Harap — untuk Kakucho

jopie.
3 min readMay 31, 2022

--

Malam ini tidak berubah, harapan Kakucho masih sama yaitu agar ia bisa terus hidup dan menaruh setia pada seseorang yang ingin terus ia ikuti. Harapan Kakucho masih sama, agar ia senantiasa berjalan beriringan dengan seseorang yang mempunyai arti bagi Kakucho sendiri.

Namun yang berbeda, dulu ia berlari bersama Izana. Lantas jika kini ia sendiri, dengan siapa ia harus berlari? Kakucho hilang arah, ia tidak tahu pada siapa ia harus mengikuti, dan pada siapa ia harus menaruh janji.

Seperti saat itu, kala salju mulai berterbangan pada langit malam, Kakucho hanya bisa bertanya dalam diam. Sebatang kara tanpa tahu tujuan, hanya mengikuti alur yang dunia berikan.

Namun semua itu berubah kala ia mengenal seorang lelaki. Seseorang yang memberikan dia sebuah kalimat, “Kakucho, tolong hidup demi dirimu sendiri.”

Kakucho ingin tertawa, karena sepertinya untuk hidup demi dirinya sendiri ia tak mampu. Seperti saat ini kala ia merasa tinggal separuh, dinginnya salju tempat ia tergeletak mulai tak terasa. Kakucho mulai mati rasa, karena sekali lagi ia mengorbankan dirinya untuk orang lain. Untuk seorang Hanagaki, Kakucho memberikan nyawa nya sendiri.

“Kakucho, tolong tahan. Tolong tetep sama gue. Jangan gini, kita baru aja ketemu, tolong jangan pergi.”

Kakucho tertawa kecil lantas diusapnya wajah panik Hanagaki, “Hanagaki Takemichi, selama gue hidup, belum pernah gue menyesal karena telah mendekati kematian. Namun kali ini, kalau masih bisa untuk berharap, gue mau lebih lama nemenin lo lagi, tapi kayaknya gue nggak kuat.”

Hanagaki yang semula menahan air mata, kini bagai air terjun yang tidak tahu kapan harus berhenti. “Jangan ngomong gitu, gue janji sebentar lagi medis dateng, tolong tetep sama gue.”

Kakucho menatap langit, terengah-engah menghembuskan napas yang terasa semakin berat, “Lo tau ngga tiap hari gue berharap apa? Gue berharap agar gue bisa berguna untuk orang yang akan gue ikuti. Gue harap agar gue bisa terus nemenin dia apapun yang terjadi. Karena selain berkorban, gue nggak tahu apa yang bisa gue lakukan.”

“Dulu sewaktu dengan Izana, gue gagal Chi. Gue gagal ngelindungin dia yang amat berarti buat gue. Gue ngga pernah berhenti nyalahin diri sendiri. Tapi Chi, setelah gue ketemu lo, gue jadi tau siapa yang harus gue ikuti lagi. Chi, kali ini gue nggak gagal buat ngelindungin lo, iya kan?”

Hanagaki menggeleng perlahan, “Nggak Kakucho, lo nggak gagal lindungin gue dari Sanzu. Tapi gue ngga suka kalau lo begini, gue mau lo terus sama gue.”

Kakucho menghela kala pandangannya semakin buram, “Chi, kalau gue kasih lo satu harapan, lo mau lakuin ngga?”

Tenggorokan Hanagaki tercekat, ia tidak bisa mengeluarkan kata lagi kala melihat Kakucho — temannya yang berharga semakin banyak mengeluarkan cairan merah. Hanagaki hanya bisa mengangguk menanggapi.

“Di masa depan, tolong buat kerajaan yang megah ya? Tolong bangun kerajaan lo, karena gue nggak bisa ngelihat Izana dan kerajaan miliknya terwujud. Jadi gue mau lihat lo, walau nggak bisa secara langsung.”

“Jangan sedih kalau gue pergi, Takemichi. Walau gue lebih mau nemenin lo lagi, setidaknya gue berhasil ngejalanin tugas gue untuk ngelindungin lo. Lagipula, disana gue bakal ketemu Izana. Gue rindu Izana, Chi.”

Tangis Hanagaki semakin menjadi, “Kakucho, jangan gini…”

Kakucho menutup matanya kala suara Hanagaki semakin jauh untuk ia dengar. Setidaknya, Kakucho berhasil melindungi seseorang kali ini. Maka Kakucho telah tenang untuk pergi, meninggalkan segala kepingan harap yang ada di bumi. Dan menjemput suara Izana yang sedari tadi memanggilnya,

“Kakucho Hitto, kali ini kita benar-benar bertemu lagi ya?”

Saat itu, ia melihat senyum Izana sekali lagi. Ia pergi dari bumi, untuk pulang kembali bersama Izana.

--

--