Menulis itu susah

safinaism
3 min readMay 17, 2024

--

Photo by Thom Milkovic on Unsplash

Awal tahun 2024 yang lalu aku diterima bergabung dalam sebuah komunitas menulis. Aku tahu komunitas tersebut dari salah seorang temanku, setelah melirik-lirik dan menimbang-nimbang, aku putuskan untuk mengikuti rangkaian seleksinya. Untungnya aku diterima. Member dipilih dari hasil seleksi wawancara dan penilaian dari karya yang dikirim. Saat itu aku mengurimkan sebuah cerpen yang aku tulis di detik-detik terakhir sebelum tahap seleksi pengumpulan karya ditutup.

Itu adalah salah satu kebiasaan burukku. Menunda-nunda hingga saat-saat terakhir, jadilah apapun yang aku lakukan jarang sekali matang karena prosesnya terburu-buru dan penuh stress berpacu dengan adrenalin. Namun itulah, karena sampai saat ini belum ada yang berakibat fatal —mungkin ada, namun aku tidak sadar karena legowo saja menerima — aku jadi tidak ada kapok-kapoknya memelihara kebiasaan buruk ini.

Tidak berakibat fatal, namun berakibat buruk biasanya. Akibatnya lebih ke perasaan kecewa dan pasrah sih. Buruk banget kan. Itu ketika hasilnya tidak bagus. Namun tak jarang, hasil sistem kebut semalam itu sama bagusnya dengan teman-teman yang telah menyiapkannya jauh-jauh hari. Sudahlah, aku jadi semakin nyaman memelihara kebiasaan menunda-nunda hingga saat-saat terakhir ini.

Wong terakhir kali aman-aman aja kok, santai aja keleus..

Tenang, aku terus berupaya untuk berubah dan lebih menjadwalkan kegiatanku. Semoga saja aku bisa segera membangun kebiasaan baru meninggalkan kebiasaan menunda-nunda pekerjaan tersebut.

Kembali ke topik awal. Ketika wawancara aku masih ingat ketika ditanya bagaimana aku mengatur waktuku mengingat jadwalku yang cukup padat. Aku dengan sangat percaya diri sekali menjawab. Bla bla blaa.. huh, aku menyesal sekali memikirkan betapa terlampau percaya dirinya aku saat itu. Kenapa? Karena terbukti sekarang, apa yang aku katakan saat itu tak lain hanyalah omong kosong belaka.

Apakah ini ujian?

Entah kenapa berat sekali rasanya memikirkan sesuatu untuk menuliskan apa yang akan disalurkan ke kelompok menulis tersebut. Kami punya semacam SOP yang mana mengharuskan anggota mengirimkan karya secara berkala.

Ketika melihat teman-temanku yang lain yang produktif sekali menghasilkan tulisan-tulisan bagus, artikel, puisi, cerpen apapun itu, sementara aku masih stuck tidak tahu hendak menuliskan apa, aku jadi semakin tidak tenang dan membebani diriku.

Apa jangan-jangan menulis bukan passion ku?

Sempat terpikirkan hal semacam itu, namun jawabannya tentu saja tidak mungkin. Tidak mungkin karena aku sudah melangkah sejauh ini. Tidak mungkin rasanya untuk menyerah. Apakah menulis sesusah ini? Bagaimana caraku menuliskan cerpen untuk seleksi sebelumnya yang selesai dalam satu malam begitu? Apakah itu kebetulan? Atau memang aku harus dalam kondisi stress karena mengaktifkan mode SKS dulu baru bisa terdorong untuk menghasilkan sebuah karya? Mana bisa begitu. Meski pada akhirnya berhasil menyelesaikan sesuatu, stress tetap saja stress. Siapa yang suka merasakan stress? Bukan aku.

Tadi aku baru saja mengirimkan sebuah karya. Aku berusaka menuliskan berita bencana alam yang melanda Sumatera Barat beberapa hari yang lalu. Namun aku terjebak dengan pikiran-pikiran rumit dan akhirnya tidak bisa menuliskannya. Aku menyusuri folder laptopku dan membuka salah satu file word yang berisi curhatanku. Curhatanku tentang target. Not bad. Karena sudah bertekad akan mengirimkan karya malam ini, jadi aku tidak ingin kegagalan menuliskan berita bencana karena minimnya ilmu dan dalamnya overthinking menghalangi. Aku kirimkan file curhatanku tersebut dengan mengubah beberapa hal agar tidak terlalu mengekspos diriku. Meski pasti orang-orang akan dengan mudah mengira karakter di sana adalah aku, karena memang aku menceritakan diriku, namanya juga curhat.

Sip. Karya tulis sungguh-sungguhku yang pertama setelah hampir lima bulan bergabung. Aku minta maaf dan berterima kasih kepada teman-teman seperjuanganku yang keren-keren sekali tulisannya, aku akan berusaha keras untuk lebih sering menyumbangkan karya. Bismilllah!

--

--