BERAKHIR …

Jillianatala
7 min readNov 17, 2022

--

Juni 2023

04.00 a.m

PLAK

Sebuah tamparan keras mendarat di pipi Abimanyu. Asmara, ya wanita itu menampar Abimanyu dengan sisa tenaganya. Rasa sakit hatinya benar-benar tak bisa tertahan lagi saat melihat suaminya membawa Kavita tepat di depan matanya.

“Kau Gila Abi!! Apa maksdmu hah?!!”

Asmara menangis, berteriak sekencang-kencangnya. Wanita itu tidak pernah merasa direndahkan sejauh ini selama hidupnya. Asmara merupakan putri kesayangan dari keluarga Kanigara, dibesarkan dengan kasih sayang yang melimpah, pujian yang melimpah, apapun yang dia inginkan pasti akan dia dapatkan. Tapi apa ini? Menikah dengan keluarga paling kaya di negeri ini justru tak membuatnya bahagia, wanita itu malah merasakan harga dirinya diinjak-injak oleh putra tertua keluarga Wisesa, yang tak lain suaminya sendiri.

Abimanyu Sadana Wisesa.

“Aku tahu aku ga bisa kasih kamu anak Abimanyu!! Aku tahu itu!! Tapi bukan seperti ini!! Kamu gila!! Kamu ga punya otak!! Dimana otak kamu !!!” Asmara terduduk, menutup telinganya, dia tak mau mendengar kata-kata menyakitkan Abimanyu.

Abimanyu terdiam, 6 tahun menikahi Asmara. Pria itu belum pernah sekalipun melihat istrinya sehancur ini, Asmara dengan harga diri setinggi langit kini tengah terpuruk dihadapannya.

“Ayah tidak habis pikir, apa yang membuat kamu yakin ayah akan menerima wanita itu?”

“Dia mengandung anak Abi, kembar. Ayah harusnya senang kan? Abimanyu akhirnya bisa memberi keturunan?”

“Bukan seperti ini Abi, kamu mempertaruhkan nama keluarga!”

“Ayah seharusnya bilang itu sama Batara, disaat dia bergonta-ganti wanita di depan Arunika”

Batara mengepalkan tangannya, kenapa namanya di bawa-bawa. Kakanya yang brengsek itu juga seharusnya tahu, wanita-wanita yang bersamanya itu hanya bayaran untuk mendapatkan ingatan Arunika kembali.

“Ga usah bawa-bawa gue anjing! Lu yang salah kenapa bawa-bawa gue? Sebrengseknya gue, gue ga akan hamilin cewe lain, terus buat istri gue sedih”

“Batara, ayah peringatkan kamu untuk tidak ikut campur”

“Kalau gitu ayah ingatkan si tolol Abi untuk tidak menyeret namaku di dalam masalah yang dia buat”

Armando menghela nafas, kemudian menatap Abi “Ayah memang menginginkan keturunan dari mu, tapi yang lahir dari rahim Asmara. Bukan dari pelacur jalanan seperti itu, kau..”

“AYAH !!” Abimanyu berteriak “Kavita bukan pelacur, Kavita wanita baik-baik!!”

“Kalau dia wanita baik, kenapa dia lancang sekali merebutmu dariku Abimanyu” Asmara berdiri menatap Abimanyu dengan mata menyalang.

“Kamu harus tahu diri Asmara! Kamu harus tahu diri untuk ukuran wanita mandul sepertimu!”

NYUT

Sakit, hatinya terasa nyeri. Rasanya seperti ditusuk ribuan jarum. Kemana perginya Abimanyunya? Lelaki lembut, penyayang dan penyabar. Apakah itu hanya bagian dari sandiwaranya selama ini? Atau kesabarannya sudah berada di ambang batas sehingga dia melakukan hal ini? Asmara tidak dapat menemukan alasan di balik kelakuan Abimanyu, berbeda dengan Batara yang melakukan hal brengsek untuk membantu Arunika mengingatnya kembali. Brengsek!

