat terlihat terputus dari tantangan nyata dunia modern. Para pengkritik ini menyatakan bahwa filsafat, kadang-kadang, tidak memiliki kegunaan pragmatis yang terlihat jelas dalam disiplin ilmu lain seperti sains atau teknologi, yang menghasilkan solusi konkret untuk masalah-masalah dunia nyata.

Selain itu, mereka mempertanyakan keampuhan spekulasi filosofis dalam menangani masalah-masalah sosial kontemporer, dengan menyatakan bahwa nilainya berkurang di era yang didorong oleh bukti empiris dan pengambilan keputusan berdasarkan data. Selain itu, dalam masyarakat yang serba cepat dan berorientasi pada hasil, langkah bertahap dari penyelidikan filosofis mungkin tampak tidak memadai untuk mengatasi krisis langsung atau dilema praktis yang kompleks.

Argumen bahwa filsafat terlalu abstrak dan terpisah dari isu-isu praktis perlu ditelaah secara kritis. Meskipun benar bahwa filsafat sering terlibat dalam pertanyaan-pertanyaan abstrak dan teoritis, adalah keliru untuk menyimpulkan bahwa pertanyaan-pertanyaan semacam itu tidak memiliki relevansi praktis. Penalaran filosofis memberikan landasan intelektual untuk mengatasi dilema praktis dengan menawarkan kerangka kerja untuk berpikir kritis, analisis etis, dan klarifikasi konseptual. Penalaran filosofis memberi kita alat yang diperlukan untuk memahami dasar-dasar masalah yang mendesak, baik dalam bidang etika, politik, teknologi, atau sains.

Lagipula, abstraksi yang melekat pada filsafat tidak serta merta menjadikannya tidak relevan; sebaliknya, filsafat berfungsi sebagai sarana untuk menyelidiki pertanyaan-pertanyaan mendasar, sehingga memungkinkan solusi yang lebih kuat dan komprehensif untuk masalah-masalah di dunia nyata. Sama seperti teori ilmiah yang menginformasikan aplikasi praktis, pertanyaan-pertanyaan abstrak filsafat pada akhirnya menemukan ekspresi dalam kebijaksanaan praktis, panduan etis, dan fondasi prinsip-prinsip etika dan politik. Menganggap filsafat sebagai sesuatu yang tidak praktis hanya karena sifatnya yang abstrak akan mengabaikan peran penting filsafat dalam membentuk wilayah intelektual yang darinya solusi praktis dan panduan etika muncul.

Dalam dunia yang rumit dan berkembang pesat saat ini, peran filsafat menjadi lebih penting dari sebelumnya. Filsafat berfungsi sebagai mercusuar intelektual, menerangi perairan yang belum dipetakan dari pertanyaan-pertanyaan moral, sosial, dan eksistensial. Filsafat menawarkan ruang untuk refleksi kritis terhadap dilema etika yang kompleks yang muncul dari teknologi baru, perubahan iklim, dan isu-isu sosial-politik. Dengan mendorong pemikiran kritis dan analisis konseptual yang mendalam, filsafat membekali individu untuk menavigasi lautan informasi yang luas, informasi yang salah, dan retorika yang memecah belah yang menjadi ciri era informasi kita. Filsafat juga memberikan landasan bagi prinsip-prinsip etika dan kerangka kerja moral yang diperlukan untuk membangun masyarakat yang adil dan setara.

Sekarang kehidupan ini penuh dengan ketidakpastian dan perubahan yang cepat, peran filsafat adalah untuk menantang asumsi-asumsi, mengeksplorasi kebenaran-kebenaran fundamental, dan membentuk lanskap intelektual yang darinya solusi-solusi pragmatis dan panduan etika muncul. Mengabaikan filsafat dalam menghadapi kompleksitas kontemporer berarti mengabaikan fungsinya yang tak tergantikan sebagai penjaga pemahaman yang lebih dalam, penalaran kritis, dan nilai-nilai yang mendukung masyarakat yang tercerahkan dan menyeluruh.

