Musiker

Michelle
9 min readDec 23, 2023

--

all the characters belong to Muneyuki Kaneshiro and Yusuke Nomura and all the plot and character nature stay in this au only.

About the characters:
Michael Kaiser as Marcello Amadeus
Isagi Yoichi as Avalee Allegro

Marcello dan Allegro bertemu disebuah orchestra, mereka memainkan alat musik yang berbeda. Marcello dengan violin dan Allegro dengan piano. Allegro berasumsi bahwa Marcello adalah pria yang bermain cello jika melihat dari namanya.

“Sayangnya tebakkan anda salah, saya bermain biola sedari kecil. Saya cukup tertarik untuk bermain cello namun waktu saya dihabiskan untuk bermain biola” Itulah kata yang diucapkan oleh Marcello kepada Allegro, yang bisa Allegro tangkap pria itu sangat mencintain alunan biolanya, seolah-olah biola itu adalah sebagian dari jiwanya.

Allegro harus mengakui bahwa Marcello adalah musisi muda yang berbakat, setiap gesekkan biola yang ia mainkan dapat menghipnotis siapapun yang melihat dan mendengar termasuk Allegro. Seluruh melodi, ritme, tempo, bahkan tarian tangan Marcello semuanya tampak sempurna bahkan dengan vibrasi yang ia tampilkan terlebih pada not semibrave.

“Alle, anda mau berduet dengan saya? saya pikir permainan biola saya terlalu plain dan terkesan sendiri? mungkin dengan permainan piano anda bisa menemani alunan biola saya, seperti nama anda Allegro

Itulah pertama kali Marcello mengajak Allegro untuk berduet dengannya. Malam itu di ruang musik yang sepi alunan biola dan juga piano menggema diruangan itu, awalnya tempo itu lambat atau bisa dibilang tempo adagio namun semakin lama semakin cepat dari adagio naik menjadi andante, lalu naik menjadi moderato dan naik lagi menjadi allegro. Banyak jenis musik yang mereka mainkan.

Malam itu suasana yang biasanya sepi tampak ramai dengan alunan dari alat musik mereka berdua, Marcello merasa puas karena ia merasakan bahwa gesekkan biolanya tidak lagi terasa sendiri karena ditemani oleh nada yang dikeluarkan dari tuts-tuts piano yang dimainkan oleh Allegro.

Allegro itu pintar ia berbakat, jari-jarinya yang lentik untuk seukuran pria dengan cepat menekan tuts-tuts piano bahkan ia bisa mengimbangi permainan Marcello yang bisa dikatakan cukup beberapa level diatas para pemain orchestra biola yang lain.

Sejak saat itu mereka sering berlatih, bermain, dan berjalan bersama. Hubungan mereka jauh lebih dekat dari sebelum-sebelumnya dan tanpa mereka sadari perasaan itu mulai tumbuh diantara mereka. Mereka bukanlah anak kecil lagi tentu saja mereka paham, mereka bukan remaja labil, mereka sudah melewati fase itu.

“Kamu mau pergi ke taman sebrang dengan saya? saya dengar disana ada taman khusus utnuk bunga mawar?” Tanya Marcello pada Allegro yang sedang membereskan sheet musik yang berserakkan diatas pianonya.

Allegro menatap Marcello lalu mengangguk “Tentu saja, tapi sebentar, biarkan saya menyusun sheet musik yang berserakkan diatas piano. Kalau kamu mau duluan tidak masalah, nanti saya akan menyusul”

Marcello mengangguk paham ia mengambil tas biolanya lalu berpamitan dengan Allegro. Allegro dengan cepat membereskan barang-barang dan mengurutkan sheet musik latihannya tadi, tidak mau membuat Marcello menunggu lebih lama lagi, matanya menangkap sebuah tempat dengan ukiran mawar diatasnya, ah itu rosin milik Marcello.

Allegro memasukkan rosin itu kedalam tasnya untuk dibalikkan kepada Marcello, tentu saja Allegro tau rosin adalah hal yang cukup penting untuk para violinist.

“Marcello, maaf tadi saya dipanggil dulu saat sudah mau kesini jadinya lama” Kata Allegro sesampainya ia di taman tersebut.

Marcello tersenyum lalu mempersilahkan Allegro untuk duduk dikursi taman tersebut. Ia tidak mengatakan apapun namun ia mulai mengeluarkan biolanya dan mulai menggesek biola tersebut, iris biru langinya menatap iris laut Allegro dengan dalam, tak lupa dengan senyuman penuh arti terbentuk pada bibirnya.