PLAK

Lagi-lagi sebuah tamparan mendarat di pipi Abimanyu. Asmara? Bukan, bukan Asmara. Arunika berdiri dihadapan Abimanyu dengan wajah marah.

“Batara bener satu-satunya orang di rumah ini yang tolol itu ya cuma kak Abi!”

“Arunika, ini bukan masalah kamu! Kuperingatkan untuk mundur!”

“Aku ga mau mundur!! Kakak iparku cuma mbak Asmara!! Anak! anak! anak! anak aja yang ada di pikiran kamu! gila kamu kak!! Kamu pikir yang menderita disini cuma kakak?!! Mbak Asmara juga!! Dia juga mau punya anak!! Bukannya berusaha bersama malah mungut sampah di jalan!! Tolol!! Sampah itu di buang di tempat sampah bukan di bawa kesini”

“CUKUP ARUNIKA..” Abimanyu mengangkat tanhannya, bersiap melayangkan sebuah tamparan di pipi Arunika…

GREP

“Jangan pernah lu coba sentuh istri gue Abimanyu, ga peduli lu kakak gue…gue patahin tangan lu”

Abimanyu tersenyum miring “Bilang sama istri lu Batara, jangan terlalu mikirin masalah orang. Pikirin masalah kalian dulu. Yakin Arunika bakal hidup? Yakin Arunika bisa besarin anak itu? Yakin dia ga lupa? Yakin dia selamat waktu melahirkan? Atau bisa aja mati bareng bayinya kali ini”

BUGH

Batara melayangkan pukulan tepat di hidung Abi.

“BATARA!!” Sang ayah memperingatkan saat Batara hendak memukul Abimanyu lagi.

“Ayah, biarin aku robek mulut anjing ini. Di pikir dia siapa bisa ngomong hal tolol gitu sama istriku hah?!!”

“Itu bukan hal tolol, kenyataannya Batara..”

“Masih jawab lu anjing…”

“Batara udah ya? Aku ga apa-apa. Itu emang kenyataannya kok, terus kenapa? Aku ga peduli mau seberapa singkat hidupku, yang terpenting aku pernah merasakan kasih sayang luar biasa dari Batara dan keluarganya. Aku kasian sama kak Abi , calon anak kak Abi juga, nasibnya gimana ya? Kalau ga di terima ayah? Pemberitahuan aja ya kak, Wisesa Group itu luas, sekali ayah bilang jangan terima kak Abi di kantor manapun, kak Abi jadi pengangguran. Terus samp..ah maksud aku selingkuhan kak Abi sama anak kak Abi mau makan apa?”.

“Kamu bukan keluarga Wisesa Arunika, kamu ga berhak memutuskan, dan kamu juga sama, sampah yang diambil dijalan sama Batara, tahu diri kamu!”

Arunika menarik Batara saat pria itu hendak melayangkan pukulan lagi, memeluk lengan Batara. “Kak, sampah yang isinya kotoran sama sampah yang isinya berlian bakalan beda tahu… apalagi kalau diambil terus di rawat. Sorry to say this, tapi kayanya sampah kakak isinya kotoran. Iyakan mbak Asmara?”

Asmara menatap Arunika.

“Ayah, Aru tau Aru lancang. Tapi Aru juga bagian dari keluarga Wisesa. Aru minta maaf kalau menyela ayah. Tapi Aru bener-bener ga kuat liat kak Abi kaya tadi, rasanya pengen Aru jedotin tembok. Aru minta maaf ayah. Kali ini Aru ga akan menyela ayah lagi, janji hehe” Arunika menampilkan pose peacenya pada ayah mertuanya, kemudian menarik Batara untuk kembali duduk.

“Abimanyu pilih! Tinggalkan wanita itu atau lepas Wisesa dari nama kamu”

Arunika tersenyum puas.

“Ayah! Jangan dengarkan wanita sakit-sakitan itu ayah! Aku anakmu…”

“Aku tak mendengarkan siapapun Abi, kau hanya perlu memilih. Asmara atau wanita itu”

“Ayah ijinkan saya berbicara” Kavita, akhirnya wanita itu bersuara.

