Jenlee_
3 min readDec 11, 2022
- Erlangga -

Episode 02 : Yellow Flag

Tidak pernah ada sebuah perpisahan yang mudah, dan Erlangga cukup memahaminya. Terlebih lagi sudah sedari kecil juga Erlangga berteman pada perpisahan seperti ini. Jadi begitu Erlangga mendapatkan kabar bahwa Ibu dari sahabatnya, Alaska baru saja berpulang pada pemiliknya, maka Erlangga tidak segan untuk bolos sekolah saja, yang sebenarnya bisa menjadi sebuah perkara buruk untuk dirinya.

Erlangga melakukannya karena ia tidak akan bisa merasa tenang jika hanya berdiam diri di sekolah dalam bayang-bayang duka yang tengah di rasakan sahabatnya. Erlangga sama sekali tidak bisa. Setidaknya saja, setidaknya untuk waktu tersulit ini Erlangga ada untuknya. Ya, walaupun kehadirannya sebenarnya tidak seberapa.

Jadi disinilah sekarang Erlangga berada- setelah beralasan panjang lebar pada satpam sekolahnya, Erlangga akhirnya berhasil sampai di rumah Alaska yang nyatanya sudah dipenuhi oleh pelayat dengan sebuah bendera kuning cukup besar yang terpasang dikedua sisi gerbang rumah lelaki itu.

Suasana rumah duka ini cukup memberikan rasa pilu untuk seorang Erlangga. Apalagi ketika ia melihat keadaan sahabatnya, Alaska. Lelaki yang biasanya terlihat begitu tangguh itu, hari ini terlihat tidak cukup bertenaga dengan sesekali melamun yang jelas membuat Erlangga, dan lainnya khawatir.

“Gue kedepan dulu, ya. Kayanya keluarga jauhnya ibu udah sampai.”

Bahkan hanya dengan mendengar suara yang begitu rendah dari Alaska saja, Erlangga sudah tahu seberapa pilu perasaannya.

“Kalian disini aja dulu. Nanti gue balik lagi.”

Tidak ada satupun yang bersuara daei enam lelaki disini. Mereka semua hanya diam sambil mengangguk pelan dengan Erlangga yang sempat menepuk sekali pundak Alaska. Seperti sebuah penyemangat yang tidak terlihat.

“Alaska benar-benar keliatan kacau hari ini,” ada sorot sendu yang terpancar dari mata Deska saat lelaki itu bersuara sambil menatap punggung Alaska yang perlahan menjauh. “Ini juga jadi kali pertama gue liat dia sampai kaya gini, tepat setelah orang tuanya resmi bercerai.”

“Gue malah juga jadi kepikiran sama princess online gue. Gimana keadaan dia, ya? Dari tadi gue juga enggak liat dia sama sekali.”

Apa yang Gemal katakan barusan nyatanya berhasil mengambil alih perhatian Erlangga. Apalagi ia tahu betul siapa sebenarnya yang sedang Gemal maksud kali ini. Itu adalah adik perempuan Alaska satu-satunya, si tokoh utaman yang sering Alaska ceritakan pada mereka. Namanya adalah Adhara.

“Iya, gue juga sama sekali nggak liat Adhara,” timpa Mahestha. “Walaupun belum pernah ketemu, paling enggak kita bisa ngenali dia kalo papasan, lah. Secara Alaska udah berkali-kali nunjukin fotonya ke kita.”

Dari yang Erlangga tahu, semenjak kedua orang tua Alaska bercerai dari tiga tahun yang lalu, adik perempuan Alaska beserta kakak lelakinya itu memang memilih untuk tinggal bersama dengan Ibu mereka. Sedangkan Alaska memilih untuk tinggal bersama Ayah-nya. Dan dari kepindahan Alaska, dan Ayah-nya lingkungan inilah, ketujuh lelaki itu akhirnya jadi saling mengenal, bahkan sampai dekat seperti sekarang.

“Mana diantara mereka bertiga, katanya kak Alaska kan, Adhara yang paling dekat sama Ibu-nya.”

Karena ucapan yang ada benarnya dari Yanuar tadi, Erlangga jadi mengkhawatirkan perempuan itu.

Dan di tengah-tengah itu semua. Erlangga tidak sengaja melihat keberadaan Adhara yang sedang jalan sendirian menuju kearah kamar mandi lantai bawah rumah ini.

Karena menyadari tatapan sendu, wajah sayu, dan langkah lesunya, Erlangga jadi tidak bisa diam saja. Ia ingin sekali menghampiri perempuan itu.

“Gue pergi sebentar.”

“Eh, kak mau kemana?”

Tanpa menjawab pertanyaan Sakala, Erlangga langsung pergi saja dari sana. Melangkah perlahan demi perlahan pada arah dimana terakhir kali ia melihat Adhara. Hingga sampai dipersimpangan jalan, Erlangga mendengar sebuah tangisan. Bahkan karenanya Erlangga sampai menghentikan langkah kakinya.

Itu adalah suara tangisan Adhara. Erlangga sangat yakin.

Karena tangisan yang begitu memilukan tersebut, Erlangga sampai menghela napas dengan berat. Lalu ia sandarkan punggungnya pada tembok dalam keadaan kepala yang mendongak- menatap langit-langit rumah ini.

Dan ketika Erlangga mengintip kebalik tembok ini, hal yang ia temui ternyata lebih menyayat hati. Disana didekat pintu kamar mandi, Adhara terlihat berjongkok dalam posisi wajah yang sudah terbenam diantara kedua lipatan kakinya. Perempuan itu menangis dalam posisi seperti itu.

“Kak Er!”

Erlangga cukup terkejut dengan seruan itu. Ia bahkan sampai menatap serius pada Sakala yang ternyata sedang berjalan menghampirinya.

“Kenapa?” Erlangga bertanya sambil berjalan cepat menuju pada Sakala, sebelum lelaki itu mendengar suara tangisan Adhara.

“Ngapain sendirian disini, sih?”

“Nggak papa,” ujar Erlangga begitu meyakinkan. “Ayo, balik!”

“Eh!”

Erlangga sama sekali tidak peduli dengan keterkejutan Sakala karena tiba-tiba ia rangkul dan ia bawa pergi dari sana.

“Ada apa ya, kak?”

“Hayo, ngaku abis liat apaan tadi?”

Erlangga memlih untuk tidak menjawabnya sama sekali.

Jenlee_
0 Followers

Wattpad : selvimeliana | AU : mellnjen0_