J
4 min readJan 11, 2024
Jesicca; my daughter's is my life

Brianna duduk setelah mengambil sebuah botol minuman di dalam kulkas. Terlihat di meja makan belum ada satupun masakan, dirinya berinisiatif membuat sesuatu. “Mami pulang.” Mendengar suara lembut Jesicca, Brianna segera berlari menghampiri. “Aduh sayang hati-hati.” Tertawa geli meihat anak bungsunya yang berlari kencang dan segera memeluknya. “Mami bau nih mau mandi dulu. Adek udah makan?” Brianna menggeleng sebagai jawaban.

“Bikin cookies yu mami, adek pengen berantakin dapur tapi bareng mami hehee.” Melepaskan pelukannya, Jesicca mengusap lembut kepala anak bungsunya. “Mami mandi dulu ya, adek siapin aja bahannya.”

Menurut apa kaya maminya, Brianna sedikit di bantu oleh mbak Nani untuk menyiapkan semua bahannya. Hingga tiga puluh menit kemudian, Jesicca datang dengan wangi semerbak bunga mawar. Keduanya banyak tertawa. Membutuhkan waktu dua jam untuk membuat cookies. “Mbak..mbak sini mbak” Seru Brianna dengan lantang. “Ini makan sama tolong kasih yang lainnya ya mbak.” Menyodorkan dua piring isi cookies lumayan banyak. “Makasih ibu, non saya makan ya.” Jesica tersenyum ramah.

Jesica mengusulkan untuk makan di halaman belakang. Hari menuju sore adalah waktu yang tepat untuk menghabiskan waktu dengan segelas kopi dan sepiring cookies. Halaman yang luas dengan outdoor dan rerumputan, membuat siapapun akan betah berjam-jam hanya berdiam disana. Stephan dan Jesicca memiliki selera yang sama dalam hal apapun. Salah satunya mendekor rumah luas mereka.

“Mami gak marah kan adek ngambil job model?” Meneguk kopinya dengan santai sebelum menjawab. Jesicca sudah menanamkan pada dirinya untuk tidak mengatur kehidupan anak-anaknya. Sehingga Grace maupun Brianna dapat memilih apa yang mereka inginkan. Grace yang mempunya perusahaan di bidang pengirim makanan, pembuatan makeup, baju hingga celana terbesar di bedeng. Brianna yang memilih menjadi model di agensi temannya. Kedua anaknya mempunyai bakat masing-masing, hingga pilihan masing-masing pula. Sehingga Jesicca tidak perlu cemas karena yakin kedua anaknya bisa dan bertanggung jawab atas pilihannya. Dirinya memang mempunyai agensi di luar negeri, tidak sepenuhnya miliknya tetapi cukup untuk membeli beberapa artis dengan semua investasi yang pernah dirinya sepakati. Sedangkan Stephan, suaminya itu keturunan orang berada. Anak bungsu yang meneruskan perusahaan ayahnya.

Kadang selalu khawatir karena suaminya itu tidak menjalankan satu perusahaan saja. Kebun anggur yang diolah menjadi minuman terkenal, perusahaan elektronik yang ada di beberapa negara, hingga menjadi salah satu wakil direktur di sebuah rumah sakit. Tidak bukan Stephan awalnya yang menjadi wakil direktur, itu adalah ayahnya tetapi beliau meninggal tiga tahun lalu sehingga Stephan harus mencari orang yang bisa memegang kepercayaan untuk menggantikan posisi itu.

“Mami?” Jesica tersadar saat Brianna sedikit mengguncang nya. “Kenapa nanya begitu? Mami gapapa kok, itukan impian adek.”

Mengambil sebuah cookies untuk menyuapi Brianna. “Mami malah bangga sama adek. Terimakasih ya nak kamu hebat banget bisa mewujudkan cita-cita kamu.”

“Mami taukan adek lagi deket sama cowo. Kita lagi berantem, tapi adek kangen sama dia ini udah ke tiga minggu kita gak ketemu.”