“Dih..dari tadi diem aja kaya nahan eek” Gerutu Arunika yang masih bisa di dengar Batara. Bisa-bisanya istrinya menggemaskan disaat seperti ini, membuat Batara sangat ingin menciumnya. Astaga…tahan Batara tahan.

“Saya bukan ayah kamu!”

“Ah maaf, maksud saya tuan Wisesa”

“Hmm”

“Saya minta maaf atas perbuatan saya mengakibatkan keributan seperti ini…saya bisa meninggalkan Abimanyu dan menyerahkan salah satu anak saya untuk Asmara dan Abimanyu”

“Kavita kamu apa-apaan?”

“Saya hanya minta satu syarat”

“Apa ?” Tanya Armando.

“Berikan salah satu cabang perusahaan anda di Brunei pada suami saya Nizar Wicaksono”

Asmara tertawa keras, gila! Dia berpikir bahwa pelakor yang mengincar harta hanya ada di sinetron belaka. Ternyata sekarang berdiri di depannya. Sialan, untuk apa air matanya tadi? Untuk apa menjatuhkan harga diri di depan Abimanyu? Pria bodoh yang terbutakan cinta, dan keinginannya memiliki anak sehingga masuk dalam jurang seperti ini. Lucu sekali.

“Hanya karena harta? Kamu bilang suami kamu mati Kavita!! Apa jangan-jangan anak itu?”

“Ini anak kamu Abi! Suamiku mandul! Awalnya dia marah mengetahui aku hamil, tapi saat tahu ayah anak-anak ini adalah kamu. Dia senang. Dan tak peduli dengan anak-anak ini”

“Lalu kenapa kamu mendekatiku?”

“Aku tahu kamu menginginkan anak, aku juga sama Abi. Aku mencobanya denganmu, aku takut aku yang mandul. Tapi ternyata Tuhan menjawab bahwa aku bisa memiliki keturunan. Jadi kumohon bawa salah satu anak ini dan berikan satu cabang perusahaan mu. Atau aku akan membeberkan pada media tentang apa yang kau lakukan ini. Aku memiliki bukti saat kau menyetubuhiku Abi. Jika kau tak memberikan yang ku inginkan, polisi juga akan menangkapmu karena melakukan zina dengan istri orang. Tentu saja suamiku yang akan melaporkan”

Shock.

Itulah yang di rasakana Abimanyu. Selama ini dia dibutakan oleh kepolosan Kavita, yang mengaku hidup sebatang Kara. Sialan, ini memalukan. Abimanyu terlihat seperti orang bodoh. Pasti sekarang tak akan ada yang membantunya untuk menyelesaikan masalah ini. Abi bisa melihat ayahnya memijat keningnya dan tak mengatakan apapun, Batara dan Arunika? Tentu saja mereka pasti tak mau membantu. Sialan!

“Kedua anak itu milik kami” Asmara menatap Kavita tajam.

“Apa maksud kamu?”

“Sayang, jika kau bermain-main dengan keluarga Wisesa seharusnya kau tau aturannya”

Kavita menggertakan giginya “Jangan mengancamku! Atau aku akan..”

“Pertama, sekali kau masuk rumah ini kau tak akan bisa keluar dengan selamat..benar kan Arunika?”

“Yes ma’am” Arunika mengangguk semangat dan mengacungkan dua jempolnya pada Asmara.

“Jangan macam-macam!! Abi tolong aku..”

“Kedua, kau datang tidak memberi salam yang benar pada ayah, jadi..”

Asmara memaksa Kavita untuk berlutut dan menundukan kepalanya paksa. “Beri salam yang benar sayang”

“Se..selamat pagi tuan Wisesa” Ucap Kavita pelan.

“Padahal masih subuh kan tar?”Bisik Arunika, yang ditanggapi anggukan oleh Batara.

