Book Review: “The Five People You Meet in Heaven, Meniti Bianglala— Mitch Albom”

Book Review Time with Ina

Ina karibena
6 min readMar 15, 2020
The Five People You Meet in Heaven, karena beli versi bahasa Indonesia, judulnya menjadi Meniti Bianglala. Doc penulis

Apa sih yang terjadi setelah kalian mati?

Apa jadinya jika ternyata surga bukanlah tempat yang indah seperti yang tertulis di kitab-kitab atau buku cerita.

Eddy mati tepat pada hari ulang tahunnya yang ke-83 karena kecelakaan di tempat kerja yang mengukung hidupnya, Ruby Pier, Taman hiburan tua yang kelabu ditepi samudra luas sebagai petugas Maintenance. Tragis sekali, ia mati tertimpa wahana bermain saat berusaha melindungi seorang gadis kecil. Eddy mati sendirian, tanpa sanak keluarga. Yang tersisa didalam apartemen kecil bekas orang tuanya yang sudah ditempatinya sejak lahir, hanya beberapa lembar foto, lencana penghargaan militer dan dapur yang bersih. Seluruh sisa hidupnya hanya berisi penyesalan, kekesalan, kesepian dan kemarahan atas hal yang menimpa dirinya.

Setelah mati, Eddy justru terbangun di Taman bermain yang sama. Ia disambut oleh seseorang dengan tubuh berwarna biru. Orang tersebut menjelaskan bahwa setiap manusia mati, mereka di tunggu oleh lima orang untuk menjelaskan jawaban dari setiap pertanyaan atau penjelasan mengenai sebab-akibat kehidupan seseorang dan Si Orang Biru bernama Joseph Corvelzchik tersebut adalah manusia pertama yang akan menjelaskan cerita hidupnya yang berhubungan dengan Eddy.

“Bahwa tidak ada kejadian yang terjadi secara acak. Bahwa kita semua saling berhubungan. Bahwa kau tidak bisa memisahkan satu kehidupan dari kehidupan lain, sama seperti kau tidak bisa memisahkan embusan udara dari angin.” — Joseph Corvelzchik

Eddy memang tidak mengenal Joseph, namun ternyata Eddy adalah alasan kematian Joseph dimasa lalu. Untuk itu Joseph menunggu Eddy untuk menjelaskan segala alasan dan kejadian yang terjadi lalu setelah itu ia pergi meninggalkan Eddy. Eddy menemui Joseph di Ruby Pier karena bagi Edward, tempat itu adalah surganya. Karena setelah mati, manusia bukan pergi dan berkumpul di satu tempat sebagai surga, namun pergi ke tempat yang mereka anggap surga di kehidupannya.

Dikisah Jospeh dan Eddy kali ini bisa memberikan pelajaran pada kita bahwa kita tidak sadar bahwa hidup kita memang mempengaruhi satu sama lain. Sering kali kita tidak mengetahu bahwa bahkan satu kejadian kecil yang terjadi pada diri kita dapat mempengaruhi hal besar yang terjadi di kehidupan orang lain. Untuk itu kita harusnya ikhlas dan tegar dalam menjalani hal yang terjadi di diri kita karena kita memang terkadang tidak bisa mengetahui alasan baik atau buruk dari hal yang terjadi itu. Sering kali pelajaran berharga ada didalamnya namun kita terlalu naif untuk mendapatkan jawabannya.

Setelah kepergian Joseph, Eddy kembali ditarik menuju ke tempat baru. Kali ini adalah tempat yang amat dikenalnya, yaitu bukti tempat perangnya melawan Filipina dan orang yang menunggunya adalah Kapten perangnya, Kapten Michael. Si Kapten duduk diatas pohon sambil merokok menunggunya.

“Aku ingin kau belajar ini dariku. Menyimpan rasa marah adalah racun. Menggerogotimu dari dalam. Kita mengira kebencian merupakan senjata untuk menyerang orang yang menyakiti kita. Tapi kebencian adalah pedang bermata dua. Dan luka yang kita buat dengan pedang itu, kita lakukan terhadap diri kita sendiri” — Kapten Michael.