Allegro menyadari lagu apa yang dimainkann oleh Marcello

Love Theme (from Romeo and Juliet) — Andre Rieu

Permainan Marcello mengundang banyak pasang mata yang menatap kearahnya, termasuk pandangan Allegro yang menatap pemuda itu dengan seksama, bagaimana parasnya yang sempurna, tubuhnya, jarinya yang yang bergerak di senar-senar biola dan tangannya yang lain menggesek senar tersebut. Indah, Marcello Amadeus adalah sosok violinist yang indah dan berbakat yang mampu menarik atensi semua orang termasuk Avalee Allegro.

“Saya tidak bisa berbicara dengan bagus, maksud saya, saya tidak pandai dalam menyusun kata-kata tapi saya berharap lagu yang saya mainkan tadi dapat menyampaikan perasaan saya. Saya mau kamu sebagai garis dan saya sebagai spasi agar kita selalu bersama, karena tanpa adanya garis maka spasi tidak ada apa-apanya”

Allegro tersenyum lalu menatap Marcello dengan pandangan hangat dan mendekat kearahnya “Terima kasih, perasaan kamu sudah tersampaikan penuh kepada saya melalui gesekkan biolamu Marcello, setiap gesekkan yang kamu lakukan selalu ada perasaan didalamnya. Terima kasih sudah menyimpan perasaan kepada saya Marcello”

“Lalu bagaimana dengan perasaan kamu untuk saya Alle?”

Liebestraum №3”

Tidak ada kata ‘ayo pacaran’ atau ‘mau berpacaran denganku?’ yang terlontar dari belah bibir keduanya. Namun mereka tau walaupun tidak ada yang mendeklarasikan hubungan mereka, mereka telah terikat satu sama lain dalam sebuah hubungan manis yang tercipta malam itu.

Mereka adalah muse satu sama lain, Marcello adalah inspirasi Allegro, banyak sheet musik yang didedikasikan kepada Marcello, sheet musik ciptaan Avalee Allegro dan banyak pula gesekkan-gesekkan biola yang tercipta untuk Avalee Allegro dari Marcello Amadeus.

Lagu itu hanya mereka berdua yang tau, tidak pernah dipublikasikan kepada publik. Marcello, Allegro, dan dunia musik mereka yang mereka ciptakan sendiri dengan not di garis dan spasi paranada. Dengan not semibrave hingga demisemiquaver, dari tempo grave hingga prestissimo.

Dunia musik kecil mereka sempurna, bahkan sangat sempurna.

“Saya sayang kamu Alle”

Allegro tersenyum dan menyamankan tubuhnya dalam pelukkan Marcello “Saya juga sayang kamu Marcel, bahkan seluruh lagu yang sudah saya dedikasikan kepada kamu tidak cukup untuk menggambarkan perasaan saya, bagaimana beruntungnya saya mendapatkan kamu”

Membuat lagu tidaklah mudah, itu pekerjaan yang sulit. Namun selama kamu memiliki isnpirasi yang kuat itu bukanlah suatu masalah, apalagi Allegro yang memiliki inspirasi kuat atas karya-karya kecilnya yang ia dedikasikan kepada Marcello.

Marcello juga diam-diam membuat lagu yang ia dedikasikan untuk Allegro, bedanya karya kali ini akan Marcello publikasikan kepada publik. Maka dari itu ia menyembunyikannya dari Allegro, lagu ini adalah hadiah yang akan Marcello berikan kepada Allegro untuk merayakan hari jadi mereka yang keempat tahun, mungkin sekalian melamarnya?

“Marcel, kenapa kamu sesayang itu dengan biola?” Tanya Allegro dengan penuh penasaran.

Marcello tersenyum lalu mengusap rambut Allegro “Semua karena kakek saya, saya belajar banyak dari beliau. Beliau adalah violinist yang handal, tidak hanya violinist beliau bahkan hampir menguasai seluruh string family instruments, beliau benar-benar mendedikasikan seluruh hidupnya untuk musik terutama biola”

“Dari beliau saya belajar, musik itu bisa menyampaikan seluruh emosi yang kita rasakan, musik itu bukan hanya sekedar musik, biola itu bukan hanya sekedar biola. Saya masih ingat kata-kata beliau ‘Nama kamu Marcello Amadeus, Marcello didalamnya terdapat salah satu instrumen string family yakni cello, dan Amadeus itu diambil dari Wolfgang Amadeus Mozart yang merupakan komposer terkenal yang memainkan biola sedari kecil’ tanpa sadar hidup saya banyak berkaitan dengan musik terutama biola, dan darisana pula saya mulai cinta dengan biola dan selalu menyampaikan perasaan saya melalui gesekkan biola saya”

Allegro menatap Marcello dengan takjub, tak heran mengapa Marcello begitu lihai dalam memainkan biola miliknya, mungkin itu adalah bakat natural yang memang ia miliki dari kakeknya. Dan sedari kecil juga ia sudah terjun kedalam dunia musik jadi tidak heran jika memang dia sangat pintar dalam memahami sebuah lagu.

