Hati-hati di jalan, ya.

Trasty Chris Masjira
3 min readMay 9, 2022

--

Perjalanan membawamu
Bertemu denganku, ku bertemu kamu
Sepertimu yang kucari
Konon aku juga s’perti yang kaucari

Shit. Kata yang muncul pertama kali di batin Alea ketika mendengar suara dari musisi jalanan itu. Kenapa harus lagu itu? Kenapa harus di lampu merah tempat Alea berhenti saat ini? Kenapa harus tepat di jalan pulang setelah Alea baru saja mengucapkan sebuah perpisahan? Tidakkah semesta mengerti betapa sulitnya Alea menahan air matanya untuk tidak jatuh hari ini?

Kukira kita Asam dan Garam
Dan kita bertemu di Belanga
Kisah yang ternyata tak seindah itu

Alunan lagu Tulus itu membuat Alea kembali memutar memorinya pada obrolan beberapa menit lalu. Obrolan yang menghasilkan sebuah keputusan untuk berhenti dan menyelesaikan semua. Semua yang ada pada Alea dan Bagas. Tentu tidak mudah. Bagas selalu ada di kehidupan Alea selama tiga tahun terakhir ini, menghabiskan masa SMA nya. Masa yang kata orang adalah masa yang paling indah. Alea setuju. Masa SMA-nya benar-benar menjadi masa yang paling indah karena kehadiran Bagas di dalam hidupnya. Seseorang yang selama ini Alea cari, yang Alea butuhkan. Walau sebenarnya, Alea pernah beberapa kali ingin mengulang waktu agar ia tidak bertemu dengan Bagas.

Kukira kita akan bersama
Begitu banyak yang sama
Latarmu dan latarku

Orang bilang, mereka sangat serasi bersama. Couple goals, katanya. Dari binar mata mereka, terlihat jelas bahwa mereka saling memiliki hati satu sama lain. Banyak yang ingin memiliki hubungan seperti mereka. Sayangnya mereka tidak tahu sebesar apa dinding yang ada diantara mereka. Dinding yang selalu menjadi masalah utama dan akan selalu ada di antara mereka. Dinding yang menjadi alasan mereka untuk berpisah. Alea pikir, mereka bisa menyamarkan dinding itu. Bagas pikir, mereka bisa berjalan bersama dengan dinding itu. Tapi ternyata tidak. Dinding itu selalu memunculkan masalah baru diantara mereka.

It’s not works

I think this is the time?”

Finally we’re here, huh?”

Sadly.. yes. Ayo, kita nyalain kembang apinya”

Kembang api adalah sebutan yang mereka buat untuk suatu saat ketika akhirnya mereka memutuskan untuk menyelesaikan semuanya. Kembang api biasa dinyalakan ketika merayakan sesuatu. Malam ini mereka merayakan akhir mereka. Merayakan keputusan mereka untuk berani melangkah, berani berpisah, berani mengikhlaskan. Kembang api dinyalakan untuk mengakhiri hubungan mereka dengan sesuatu yang indah.

Kukira takkan ada kendala
Kukira ini ‘kan mudah
Kau-aku jadi kita

Ah, sial. Kenapa lampu merah ini terasa begitu lama. Bulir air mata sudah menggenang di mata Alea. Tidak, Alea tidak ingin menangis. Setidaknya, jangan sekarang. Ia harus menepati janjinya untuk pulang dengan keadaan tenang. Tapi bagaimana bisa, rasa sesak di dada Alea memaksa air matanya untuk keluar.

Kasih sayangmu membekas
Redam kini sudah pijar istimewa
Entah apa maksud dunia
Tentang ujung cerita, kita tak bersama

Benar. Hal yang selalu dipertanyakan oleh Alea. Kenapa dunia harus mempertemukannya dengan Bagas bila akhirnya dunia juga yang memisahkan mereka?

see u di prom night, ya. Our last night together

Itu kalimat terakhir yang Bagas ucapkan ke Alea. Malam ini menjadi malam di mana mereka menyelesaikan semuanya. Kemudian di hari prom night SMA nanti, akan jadi malam perpisahan Alea dan Bagas sebelum mereka melanjutkan perjalanan mereka masing-masing. Bagas yang akan resmi pindah ke Jerman untuk melanjutkan pendidikannya dan Alea yang akan memulai kehidupan barunya di Jogja. Dunia benar-benar memisahkan mereka.

Semoga rindu ini menghilang
Konon katanya waktu sembuhkan
Akan adakah lagi yang sepertimu?

Adakah? Sepertinya tidak. Tidak akan adalagi sosok seperti Bagas di hidup Alea. Tidak akan ada pula sosok seperti Alea yang mengisi hati Bagas dengan caranya.

Tepat setalah kalimat lirik itu dilantunkan, lampu merah berganti menjadi hijau. Tepat saat itu juga Alea menyerah dengan air matanya yang langsung terjatuh begitu saja. Bersamaan dengan mesin motor yang menerjang jalanan ibu kota, Alea menangis sejadi-jadinya.

Bagaimanapun juga, gereja dan masjid tidak akan pernah menjadi tempat yang sama, kan?

Kau melanjutkan perjalananmu
Ku melanjutkan perjalananku

— bersambung

Ditulis pada hari Senin, 9 Mei 2022.

--

--

Trasty Chris Masjira

Akun kedua untuk melanjutkan tantangan #31harimenulis, akun yang satunya kena limit