Tertawa lucu melihat anaknya cemberut, Jesicca sangat mengenal Brianna. Brianna itu memiliki sifat seperti Stephan. Terlihat dingin tetapi kalau sudah mengenalnya sangat hangat dan manis. Seperti kolega bisnis Jesicca maupun Stephan, Brianna itu mirip sekali dengan Stephan. Dari hidung dan bibir, apalagi cara berjalan. Seperti melihat Stephan versi perempuan. Tetapi yang Jesicca tahu Brianna tidak pernah terbuka kepada siapapun. Hanya kepada dirinya Brianna akan berbicara apapun yang sedang di pikirkannya, dialaminya.

Seperti sekarang. Jesicca mendekatkan diri ke samping Brianna. “Adek, mami gatau apa masalah dia sama kamu sampe kalian berantem. Jangan mendem perasaan kamu lama-lama. Menurut mami kalau kamu suka tinggal bilang begitupun kalau kamu gak suka.” Dan perihal percintaan anaknya pun Jesicca tidak pernah ikut campur. Asalkan mereka tidak melewati batas masing-masing.

“Tapi mami tau adek udah lama gak deket sama cowo. Jadi masih ada sedikit pikiran untuk enggak terlalu deket sama dia. Selalu aja ada alasan buat adek gak ngelanjutin karena perbuatan dia.” Rumitkan? Brianna merasa Jayde selalu berbuat seenaknya. Dan itu selalu menjadi alasan Brianna agar tidak melanjutkan hubungannya. Meskipun ada sedikit rindu?..

“Iya pelan-pelan aja ya jangan terlalu di paksa. Mami juga pernah muda dulu.” Mengangguk setuju, Brianna mendekat pada Jesicca dan segera memeluknya. Setidaknya cukup untuk mengalihkan pikiran tentang bagaimana makan malam papi dengan Grace.

“Mami kerjaannya oke?” Mengusap sayang punggung Brianna, Jesicca mengangguk. “Meskipun terlihat agak tua, mami bisa menghandle semuanya. Keren kan?”

Brianna tertawa kencang. Tidak terlalu tua menurut Brianna. Maminya terlihat seperti masih berumur tiga puluhan. “Kalau mami capek bilang ya. Jangan paksain mami. Nanti aku mantau lho lewat Pak Dino.” Memang sekertaris maminya itu bisa percaya? Brianna yakin Dino selamanya akan mengabdi pada Jesicca. Berbohong pun tidak masalah.

“Mami kemarin waktu makan malam sama temen-temen mami, mereka bilang pengen punya anak kayak kamu. Semuanya iri pada mami yang punya anak perempuan dua-duanya bisa di andalkan.”

Sedikit berkaca-kaca saat mendengar ucapan Jesicca. Brianna menarik napas dalam pelukan Jesicca. Semua orang hanya melihat dari luar saja. Sehingga Brianna tidak yakin lagi setelah apa yang dirinya lihat Stephan pergi dengan perempuan lain. Meskipun Grace sedang memastikan tetapi Brianna sungguh tidak tenang. Stephan adalah orang yang jujur, selalu mengajarkan dirinya untuk jujur apapun keadaannya. Akankah Stephan jujur seperti yang dirinya selalu ajarkan?

“Mami cukup hanya melihat kalian tumbuh dengan sehat, selalu happy. Janji ya kalian selalu bersama terus apapun keadaannya.” Tiba-tiba suasana pilu, Brianna segera melepaskan pelukannya. “Mami janji ya apapun yang mami rasain kasih tau adek sama kakak. Adek janji akan bikin mami bahagia terus. Kalau capek sama kerjaan stop aja suruh Pak Dino yang kerjain ya.”

Tersenyum lebar Jesicca sangat bangga. Brianna anak bungsunya sudah besar. Brianna tipikal anak yang selalu memikirkan orang lain. Jesicca selalu merasakan kasih sayang dari kedua anaknya meskipun tidak terlalu di perlihatkan. Bagaimana bisa dirinya tidak bahagia bila kedua anaknya ini tumbuh sehebat ini. Anak-anaknya adalah kehidupannya. Jesicca tidak peduli ketika masih mudah atau sudah tua, dirinya akan selalu menjaga anaknya dari kesedihan.