Seperti lembar terakhir pada sebuah buku, padamu tempat pulangku.
I found you without looking, and love you without trying — Mark Antony.
September 2023.
Ripuh bising kantor yang membuat berisik di kepala lelaki itu sampai akhirnya Ia memutuskan untuk self-healing ke-salah satu toko buku favoritenya. Baginya melihat tumpukan buku serta mencium aroma khas dari tumpukan buku itu membuat dirinya sedikit rileks. Ia berjalan dengan menenteng tas kantornya itu, padahal waktu masih menunjukan pukul empat sore. Saking lelahnya hingga memutuskan untuk keluar kantor terlebih dahulu dan pergi ke toko buku itu. Tidak lebih dari lima menit lamanya Ia sampai di depan toko dengan plang “Toko Bunga Mentari” seperti namanya toko itu hanya buka di waktu sore sampai malam hari.
Keadaan toko saat itu cukup sepi, mungkin karena weekdays juga. Ia berjalan mengelilingi rak-rak buku itu dan memutuskan untuk berdiam diri di bawah rak buku dengan tulisan — poetry. Sejak beberapa waktu ini Ia lebih suka membaca puisi ketimbang buku dengan alur cerita yang berat, karena menurutnya membaca buku dengan alur seperti itu hanya akan menambah kepalanya berisik. Sesekali Ia melihat sekeliling ada sosok yang membuatnya menarik diri dari buku yang di bacanya. Gadis — mugil dengan tas bercorak bunga berwarna kuning cerah itu sedang mengelilingi tumpukan buku, seakan sedang mencari sesuatu. Lelaki itu bukan orang yang senang mencampuri urusan orang lain, jadi dia hanya terdiam sambil kembali membaca bukunya lagi.
“Susah banget, aku gak pendek-pendek amat ini rak nya ketinggian ih! Besok aku mau cari toko buku yang rak nya gak kaya raksasa gini”
Mendegar keluhan dari seseorang yang Ia lihat baru saja, lelaki itu tidak sengaja tertawa kecil, namun siapa sangka ternyata tawaan lelaki itu terdengar hingga ke telinga gadis — mungil dengan reflek menjawab sambil menahan kesal.
“Ketawa-ketawa bukanya tolongin gitu malah ketawa”
Lelaki itu lalu beranjak dengan sigap mengambil buku yang ternyata sejak tadi Ia mengincar salah satu buku yang cukup berada di rak atas. Dengan buku berjudul “Love, Spelled in Poetry” di ambilnya lelaki itu yang langsung memberikan buku itu kepada gadis mungil di depanya. Lelaki itu sedikit bergumam “Oh, buku ini” lagi-lagi tidak tahu telinga gadis — mungil itu setajam apa gumamannya itu terdengar olehnya.
“Kamu tau buku ini juga? By the way terimakasih ya maaf tadi aku ngeluh kedengeran”.
Gadis itu mengambil bukunya menatap mata lelaki itu dengan hangat.
“Iya, aku punya satunya di rumah. Belum baca yang ini”
Menatap matanya lelaki itu merasa ada yang menggetarkan hatinya tidak tahu datangnya darimana. Jantungnya berdebar dua kali lebih cepat, karena gadis itu teraenyum manis kepadanya.
“Keren, aku jarang lihat ada laki-laki yang tertarik sama buku ini. Kayaknya bacaan kamu keren-keren boleh aku minta rekomendasinya?”
Tidak lama dari percakapan singkat itu, Ia menarik tangan gadis itu dan mencari tempat duduk dengan spot kaca besar yang memperlihatkan langsung jalanan sore itu. Ia memberikan banyak rekomendasi buku dan menjelaskan isinya sedikit, gadis itu seperti membawa sihir, Ia melupakan masalahnya sejenak, merasakan hangat — nyaman saat berbicara dengan gadis itu.
“I see, keren banget. Jadi pengen baca kapan-kapan. Kamu cocok sih kak jadi reviewer buku!!!”
Mendengar hal itu Ia tersenyum di balas senyum yang jauh lebih manis yang pernah Ia temui. Lelaki itu mengulurkan tangan dengan sedikit gugup.
