our forever

ninakafei
3 min readJan 10, 2023

--

Mile bahkan belum sempat melepas sepatunya ketika Apo berlari dan melompat ke pelukannya dengan suara suara random nya yang lucu. Hampir saja terjatuh kalau tidak buru buru menyeimbangkan tubuhnya. Ia tertawa keras dengan Apo yang masih menempel padanya seperti koala dan berjalan masuk.

The whole apartment was…. a cute mess.

Ada balon balon cantik di ruang tamu. Terbang di atap atap. Ada pillow fort. Tidak se-rapi buatan Mile, tapi melihatnya saja membuat ia ingin menangis. Lalu bau gosong yg berasal dari dapur membuatnya menghela nafas. Apo pasti berusaha merapikan dapurnya secepat mungkin. It is clean but somehow not?

Mile merasakan hatinya berdetak terlalu kencang. This is new. Dia tidak pernah diinginkan sebesar ini. Dengan effort sebanyak ini. And to think that Apo is a busy man himself…

“Kok nangis?” Apo turun dari gendongannya dan menatapnya dengan bibir melengkung sedih. Mile buru buru menggeleng, tertawa. Padahal air matanya belum keluar tapi Apo sudah terlebih dahulu menyadari.

“Pernah nggak kamu ngerasa gemes banget sama sesuatu all you do is crying?” Dia balik bertanya. Menghadiahi kekasihnya satu kecupan kecil di ujung hidung ketika tak mendapatkan jawaban.

“Iam just so thankful. Makasih banyak udah bikinin ini.” Ia menunjuk ke segala arah dengan tangannya. “This is the cutest thing i have ever seen in my entire life.

“But i failed? Kuenya gosong. Pillow fort nya nggak rapi. Balon balonnya juga tadi mau aku iket tapi aku udah keburu nangis gara gara capek. jadinya terbang kemana mana.” Dia menjawab sambil memainkan kerah kemeja Mile dan berusaha menghindari tatapan matanya.

“And i still love it.” Lalu jawaban Mile membuatnya mendongak cepat. “Aku suka semuanya. Balon nya lucu. Pillow fort nya juga lebih gede, bisa buat kita goleran ke kanan kiri lebih leluasa. Kuenya kita bisa bikin lagi berdua. Aku ngga jago masak, but two is always better than one. So everything’s perfect. Kamu ngga gagal.”

Apo terdiam lama dan Mile menyadari ujung hidungnya perlahan memerah. Ia buru buru memeluk Mile dan menyembunyikan wajah di ceruk lehernya, bersembunyi disana.

“Jangan nangis dong. Yang ulang tahun aku. Harusnya aku doang yang nangis.” Ucap Mile sambil mengusap lembut punggung kekasihnya. Dihadiahi gerutuan kesal dan satu gigitan keras di leher. Tawanya sangat keras saat Mile mengerang kesakitan.

“Selamat ulang tahun.”

“Makasih.”

“Mau hadiah apa?”

Mile melepas pelukannya dan kembali menatap Apo yang masih melingkarkan kedua tangan dilehernya.

“Let’s move in together.

Ia bisa merasakan banyaknya cinta di dalam dadanya bergemuruh hebat melihat ekspresi kaget lalu perlahan berubah menjadi bahagia ketika senyum besar Apo yang lucu muncul di wajahnya. Rasanya ia ingin waktu berhenti disini, sekarang, supaya bisa ia nikmati lebih lama.

“You want it?” Apo berbisik kecil sambil menggigit bibirnya sendiri menahan senyum. Mile cepat cepat mengangguk.

“Kamu bilang kamu sedih karena aku bakal kerja di tempat lain and that means we can’t be together almost all the time. Aku mikirin itu juga beberapa hari terakhir. Resulting in me changing a liiiitle course in my career option. Aku ngga jadi daftar buat kawal wapres. Aku daftar buat masuk tim security detail mantan wapres. That’s a whole different thing. Lebih mudah, aku ngga perlu diem disana lama lama. Jam kerja normal. Aku bisa pulang sore dan ketemu kamu lagi. So i think, why don’t we just live together? supaya nanti walaupun kamu sibuk dan masih ada schedule pas aku pulang, aku masih bisa peluk kamu waktu kita tidur.”

Apo menganggukkan kepalanya terus menerus selama ia bicara. Memberitahu bahwa ia setuju dengan semuanya. Senyumnya lebar dan menular. Mile terkekeh lalu menggigit pipi kanannya main main. Keduanya tertawa bersama ketika Apo hampir saja terjatuh saat ia berusaha menghindar.

“Jadi gimana?” Mile menangkapnya lagi, memeluk pinggangnya erat. “Can you give that gift for me?

Apo memutar bola matanya malas, pura pura kesal, tapi senyumnya masih terpampang jelas di wajah. Lalu ia mendekatkan wajahnya pada Mile. Mengecup bibirnya sekilas.

“Easy peasy.”

Mile menertawai ekspresi seriusnya sebelum bergantian membawa bibir ranum sang kekasih pada miliknya. Memagutnya lebih dalam. Menyalurkan setiap rasa disana.

Mile berpikir tentang banyak hal sambil mendekap Apo dan menciumnya lama. But one thing for sure, he now knows sharing kisses under floating balloons surrounded by burnt cakes and silly mess is not bad at all.

--

--