76. apa yang kamu tutupi? aku cemburu. aku mau tahu semua tentang kamu;

ai.
4 min readJun 17, 2022

--

“sayang … jangan yang bikin sedih ya. aku nggak mau,” ucap arka langsung tanpa basa-basi. bibirnya ditekuk dan mata bulatnya terlihat begitu khawatr. rambutnya menutupi kening, memakai poni. hari ini arka lebih memilih memakai hoodie kebesaran daripada jaket leather khasnya.

“kamu lucu banget hari ini,” pungkas kayari gemas sendiri. jemarinya mulai menyisir rambut arka ke belakang hingga dahinya terlihat. alisnya yang menukik langsung tertangkap mata, vibenya berubah seketika. arkara caraka dan dualismenya. “lucu terus sih kaa-nya aku. lucunya buat aku saja. jangan buat orang lain ya,” tambah kayari.

“iya. kalau sama kamu berarti boleh manja kan ya, kak?”

“boleh, kaa. boleh bang — arka nggak begini juga.” ia merenggangkan lehernya, membiarkan arka memberi kecupan kupu-kupu di sana.

“mau manja kan sama kamu,” tangan arka menggenggam jemari kayari agar tidak menghalangi. tubuhnya condong dengan mata mengerjap terlihat mengantuk — atau malah terlalu nyaman. berakhir dengan mengecup punggung tangan kayari berkali-kali seperti biasa. “mau minta izin apa, love?”

terdiam sebentar, kayari terlihat berpikir lalu menyengir. “ciuman dulu saja yuk?”

mata arka langsung memincing sambil memainkan piercing yang ada di bibirnya. “aku curiga … ada apa nih ajak ciuman? kamu pasti mau ngomong baik-baikin aku dulu kan? nggak usah pakai ciuman, sayang. aku tuh nggak yang harus dikasih ciuman ini atau itu. sama kamu saja aku sudah senang banget.”

“jadi nggak mau ciumannya?”

“ya mau sih,” jawab arka sambil menunduk dan tertawa malu sendiri. wajahnya memerah. salah tingkah. tidak akan menolak kalau kayari yang meminta.

tangan arka memegang belakang kepala kayari sambil mengusap rambut pendek perempuan itu pelan. menarik mendekat ke wajahnya dan mengecup pucuk kepala. diam cukup lama sambil memejamkan kepala dan kemudian di lepas. “begini saja ciumnya.”

giliran kayari yang senyum-senyum sendiri. setelah dicium leher, dicium pipi, lalu dikecup berkali-kali jemarinya, dipuja, berakhir dicium di kening. belum lagi diusap-usap kepala dan punggung tangannya. love language physical touchnya sedang menjerit.

menggengam tangan kayari lagi sambil mengusap-usap dengan ibu jari. “tell me, what do you want to say, love?”

menggigit bibir bawahnya, kayari memikirkan banyak alasan, kemudian sadar bahwa dengan arka, dia tidak perlu membuat alasan yang membuatnya kesulitan sendiri. “aku mau pergi sama selatan besok.”

“pergi — sama kak selatan? ke mana dan ngapain? mau main ke apartnya saja gitu kayak biasa?” tanya arka hati-hati. “hem … aku tahu sih kamu temenan sama kak sagara dan kak selatan. sahabatan malah. aku juga nggak bisa asal melarang kamu. kamu sendiri juga sudah jaga jarak banget sama mereka. aku terima kasih banget sama kamu karena tahu kamu yang sekarang pacar aku. tapi … aku boleh kan ya cemburu dan tanya?”

kayari menganggukkan kepalanya. “boleh … boleh banget, kaa. aku sama selatan mau cari footage ke krl begitu.”

“kenapa nggak sama aku saja?”

“kamu kan nggak pernah ke krl.”

“iya sih.”

diam untuk beberapa detik. hening di antara mereka. “memangnya kak selatan pernah? kan dia juga naik civic terus?”

“pernah kok sagara sama selatan. mereka nongkrong di warkop saja pernah. mereka ikut demo saja pernah. mereka tuh pernah semuanya,” jawab kayari.

kembali terdiam, kayari bertanya-tanya apa yang ada di kepala arka. “aku juga bisa temenin kamu cari footage. aku bisa motret. kamu tahu kan? ke stasiun krl doang bukan masalah besar buat aku. mau … sama aku saja?”

“kaa….”

“kenapa? kenapa bibir kamu ditekuk begitu?” tamya arka sambil menyelipkan helai rambut kayari ke belakang telinga.

“nggak bisa. soalnya cari footagenya buat sesuatu yang nggak boleh kamu tahu,” jawab kayari pada akhirnya. seperti tujuan awalnya, dia tidak berbohong.

helaan napas berat lolos sambil menggelengkan kepalanya. “oh shit, arkara carara!” makinya pada diri sendiri. “no. i can’t do this, kayari manayaka. kamu memang nggak bohong, kamu selalu bilang dan izin, tapi aku nggak bisa kalau kamu tutupin terus. aku merasa ada sesuatu. apa yang kamu tutupin, kak?”

“kaa … belum bisa bilang.”

“belum? berarti bakal bilang? aku nggak masalah nunggu, asal tahu hasil pastinya.”

“iya … nanti aku bilang dulu sama biru. aku bujuk.”

“biru? jadi … sekarang biru? bukan kak selatan atau kak sagara?” kayari menggelengkan kepalanya. suara helaan napas arka kembali terdengar. “pacaran sama kamu itu kayak matematika. rumit, tapi setelah menemukan jawabannya, aku ketagihan. aku suka. banyak banget misteri dan tentang kamu yang nggak aku tahu, kayari.”

“kamu suka matematika?”

arka menggelengkan kepalanya. “nggak begitu. tapi aku suka kamu.”

“arka, ih kan lagi ngomogn serius bukannya?”

“aku serius, beneran.” arka terkekeh. “sumpah, aku juga bingung. aku kesal karena nggak tahu apa-apa, tapi aku juga sayang sama kamu. pokoknya kamu harus kasih tahu aku sesegera mungkin ya? janji?”

kepala kayari mengangguk. menatap mata kayari, arka menutup wajahnya sendiri — diusap — terlihat agak kacau. “kayari … aku mau tahu tentang kamu. dunia kamu. aku mau bisa kamu andalkan juga. aku selalu cerita apa pun sama kamu, aku juga mau kamu cerita apa pun sama aku.”

tersenyum simpul, kayari merasa begitu dicintai. namun dalam diam, dia menyadari bahwa apa yang dikatakan arka itu benar. dia — rumit. dia sadar betapa kacaunya dia. hidupnya. dirinya. kemudian semesta mengirimkan arkara caraka padanya. dan arka menjelma menjadi semestanya. bahagianya. rasa aman dan nyaman yang dia temukan. sebuah cahaya dalam gelap yang selama ini dia tinggali.

setelah ini dia harus meyakinkan biru agar memperbolehkan arka tahu tentang kata semesta.

[]

--

--