Filsafat berfungsi sebagai pemandu yang terhormat tentang catatan sejarah intelektualisme sepanjang sejarah manusia. Filsafat menawarkan catatan komprehensif tentang pencarian manusia yang tak henti-hentinya untuk memahami pertanyaan-pertanyaan mendasar tentang eksistensi, pengetahuan, etika, dan sifat dasar dari realitas. Sebagai kompas intelektual, filsafat tidak hanya memetakan evolusi pemikiran manusia tetapi juga memetakan lintasan perkembangan budaya, ilmiah, dan etika. Sejarahnya yang kaya memungkinkan kita untuk melacak evolusi ide dan teori, yang berfungsi sebagai panduan penting bagi fondasi intelektual peradaban kita.

Terlebih lagi, peran filsafat dalam melestarikan warisan pemikiran manusia adalah tugas yang akan terus berlanjut hingga selamanya. Selama manusia berusaha untuk mengeksplorasi misteri alam semesta, filsafat akan bertahan sebagai panduan abadi, memetakan lanskap intelektual, menggali kebijaksanaan masa lalu, dan menerangi jalan ke depan untuk generasi mendatang, memastikan signifikansinya yang tak lekang oleh waktu sebagai landasan eksplorasi intelektual.

Contoh konkret yang menunjukkan relevansi filsafat sangat banyak, dan mudah diterima oleh berbagai kalangan. Ambil contoh, daya tarik universal dari dilema etika, seperti masalah troli, yang terus memikat orang di berbagai bidang dan latar belakang. Kebingungan moral ini, yang awalnya diajukan oleh filsuf Philippa Foot, memaksa individu untuk bergulat dengan pertanyaan-pertanyaan mendalam tentang nilai kehidupan manusia dan etika pengambilan keputusan. Ranah kecerdasan buatan dan robotika bergantung pada pertimbangan etis dan metafisik, yang dicontohkan oleh perdebatan seputar tanggung jawab moral AI, masalah kesadaran, dan implikasi transhumanisme.

Di era yang ditandai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin cepat, penyelidikan filosofis berdiri sebagai benteng yang sangat diperlukan dalam pemikiran kritis dan penalaran etis, menjawab pertanyaan-pertanyaan mendalam tentang eksistensi, moralitas, dan pengetahuan yang menopang dunia kita yang berkembang dengan cepat. Relevansi abadi filsafat terletak pada kapasitasnya untuk memandu pengambilan keputusan etis dalam menghadapi dilema moral yang rumit, mendorong pemikiran kritis yang ketat yang penting untuk membedakan kebenaran dari kepalsuan, dan menawarkan wawasan yang mendalam tentang sifat kesadaran, masyarakat, dan kondisi manusia, sambil memberikan prinsip-prinsip abadi yang menginformasikan pengembangan AI yang beretika, pembuatan sistem politik yang adil, dan negosiasi kebingungan etika yang ditimbulkan oleh teknologi baru dan krisis lingkungan. Pada intinya, filsafat tetap menjadi kompas abadi yang memandu upaya intelektual dan moral kita, mempertahankan signifikansinya yang abadi dalam menavigasi tantangan modernitas yang kompleks.

Demikian pula, prinsip-prinsip berpikir kritis, komponen inti dari pelatihan filosofis, menemukan aplikasi praktis dalam kehidupan sehari-hari, mulai dari mengevaluasi argumen politik hingga membedakan antara sumber berita yang dapat dipercaya dan yang palsu. Filsafat, pada intinya, adalah disiplin ilmu yang mengasah kemampuan berpikir lugas dan kritis, menjadikannya bidang studi yang selalu relevan. Kemampuan untuk berpikir kritis-menganalisis argumen, melihat bukti yang valid, dan mengevaluasi ide-ide yang kompleks-adalah keterampilan dasar yang melampaui batas-batas waktu dan disiplin ilmu.

Dalam dunia yang berubah dengan cepat, di mana volume informasi dan kompleksitas masalah terus bertambah, pemikiran kritis tetap sangat diperlukan. Baik itu menilai validitas klaim ilmiah, menguraikan kredibilitas sumber berita, atau menavigasi kebingungan moral yang rumit yang dihadirkan oleh teknologi baru, keahlian yang dikembangkan oleh filsafat membekali individu untuk membuat keputusan yang tepat dan terlibat dengan kompleksitas dunia modern. Oleh karena itu, relevansi filsafat yang abadi berakar pada kemampuannya untuk mengembangkan perangkat intelektual yang memberdayakan individu untuk menghadapi berbagai tantangan lingkungan yang dinamis dan kaya akan informasi saat ini, sehingga menjadikannya sebagai disiplin ilmu yang sangat penting.

--

--