Kamu tu nggak diajak!

safinaism
3 min readJun 21, 2024

--

Meme legend

Aku sering mendengar kisah persahabatan hancur ketika salah seorang tidak diajak melakukan sesuatu bersama. Ketika mendengarnya aku selalu berpikir betapa berlebihannya marah hanya karena tidak diajak. Pasti ada satu dan lain hal, tidak mungkin kita selalu bersama, tiap orang punya rencana dan bebas ingin mengajak siapapun yang mereka inginkan.

Perasaan yang dominan mempengaruhi reaksi orang-orang dalam perkara ini aku pikir adalah rasa cemburu. Dalam pertemanan menurutku tidak perlu bahkan bisa dibilang tidak “pantas” ada rasa cemburu.

Teman yang sesungguhnya tentu ikut senang ketika temannya senang bukannya cemburu. Meskipun dirinya tidak ikut mengalaminya secara langsung ia turut senang ketika temannya mengalami sesuatu yang membahagiakan. Jadi rasa cemburu tidak pernah ada dalam pertemanan yang sehat.

Namun tentu saja seperti yang selalu “orang-orang tersakiti” bilang,

Kamu belum ngerasain sendiri sih, makanya gak akan paham, coba kamu di posisiku sekarang, masih bisa bilang gitu gak?

Sepertinya aku berpikiran begitu karena kebetulan aku sering di posisi yang ‘diajak’. (haha, PD sekali😅) Sampai beberapa waktu yang lalu sepertinya aku berkesempatan merasakan menjadi yang ‘tidak diajak’. Sedikit membuatku galau, kegalauan tersebut kali ini menuntunku untuk menuliskan artikel ini.

Sejak kemarin aku merasakan gejolak yang lumayan asing di hatiku ketika melihat story dua orang temanku yang menghadiri acara bedah buku salah seorang penulis terkenal. Sedih, kesal, kecewa, cukup bertanya-tanya, beraneka emosi aku rasakan begitu melihat keseruan mereka.

Beberapa menit yang lalu rasa itu kembali menyentil ketika melihat salah seorang teman lainnya ternyata juga ikut hadir pada acara yang sangat luar biasa tersebut lewat rekaman vidio lain yang menyusul temanku ini posting di storynya.

Kejadian ini menjadi bahan renungan baru dalam keseharianku yang sangat luang belakangan karena libur sekolah. Beberapa pertanyaan muncul. Apa yang sebenarnya aku rasakan? Marah? Kesal? Sedih? Kecewa? Perasaan mana yang paling dominan? Kenapa aku merasakannya? Bagaimana sebaiknya aku menyikapinya?

Sebelum membahas itu semua, hikmah berharga yang aku petik dari kisah ini adalah bahwa aku sadar sekarang aku tidak bisa meremehkan pergolakan apapun yang orang lain rasakan ketika tidak diajak, karena memang rasanya se-galau itu.

Apa yang sebenarnya aku rasakan?

Pertama-tama aku ingin menghapus kata ‘marah’ dari list kemungkinan emosi yang aku rasakan. Karena aku tidak merasa marah.

Di peristiwa sekarang sepertinya sedih, kesal dan kecewa itu yang aku rasakan.

Aku kesal tidak diajak, karena bedah buku beberapa kali terlintas menjadi salah satu yang ingin aku lakukan, sementara ironisnya aku tidak tau seperti apa bedah buku itu sebenarnya. Aku kecewa karena melewatkan kesempatan untuk tau sesuatu yang menurutku begitu penting dan jarang bisa aku rasakan secara langsung. Aku sedih tidak ikut merasakan keseruan itu dengan teman-temanku.

Perasaan apa yang paling dominan? Dan kenapa aku merasakannya?

Sedihnya sih. Informasi tentang apa itu bedah buku bisa aku dapatkan di internet. Kesempatan untuk hadir langsung acara bedah buku mungkin bisa datang di lain kesempatan. Kesempatan ikut keseruan acara tersebut bareng teman-teman juga bisa datang di lain kesempatan, but it’s different🥲.

Aku pikir tentu ada alasan mereka memutuskan tidak mengajakku dan itu tidak masalah. Aku tidak menyalahkan mereka. Mungkin karena aku memang tidak sesuka itu dengan penulisnya dan teman-temanku menyadari itu sehingga tidak mengajakku. Mungkin mereka lupa mengajakku. Banyak kemungkinan.

Intinya ya, karena belum rejeki sih. Qadarullah belum berkesempatan, gak dapat infonya, gak diajak, so on so forth. Aku menerima semuanya dan tidak ada yang berubah dari rasa cintaku dengan teman-temanku.✨

Bagaimana sebaiknya aku menyikapinya?

Setiap orang punya kehidupan masing-masing, aku menghargai dan tidak berhak menuntut macam-macam dari orang lain. Aku jadi mengerti perasaan teman yang tidak diajak. Aku pernah dengar temanku bilang, “ih gak ngajak-ngajak”. Sekarang aku memahaminya. Cukup sakit cuyh gak diajak tu. Wkwk.

Kembali lagi, aku berdamai dengan perasaan ini, ini bagian dari suka duka pertemanan kan ya. Yang ingin aku garis bawahi sebagai kesimpulan dari cerita ini adalah penemuanku atas rasa getir ‘tidak diajak’ ini. Mungkin aku jadi belajar ikhlas dan berpositif thinking dari kejadian ini, aku juga jadi bisa lebih berempati dan menghindari kemungkinan menyakiti lebih dalam perasaan orang yang ‘tidak diajak’ dengan kecuekanku.

Aku juga jadi sadar bahwa aku juga adalah perempuan, makhluk perasa, wkwk.

Itulah cerita hari ini. Feel free untuk berbagi kisah ‘tidak diajak’ kamu di kolom komentar ya! Aku yakin aku gak sendiri.😂☝🏻

--

--