Patung “Tangan” Sebagai Landmark Galeri Nasional Indonesia

Seni patung karya Prayitno Saroyo berjudul ‘Tangan’ atau “Hand” berukuran 575 cm x 123 cm x 297 cm (t.objek 297cm, t.pustek 217 cm) yang terletak di area plaza Galeri Nasional, terbuat dari bahan stainless steel menjadikan patung tersebut tampak tegak dan kokoh di pelataran Galnas. Patung ‘tangan’ tersebut menjadi bangunan atau karya ikonik Galeri Nasional karena selain posisinya yang berada di pelataran juga karena beberapa fakta menarik lainnya.

Patung ‘tangan’ tersebut merupakan hasil sayembara atau perlombaan yang di gelar oleh Galeri Nasional pada tahun 2006 bertajuk ‘Lomba Patung Ruang Terbuka Galeri Nasional’ yang digagas oleh Tubagus Andre Sukmana selaku kepala Galeri Nasional dan beberapa pihak pada masa itu.

Lima juri ditunjuk untuk menentukan karya patung monumental pada perlombaan Patung Ruang Terbuka tersebut, diantaranya; Wiyoso Yudhoseputro (sebagai ketua), Rita Widagdo, Yuswadi Saliya, Iriantine Karnaya dan Asikin Hasan.

Para juri tersebut merupakan individu yang expert pada bidang seni rupa, salah satunya adalah ketua juri Wiyoso Yudhoseputro (1928–2008). Wiyoso adalah seorang perupa sekaligus pengkaji, teoritisi dan penulis sejarah seni rupa Indonesia dan juga merupakan sosok penerima anugerah kebudayaan kategori Pencipta, Pelopor, dan Pembaru tahun 2016. Sehingga berdasarkan kredibilitas juri tersebut dapat disimpulkan bahwa pemenang dari perlombaan Patung Ruang Terbuka dari segi nilai dan seni yang dihasilkan memiliki nilai yang sangat tinggi.

Menurut kepala Galeri Nasional Tubagus ‘Andre’ Sukmana, dari 58 karya 53 seniman pematung setelah melalui proses penjurian mengerucut pada empat karya nominasi dan terpilih salah satu karya patung terbaik, yaitu patung ‘Tangan’ karya Prayitno Saroyo. Kemudian pada akhir tahun 2007 rancang patung pemenang utama tersebut berhasil didirikan menjadi sebuah patung monumental, penanda baru Galeri Nasional.

Galeri Nasional Indonesia yang memiliki koleksi sebanyak 1.700 karya (tahun 2007) mulai dari karya raden Saleh hingga seniman setelahnya. Galeri Nasional adalah salah satu lembaga kebudayaan yang menangani perlindungan, pengembangan dan pemanfaatan koleksi seni rupa modern dan kontemporer, serta mengelola kegiatan seni rupa baik nasional maupun internasional. Sehingga menurut Tubagus, adanya patung monumental ‘Tangan’ diperlukan dalam rangka mempertegas Galeri Nasional Indonesia sebagai salah satu landmark yang berada di Galeri Nasional terlebih di kawasan budaya ibu Kota Negara Indonesia, Jakarta.

Patung ‘Tangan’ karya Prayitno Saroyo pada akhirnya diresmikan sebagai patung ruang publik penanda baru Galeri Nasional Indonesia pada tahun 2008 yang bebarengan juga dengan Pameran MANIFESTO yang untuk pertama kalinya diselenggarakan dalam rangka menyambut peringatan 100 tahun hari Kebangkitan Nasional. Pameran MANIFESTO merupakan pameran yang diinisiasi oleh Galeri Nasional Indonesia secara konsisten setiap dua tahun sekali. Pameran ini bertujuan untuk memetakan perkembangan seni rupa di Indonesia, yang kemudian diwujudkan sebagai manifesto atau pernyataan sikap dalam ekspresi seni rupa.

Menurut Jim Supangkat, salah satu kurator pameran Manifesto pertama mengatakan, pameran ini adalah manifesto artistik yang sekaligus membawa kesadaran nasional dalam bingkai persepsi dan ekspresi “art” sekaligus “seni”. Tajuk manifesto pameran ini, sambungnya, tidak dimaksudkan untuk menampilkan suatu konsep seni rupa Indonesia atau suatu pemikiran seni yang menelurkan formulasi seni beridentitas Indonesia.

Jumlah total koleksi pada tahun 2023 tercatat sebanyak 1873 koleksi yang tersimpan di storage Galeri Nasional. Berbagai jenis koleksi yang terdiri dari seni lukis, grafis, patung, kriya, dan sebagainya menjadi bukti bahwasannya di Galeri Nasional memiliki jenis koleksi yang beragam dan bervariasi unik, sehingga apabila Patung Tangan yang di bangun di plaza pelataran Galnas secara tidak langsung menggambarkan persatuan dari ragam seni dan seni rupa.

Penggambaran persatuan tersebut dapat dikaji menggunakan semiotika analitik. Menurut Pateda dalam buku Semantik Leksikal (2001), semiotika analitik adalah semiotika yang menganalisis sistem tanda. Tanda yang dianalisis akan menghasilkan ide, obyek dan makna. Menurut hemat penulis, karya Prayitno Saroyo tersebut yang secara deskriptif menggambarkan dua tangan yang berusaha saling berpegangan atau terhubung. Kedua tangan tersebut dapat diasumsikan sebagai dua tangan dari individu yang berbeda. Pada karakteristik bahannya sendiri yang terbuat dari stainless steel dan susunan konstruksi yang mengkotak-kotak, menurut Alam, salah satu kurator Galeri Nasional menggambarkan tanda teknologi masa depan yang visioner atau selayaknya sebuah tangan robot.