Piramid Kebutuhan Manusia

Jayadi Diristui
3 min readJan 20, 2018

--

Mandatory psychology lesson

Pasti ada yang suka bertanya-tanya apa sih kebutuhan manusia? Dorongan apa yang menggerakkan kita di hidup ini?

Abraham Maslow mencanangkan konsep yang dinamakan dengan Maslow’s Hierarchy of Needs atau kalau di dunia psikologi dipersingkat menjadi Segitiga Maslow.

Untuk memudahkan, bayangkan ada gedung 5 lantai yang tidak memiliki lift, sehingga kalian perlu menaiki satu per satu lantai untuk sampai ke lantai paling atas.

Hal itu sama seperti yang ada di konsep Segitiga Maslow ini. Kita tidak/belum akan peduli untuk memenuhi kebutuhan selanjutnya jika kebutuhan di tahapan itu belum terpenuhi.

Oke, mari kita bahas satu persatu tahapannya:

I. Physiological

Ini adalah kebutuhan paling dasar dari manusia, yaitu kebutuhan untuk hidup. Makanan, air, oksigen, tidur, dan segala yang berhubungan langsung dengan fisik manusia.

Contoh: Zac adalah seorang pemuda yang berumur 17 tahun yang gigih dan mempunyai mimpi yang besar. Dari dulu, ia memiliki mimpi untuk menjadi seorang pesepakbola kelas dunia. Namun karena ia lahir dari keluarga yang kurang mampu, ia terpaksa harus menguburkan cita-cita itu karena untuk makan sehari-hari saja sudah susah.

Suatu hari, ia ditawari untuk bekerja sebagai frontliner di salah satu bank ternama. Ia pun menerima pekerjaan tersebut karena perusahaan tersebut menawarkan gaji dan benefit yang menjanjikan.

II. Safety

Setelah kebutuhan dasar fisiologis terpenuhi, maka manusia baru akan mencari rasa aman. Kebutuhan ini akan lebih difokuskan pada aspek psikologis seseorang. Disini kita mencari kejelasan dan keamanan untuk diri kita dari ketidakstabilan dunia ini

Contoh: Setelah Zac cukup lama bekerja, dia sudah dapat memberi keluarganya makan. Lalu ia mulai menabung untuk membeli rumah untuk dia dan orangtuanya, karena selama ini ia dan keluarganya tinggal di rumah kontrakan.

III. Love & Belongingness

Setelah manusia merasa aman, maka ia baru akan memikirkan untuk memenuhi kebutuhan dicintai dan berelasi dengan orang lain. Kebutuhan ini juga bukan hanya sebatas menerima saja, namun juga memberi cinta buat orang lain. Kebutuhan ini tidak hanya sebatas dengan keluarga saja, namun juga teman-teman di luar lingkup keluarga.

Contoh: Setelah berhasil mencicil sebuah rumah untuk dia dan orangtuanya, Zac mulai berpikir bahwa ini saat yang tepat untuk menjalin hubungan yang serius dengan seseorang. Zac merasa secara materi ia sudah cukup untuk mempunyai keluarga sendiri.

IV. Self-Esteem

Kebutuhan self-esteem dapat dibedakan menjadi dua. Pertama adalah harga diri, sebagai hasil dari kompetensi atau penguasaan tugas. Kedua adalah pengakuan dan penghargaan yang datang orang lain.

Contoh: Tentu setelah mempunyai keluarga sendiri, Zac perlu untuk mempunyai karir yang baik. Melihat ada kesempatan yang lebih baik untuk menjadi pengusaha, ia mencoba menjadi pengusaha dengan membuka cafe.

V. Self-Actualization

Aktualisasi diri adalah tingkat akhir dari kebutuhan manusia dan merupakan tingkatan yang paling sulit untuk didefinisikan. Menurut Maslow mendiskripsikan aktualisasi diri sebagai keinginan untuk terus-menerus menjadi lebih dari sebelumnya. Bentuk aktualisasi diri dari setiap orang berbeda-beda karena sangat tergantung pada subjektivitas.

Contoh: Bisnis cafe yang Zac buat ternyata sangat sukses. Zac bahkan membuka beberapa cabang di tempat lain. Walaupun sudah sukses, ia tetap ingin mewujudkan mimpinya sebagai pemain sepakbola dunia. Namun melihat keterbatasan fisiknya yang sudah tidak muda lagi, ia memutuskan untuk membangun sekolah sepak bola. Zac berpikir bahwa walaupun ia tidak dapat menjadi pesepakbola profesional tapi ia mempunyai kesempatan untuk mewujudkan mimpi anak-anak yang mau menjadi pesepakbola.

Hal yang perlu diperhatikan adalah seseorang dapat mundur ke tahapan/tingkat sebelumnya. Misalnya kita ambil contoh dengan cerita si Zac. Ketika suatu saat tempat tinggalnya rusak karena bencana, maka ia akan mencoba membenarkan atau membeli tempat tinggal yang baru. Zac kembali lagi untuk memenuhi kebutuhan yang kedua.

Semoga dengan mempelajari teori ini, kita dapat menjadi lebih bijaksana di dalam keseharian hidup kita.

Teori dibuat untuk membantu manusia lebih mengenal dengan dunia ini. Menjunjung suatu teori terlalu tinggi merupakan suatu kesalahan, karena semua hal di dunia ini sangatlah kompleks. Selalu ada hipotesis (asumsi) baru yang dapat memperkuat hipotesis lama. Jika suatu teori diibaratkan sebagai “lampu obor”, maka teori tersebut dapat menerangi jalan kita di dunia ini. Walaupun demikian, kita masih membutuhkan “lampu obor” lain agar dapat berjalan lebih jauh di dunia ini.

--

--

Jayadi Diristui

Bahas pemanfaatan psikologi untuk para investor | 11 tahun belajar & berkarya di dunia psikologi | Deeply believe in equality of opportunity