Di bukit itu Sang Kapten menjelaskan alasan mengapa Eddy mendapatkan luka pada kakinya, yang menyebabkan ia pincang dan akhirnya menyimpan kemarahan dalam hidupnya karena kecacatannya membuatnya tak berdaya dan akhirnya harus terkurung dalam hidup menjadi seorang Maintenance di taman bermain tempat ayahnya dulu bekerja. Eddy seperti kesetanan ketika mengetahui bahwa Si Kapten adalah penyebab cacatnya. Namun ketika akhirnya Si Kapten menjelaskan alasannya melakukan hal itu dan juga penyebab kematiannya, Eddy merasa menyesal dan sadar bahwa ternyata hidup adalah tentang merelakan dan pengorbanan atas hal besar lainnya. Hidup ternyata bukan tentang memikirkan diri sendiri dan berfokus pada kesakitan yang terjadi di hidup kita karena Si Kapten ternyata mati meledak tercerai berai untuk melindungi Eddy dan ke tiga teman lainnya dari ranjau darat.

Dari kisah Eddy dan Si Kapten, Kita bisa belajar tentang arti pengorbanan dan menghargai pengorbanan dari orang lain. Kita juga diajarkan bahwa hidup adalah tentang pengorbanan juga. Kita mungkin merasa pengorbanan kita tidak dihargai, namun apakah kita sudah bisa menghargai dan sadar atas pengorbanan dari orang lain kepada kita?

"Beri maaf, Edward. Beri maaf. Kamu ingat perasaan ringan pertama kali kau datang ke akhirat? ... Itu karena tak seorang pun di dunia dilahirkan dengan membawa rasa marah. Dan ketika kita mati, jika kita dibebaskan dari perasaan itu." — Ruby.

Orang ketiga yang Eddy temui setelah kematiannya adalah seorang wanita yang tidak dikenalnya. Eddy diterpa kegalauan sebelumnya setelah Eddy mengira bahwa orang ketiganya adalah ayahnya yang selama ini tidak memiliki hubungan baik dengannya. Namun ternyata wanita ini adalah Ruby, pemilik pertama taman bermain tempatnya dan ayahnya bekerja. Eddy yang selama ini menyimpan kebencian dan kemarahan ke ayahnya sebagai penyebab hidupnya menjadi berantakan dan tak sesuai dengan keinginannya, mendapatkan jawaban atas penyebab kematian ayahnya. Kisah dari Ruby membuat Eddy akhirnya paham dan menghapus segala dendam dan kebencian kepada ayahnya.

Kisah Eddy dan Ruby serta ayahnya mengajarkan kita untuk memaafkan orang yang telah menyakiti kita. Sesungguhnya selalu ada sesuatu dibalik segala hal yang menyakiti kita. Sekali lagi, kita mungkin tidak sadar saat itu, namun terkadang mata kita tertutup dari segala alasan karena kemarahan dan rasa sakit.

Cinta, seperti hujan, bisa menyuburkan dari atas, menghujani pasangan dengan keceriaan. Tapi kadang-kadang, dalam panasnya kehidupan, cinta seolah kering di permukaan dan harus tergantung pada akarnya yang tertanam dalam untuk membuatnya tetap hidup

Orang ke empat yang ditemui Eddy adalah satu-satunya cinta dalam hidupnya, yaitu Marguerite, Istrinya yang telah mati lebih dulu karena penyakit yang dideritanya. Marguerite menjelaskan alasan kematiannya kepada Eddy dan perasaannya yang dulu belum sempat ia utarakan pada Eddy. Bertemu kembali dengan Marguerite membuat Eddy kembali merasakan kehangatan dan kegembiraan yang telah lama hilang dari dirinya. Kisah Eddy dan istrinya sangat indah. Marguerite adalah cinta pertama dan terakhirnya yang mampu menerima segala kekurangan akibat kecelakaan yang dialami Eddy di medan perang. Segala kekurangan dan kesinisan Eddy dalam menjalani hidup tidak menyurutkan cinta Marguerite. Hal inilah yang menyebabkan Eddy tak menginginkan wanita lain didalam hidupnya meski Marguerite mati meninggalkannya begitu cepat.

Dari kisah ini, Kita bisa pahami bahwa cinta akan tetap ada walau dalam bentuk yang tak lagi sama, tak perduli apa dan bagaimana ia dipisahkan.