“Apakah kamu dari dulu sudah belajar untuk membuat lagu? mungkin dengan not-not dasar?” Tanya Allegro lagi. Apakah ini sesi wawancara? mungkin saja

“Dulu saya sempat membuat beberapa lagu dengan bimbingan kakek saya, mungkin sampai sekarang saya masih membuat lagu sederhana yang saya buat untuk memenuhi ego saya sendiri. Tapi tidak sesering dulu karena sekarang saya juga sibuk di orchestra juga dan sibuk di dunia saya dan kamu”

Allegro terkekeh ia mengecup pipi Marcello berkali-kali “Apakah saya boleh mendengar lagu-lagu sederhana yang kamu buat itu Tuan Amadeus?”

Marcello mendengus kecil dan mengecup pucuk hidung Allegro “Tentu saja, dengan senang hati akan saya mainkan. Tapi mungkin terdengar aneh karena karya-karya saya juga dibuat saat saya masih kecil dan minim pengetahuan”

“Tidak apa-apa, saya penasaran dengan karya Tuan Amadeus muda”

Marcello terkekeh kecil lalu mengangguk “Baiklah kalau begitu, mungkin kamu bisa mengiringi dengan piano? kalau kamu bisa mengejar dan memahami karya sederhana saya tentu saja”

Allegro tentu saja merasa tertantang “Oh? kamu menantang saya? saya pasti bisa menangkap dan mengejar serta menyeimbangi permainan karya sederhana kamu itu. Saya ini sudah berkembang jauh lebih banyak dan sepertinya saya juga sudah hafal bagaimana lagu-lagumu tapi itu yang sekarang”

“Saya pikir karya saya yang sekarang tidak beda jauh komposisinya dengan karya saya yang dulu, seharusnya karya saya yang dulu komposisi baik dari melodi, not, tempo, dan birama jauh lebih sederhana daripada yang sekarang”

Lagu yang akan dipublikasikan oleh Marcello memang dipublikasikan namun bukan Marcello sendiri yang mempublikasikan lagu tersebut melainkan Allegro. Marcello telah merekam dan mempersiapkan semuanya dengan baik, hingga ia hanya perlu mempublikasikan lagu tersebut di media sosial.

Namun sayangnya, ia tidak akan pernah mempublikasikan lagu tersebut dengan kedua tangannya, ia tidak akan pernah melihat bagaimana reaksi Allegro terhadap lagu buatannya, tidak bisa mendengar pujian-pujian yang selalu Allgero lontarkan kala ia memainkan lagu-lagu buatannya.

Marcello telah menutup matanya untuk selamanya, meninggalkan Allegro sendirian dengan lagu yang sudah ia ciptakan untuk perayaan hari jadi mereka yang keempat tahun. Allegro menangis, seharusnya lagu itu dibuat dengan penuh kasih sayang, seharusnya Allegro merasa senang dan bahagia serta merasakan rasa hangat.

Namun ia hanya merasakan kesedihan yang menyeruak, ia tidak merasakan hangatnya dari lagu yang dibuat oleh Marcello, ia selalu menangis jika mendengar lagu tersebut. Hadiah terakhir dari sosok Marcello Amadeus untuk dirinya.

Allegro mengumpulkan semua sheet musik yang berisikan lagu-lagu yang ia dedikasikan untuk Marcello semua lagu itu hanyalah lagu singkat yang bahkan tidak sampai dua menit. Namun ada satu lagu yang durasinya cukup panjang yakni empat menit. Allegro mencurahkan perasaannya kedalam lagu itu, semua rasa yang ia rasakan untuk Marcello baik itu senang, sedih, jatuh cinta, dan rasa sakit.

Lagu-lagu tersebut ia publikasikan ke media sosial dalam sebuah album “Blaue Rose” album yang ia dedikasikan untuk almarhum kekasihnya, Marcello Amadeus. Album yang berisikan karya-karya dari dunia musik dirinya dan Marcello. Dunia musik yang dulunya sempurna kini telah terpecah dan hancur berkeping-keping tak dapat diperbaiki.

