Hidup Itu Enggak Terlalu Sulit, Kita yang Terlalu Lemah

Arif
2 min readApr 29, 2017

Semenjak kecil, gue sudah dididik untuk hidup mandiri. At least, semua yang berhubungan dengan diri gue udah seharusnya dilakukan sendiri. Enggak perlu memiliki ketergantungan terhadap orang lain dan terus menciptakan ambisi pribadi.

Apa yang dilakukan oleh orang tua gue memang terkesan membiarkan anaknya. Pada saat itu, gue juga berpikir demikian. Apa yang gue minta enggak serta merta dikabulkan.

Gue dihadapkan pada keadaan jika keinginan yang timbul harus diusahakan dengan sendirinya. Tidak boleh sedikitpun menyalahkan keadaan.

“Life has never been easy . Nor is it meant to be. It is a matter of being joyous in the face of sorrow. — Dirk Benedict

Apa yang dikatakan oleh Dirk Benedict memang benar. Dan akhirnya gue berpikir bahwa hidup itu enggak sulit. Selama kita mampu mengatasinya dengan cara yang lebihmudah.

Oke, pernyataan gue pun terdengar sangat teoritis dan terlalu utopis. Tapi gini, agaknya gue cukup kesal ketika seseorang blaming the others untuk menunjukkan otoritasnya.

Menyalahkan keadaan dan meratapi nasib yang katanya hidup begitu kejam. Bukannya introspeksi dan mengubah keadaan yang justru mungkin saja akan membuat keadaan yang berbeda.

Beberapa waktu lalu, gue berada di sebuah gerbong kereta komuter yang penuh sesak. Okay, benar-benar penuh sesak bisa dibilang S7. Sangat-sesak-sampai-selonjor-saja-susah.

Yha!

Dan gue secara tidak sengaja bertemu dengan seorang wanita ya bisa dibilang masih muda. Mungkin sekitar 23 tahun. Berdiri di antara penumpang lainnya.

Dan apa yang membuat gue tersenyum kecut? Ya, dia menyalahkan orang lain karena ia berdiri di dalam gerbong kereta penuh sesak. Iya sih, kebanyakan pun yang duduk di bangku adalah cowok.

Nah, sebut saja ia Mawar. Berpikir bahwa cowok-cowok ini enggak peka sedikitpun. Tidak mau memberi tempat duduk padanya. Padahal ia sudah mengeluh capek berdiri dan endebre lainnya. *sigh*

Gue cuman senyum senyum aja sama pemikirannya. Emang sih enggak salah juga dia berpikir demikian. Tapi gue jadi ngerti, hidup itu enggak pernah enak. Cuman kita yang bikin enak.

Kalo lo pikir orang yang berada di perusahaan oil and gas misal. Dia sudah ada di posisi managerial dan katakanlah hidup dengan salary yang memuaskan. Apakah hidup terlihat mudah bagi dia?

Ya, pasti kita berpikir demikian. Enak banget lah ya. Tapi gini, sebelum mendapatkan posisi tersebut, berapa kali ia harus menerima penolakan berbagai perusahaan? Berapa kali ia harus menghadapi psikotest dan lain sebagainya? Enggak pernah bisa terpisahkan sebenarnya dari kesuksesan yang ia raih.

Hidup itu enggak sulit kok. Kalau kita emang bener-bener menikmati dari sudut pandang yang memang berbeda.

Kalau memang lo sekarang berada di posisi bawah, gue yakin suatu saat lo di atas juga. Roda kehidupan. Percayalah.

Apa yang bisa lo lakukan ketika di bawah? Ya nikmati aja. Hidup itu asyik. Begitu ketika lo tahu bahwa Tuhan pun Maha Asyik, lo akan mengangguk tanda setuju.

--

--

Arif

Write an article on my personal blog at jungjawa com. Nice to meet you 😉