“Ketiga, Jangan pernah mengharapkan satu sen pun dari keluarga ini jika kau hanya sampah berisi kotoran. Right Aru?”

“Ay ay Captain”

“Terakhir, jangan pernah mencoba untuk mengancam salah satu dari kami. Atau akan kupastikan ahli mematahkan tulang dalam keluarga kami akan menjemput suamimu malam ini, right Batara?”

Batara menghela nafas, kenapa harus dia “Yes mbak”

“Kau hanya punya dua pilihan, tanda tangani surat yang akan kami buat untuk menyerahkan kedua anak itu jangan lupa membuat video penyerahannya sekaligus, kau akan bebas tapi tentu saja kami pantau. Dan aku sendiri yang akan membiayai hidupmu sampai bayi-bayi itu lahir atau kau tetap tinggal disini seperti tahanan sampai bayi-bayi itu lahir tapi kau tak akan mendapat satu senpun dariku”

“Darimu?”

Asmara mengangguk “Dariku, istri Abimanyu Sadana Wisesa. Aku pastikan setelah bayi-bayi itu pindah ketanganku kau akan mendapatkan salah satu perusahaan keluarga Kanigara. Bagaimana?”

“Bukan Wisesa?”

“Ayolah, ayah mertuaku tak akan memberimu apapun. Dia mungkin akan melemparmu pada piranha peliharaanya. Lakukan penawaran denganku” Asmara mengulurkan tangannya.

“Ta..tapi aku ingin salah satu anakku”

“Anakku, mereka anakku kau tak berhak. Abi ayahnya bukan? Segala sesuatu milik Abi adalah milikku”

“Kumohon aku menginginkan salah satunya”

“Tidak! cepat putuskan, atau biarkan ayah mertua ku yang memutuskan? Ucapkan selamat tinggal kembar, selamat tinggal dunia, mau?”

Kavita menggeleng, dia tak mau bayinya mati begitu saja, dan dia juga tak mau mati.

“Baiklah, tapi ijinkan aku menjenguk mere..”

“No! Aku akan mengirimkan foto-foto perkembangan mereka. Tapi jangan pernah meminta lebih! Aku tak suka milikku diusik! Mengerti?”

Kavita mengangguk pasrah.

07.00 a.m

“Akhirnya beres ya mbakkkkk” Arunika memeluk Asmara “Ya kasian si brengsek kena karma, karmanya sekedip doang langsung kena ya mbak hahha”

Asmara hanya tersenyum.

“Yakin dia ga akan kabur mbak?”

“Ada kamu buata apa tar, mbak percaya kamu”

“Kok jadi gue mbak?”

“Ahli patahin tulang kan kamu, iyain aja sih”

“Iya iya mbak”

“Asmara..”

Asmara menatap Abimanyu yang berdiri di hadapannya.

“Ga usah minta maaf, udah aku maafin. Ga usah bilang makasih, anggap aja ini usaha terakhirku sebagai istri buat nyelamatin kamu”

“Maksud kamu?”

“Ayo kita bercerai Abimanyau..kita akhiri sampai disini. Ayo balikin aku jadi Kanigara lagi” Asmara tersenyum.

“Maafin aku Asmara..aku khilaf..”

“Aku udah maafin, tapi kamu udah nyakitin semuanya mas. Jadi bagiku cukup disini, balikin aku jadi Asamara Anindita Kanigara lagi mas”

Abimanyu menarik Asmara dari pelukan Arunika, memeluk istrinya sangan erat. Tolol memang dirinya dibutakan kepolosan Kavita.

“Tolong mas lepas”

“Ga..ga akan kulepas, sebelum kamu tarik kata-kata kamu”

“Lepas kamu bau Mas!!”

“Aku ga bau!! Baru beres mandi, jangan alasan!”

“Bau!! Mass aku mau muntah kamu bau…”

“Aku ga ba..Asmara kenapa muntah di bajuku”

“Hoeekk”

“Astaga Asmaraaaa kenapa?”

“Mbakk!!”

--

--