Allegro adalah tempo yang cepat, dinamis, dan riang. Seharusnya begitu, dan tempo allegro sendiri adalah tempo kesukaan Avalee Allegro, namun tempo itu tak pernah lagi terdengar di ruang musik, sosial media, ataupun ruang tamu rumahnya. Hanya tempo adagio dan terkadang andante yang terdengar mengalun, dengan perasaan sedih serta sakit hati yang selalu ia sampaikan, dengan nada-nada minor yang menyayat hati.

Benar kata Marcello, garis tanpa spasi tidak ada gunanya, tidak ada paranada tanpa spasi dan garis. Maka tanpa Marcello, Allegro juga tidak ada gunanya. Sesekali ia mengeluarkan biola yang selama ini menjadi saksi perjalanan Marcello dan dirinya, biola kaca yang indah yang telah ditinggal oleh pemiliknya, rosin dengan tempat ukiran mawar yang belum sempat Allegro berikan kembali kepada Marcello, bow yang masih dilapisi dengan bubuk rosin serta sheet musik yang berantakan.

I miss you so much it hurts Marcello. Garis tanpa spasi bukanlah apa-apa, seharusnya kamu melihat ekspresi saya, seharusnya kamu mendengar pujian saya, seharusnya kamu mempublikasikan lagu kamu sendiri Marcel. Itu adalah serangakaian kata seharusnya yang tidak mungkin akan terjadi. Saya rindu kamu Marcel, saya rindu kamu sampai rasanya saya ingin mati, kenapa kamu tega meninggalkan saya dengan hadiah terakhir kamu? bahkan hadiah kamu seharusnya membuat saya bahagia bukan menangis. Saya mau mencoba rela namun saya belum bisa, susah. Hidup saya sudah diisi penuh oleh kamu, bagaimana bisa saya melupakan kamu dan merelakan kamu? Saya sudah meluapkan semua emosi saya kedalam tuts-tuts piano namun rasa sedih saya tidak pernah berkurang, bahkan nada-nada minor tidak membantu saya sama sekali. Apa yang harus saya lakukan Marcel? saya bingung.

— Avalee Allegro

Disclaimer! aku dari kecil udah terjun kedunia musik terlebih di biola. Tapi aku udah lama juga udah keluar dari dunia musik, jadi mungkin sedikit lupa atau mungkin banyak juga informasi yang kurang jelas atau salah bisa langsung kasih tau aku ya.

Avalee Allegro; Avalee itu diambil dari bahasa persia yang artinya tuh suara atau lagu, sedangkan Allegro adalah salah satu tempo yang cepat, dinamis, dan bernada riang! jadi itu arti nama Avalee Allegro yang aku dedikasikan kepada Isagi Yoichi yang menurut aku Allegro sendiri itu cocok ke Yoichi

Marcello Amadeus; Seperti yang udah dijelasin sama Marcel juga diatas Marcello itu sebenernya diambil dari Cello yang merupakan keluarga senar yaitu alat musik Cello. Awalnya aku bingung mau Marcello atau Apollo yang merupakan dewa musik, tapi aku lebih milih Marcello karena menurut aku bagus aja, lalu ada Amadeus yang diambil dari Wolfgang Amadeus Mozart! composer favorit aku, aku ngambil Amadeus karena aku memang suka mozart dan karyanya apalagi dia udah main biola dari kecil dan menurut aku cocok untuk latar belakang Marcel yang dari kecil udah terjun ke dunia musik apalagi biola.

Aku mau ngasih beberapa pengertian yang mungkin kalian kurang sering denger istilahnya!

  1. Semibrave: Nilainya 4 ketuk atau not penuh
  2. Rosin: Rosin ini biasanya digesekkan pada bow biola supaya bownya lebih keset dan ga licin jadi suaranya lebih jernih dan bagus, ini termasuk hal yang penting untuk violinist
  3. Demisemiquaver: Not 1/32 atau nilainya itu 1/8 ketuk
  4. Grave: tempo grave itu temponya pelan banget dan serius (20–40 bpm)
  5. Prestissimo: tempo prestissimo itu tempo yang paling cepat (>200 bpm)
  6. Allegro: tempo allegro itu cepat (120–168 bpm)
  7. Adagio: tempo adagio itu lambat (66–76 bpm)
  8. Andante: tempo andante itu sedang (76–108 bpm)
  9. Nada minor itu salah satu dari dua tangga nada. Nada minor biasanya memiliki irama yang sedih
  10. Paranda: paranada itu kalian pasti sering liat sheet musik, paranada terdiri dari 5 garis dan 4 spasi
  11. string instrument family: Ini keluarga string itu ada violin, viola, cello, double bass, harp tapi yang bentuknya mirip dan beda ukura serta senar ada di violin, viola, cello, dan contra bass

Michelle @mihyaelser

--

--