“Tadi belum kenalan, Rowen Flyod, panggil Owen aja”
Di balas uluran tanganya, dengan tangan halus — lembut gadis itu menjawab dengan penuh semangat.
“Kael Athala, biasanya di panggil Kael sih. Tapi boleh panggil apa aja aku sukaa”
Tidak terasa Ia dan Kael sudah menghabiskan waktu cukup lama di toko itu hingga saat ini langit sudah berubah menjadi gelap bintang-bintang mulai bermunculan dan bulan sudah menampakkan cahaya putihnya. Berjalan meninggalkan “Toko Bunga Mentari” merasakan berisik di kepala mulai menyelimuti. Terkadang Ia berfikir bahwa semesta mempermainkan hidupnya karena merasa tidak pernah adil dalam segala hal. Rasa lelah dan cemas menjadi satu, membuat lelaki itu membeli lima cup es kopi susu membawanya dan meneguknya hingga tidak tersisa. Ia tidak bisa tertidur namun, sesekali memikirkan gadis tadi yang Ia temui. Manis, senyumnya dan berfikir akan kembali besok untuk menemuinya lagi.
Keesokan harinya Ia menjalankan hari di kantornya dengan berat, karena Ia belum mendapatkan libur sejak beberapa bulan terakhir tapi mengigat akan kembali ke toko buku kemarin Ia hanya memikirkan senyum gadis itu.
Pada pukul lima sore, berjalan sambil menenteng dua es kopi susu di tanganya. Ia berharap akan bertemu gadis kemarin, Kael Athala dan berbincang lebih lama. Seperti sudah menjadi takdir Ia dan Kael bertemu di depan “Toko Bunga Mentari” itu dengan manis gadis itu menyapa.
“Hai Owen, kamu sering kesini ya? Kemarin ternyata aku ada yang kelupaan jadi balik lagi deh”
Owen mematung sejenak mendengar gadis itu berbicara dengan hangat Ia seperti mendapatkan sihir akan cantiknya Kael Athala.
“Iya, ini toko buku favoriteku, mau aku temenin? Aku bawa juga dua es kopi tadi buy one get one mau?”
Berbohong sedikit tak apa ya? Demi pujaan hatinya. Kael menerima es kopi susu itu dengan senyuman dan berkata terimakasih lalu mereka memasuki toko dengan perasaan riang — gembira. Selama di toko buku itu Ia tidak pernah melunturkan senyumnya kepada gadis itu, mungkin dia sudah terlalu jatuh suka pada sosok hangat yang sejak tadi bercerita tentang dirinya sedikit.
Tidak terasa “Toko Bunga Mentari” sudah memasuki jam tutup tokonya. Ia dan Kael segera keluar dengan tawa lepas karena Kael bercerita hal lucu, setelah sadar di sekeliling nya sudah cukup gelap Kael berpamitan namun di tahan oleh lelaki itu.
“Aku anter pulangnya, udah malem”
Kael menggelengkan kepalanya gemas, gadis itu tidak mau merepotkan. Ia sekuat tenanga untuk pulang sendiri, namun entah apa di kepalanya Rowen Flyod mendekatkan wajahnya kepada Kael Athala.
“Maaf, kita baru dua kali bertemu tapi entah aku selalu merasa hangat ketika menghabiskan waktu denganmu. Kamu membuat aku melupakan banyak hal buruk di hariku. Kael, percaya padaku ya? Izinkan aku mengenalmu lebih jauh”.
Kael mematung dengan membalas senyuman, mungkin dia sudah kehabisan kata di dunia karena tidak tahu akan membalas apa. Tapi pagi Rowen itu jawaban yang cukup untuk menjawab bahwa Ia di izinkan untuk mendekatinya.
Sejak saat itu, hari-hari dengan gadis mungil hangat Ia habiskan di toko buku. Tempat itu menjadi saksi akan semua hal indah yang menyelimuti dirinya. Bagaikan mendapatkan hadiah terindah dari semesta Ia melontarkan banyak terimakasih kepada semesta karena sudah memperkenalkan dengan gadis bernama Kael Athala. Senyum manis yang hanya Ia lihat sore hari kini akan terlihat sepanjang hari, karena Kael Athala tempat Rowen Flyod pulang untuk melupakan masalah hidupnya sejenak.