“Aku sedih karena aku tidak melakukan apa pun dalam hidupku. Aku bukan apa-apa. Aku tidak menghasilkan apa pun. Aku merasa tidak berguna. Aku merasa aku tidak seharusnya ada di sana.” — Eddy.

Eddy merasa heran ketika ia tiba di tempat kelima. Di tempat tersebut banyak anak kecil bermain air. Hanya ada anak kecil mandi dan bersenda gurau ditepian sungai. Eddy kemudian disambut oleh Tala yang ternyata adalah seorang gadis Philipina yang tewas ketika Eddy, keempat teman dan Si Kapten yang dendam mencoba meledakkan barak tempat mereka di tawan saat perang di Philipina dulu dan tak sempat Eddy selamatkan. Eddy merinding ketakutan saat ia melihat Tala yang awalnya cantik dan bertubuh mulus tiba-tiba berubah menjadi hangus dan terbakar. Tala meminta Eddy untuk menggosok setiap luka ditubuhnya dan setiap luka yang lepas dari tubuhnya, dianggap Tala sebagai kerelaannya atas perlakuan Eddy. Dari Tala juga, Eddy akhirnya mendapatkan jawaban mengenai keadaan Amy/Annie yang coba ditolongnya saat ia yang akhirnya malah tertimpa wahana di taman bermain.

Eddy akhirnya merasakan kelegaan dan mengikhlaskan segala yang terjadi di hidupnya setelah ia bertemu dengan Tala. Ia yang awalnya hidup dalam kebencian dan penuh dendam atas kehidupannya, akhirnya mendapatkan segala jawaban dari pertanyaan dan alasan dibalik semuanya. Diakhir cerita, Eddy diceritakan tengah menunggu di surganya sendiri, diatas Bianglala yang terlihat selalu dari apartemen miliknya, berdua bersama Marguerite, menunggu mereka yang akan mendapatkan jawaban darinya saat mereka mati nanti.

The end.

Mitch Albom adalah salah satu penulis favorit saya karena ceritanya yang selalu sukses membuat saya terhanyut. Selalu ada kejutan yang bisa disajikannya di setiap bukunya. Bahasanya yang sederhana tapi tetap penuh makna. Cerita ini pantas saja dikatakan ditujukan untuk mereka yang merasa bahwa kehidupannya tidak berguna dan tak berharga.

Saya membaca versi Indonesianya sehingga judulnya setelah dialihbahasakan menjadi “Meniti Bianglala”. Versi terjemahan novel ini juga sesuai dan enak dipahami sehingga pembaca tidak terlalu kehilangan makna yang ingin disampaikan penulis pada versi aslinya.

Kalau menurut saya buku ini hampir sama dengan buku karangan Tere Liye — Rembulan Tenggelam di Wajahmu. Saya rasa Tere liye terinspirasi dari buku ini namun untuk novel Rembulan Tenggelam di Wajahmu, ceritanya jauh lebih panjang dan kompleks daripada buku Mitch Albom.

Membaca buku ini diharapkan bisa membuat pembacanya yang merasa hidupnya biasa saja, tidak ada arti dan menyimpan banyak penyesalan bisa kembali memikirkan hidupnya dan mengikhlaskan beberapa hal yang mungkin belum bisa mereka temukan jawaban dan alasannya. Karena seringkali hal hal tersebut ada justru untuk membuat keadaan hidup kita jauh lebih baik namun karena keterbatasan kemampuan kita untuk melihat hal tersebut, malah membuat kita menjadi tertekan dan hidup dalam penuh penyesalan dan kemarahan.

Buku ini cukup ringan namun mampu membuat kita berfikir lebih jauh. Namun menurut saya buku ini kurang berbekas sebagaimana buku-buku Mitch Albom lain yang sebelumnya saya baca mungkin karena saya sudah lebih dulu membaca karya Tere liye yang jauh lebih kompleks dan penuh plot twist. Namun tetap buku ini sangat worth it untuk dibaca.

Rating dari saya adalah 7.8/10.

Ada yang sudah pernah baca atau jadi berminat baca? Yuk komen disini!

Happy reading folks!

--

--