Safety kisses

ninakafei
3 min readNov 28, 2022

--

Ketika Apo mulai diam selama mereka bersembunyi di balik satu satunya mobil yang tersisa di area parkir, Mile mulai menyesali banyak hal. Salah satunya adalah apa yang ia pikirkan sampai sampai ia memutuskan untuk hanya membawa motor malam ini. Mereka tidak punya tempat aman untuk menghindari penggemar yang mulai berkerumun dan Apo terlihat murung. Mile menatapnya lama dalam diam. Genggaman tangannya pada jemari Apo sama sekali tidak ia lepaskan.

Sekarang ia memikirkan cara untuk pergi ke dermaga dan menyeberang. Dia ingat ada toko kue kesukaannya disana dan mungkin itu bisa jadi pilihan tepat untuk menyelamatkan acara jalan jalan mereka.

“Apo?” Mile berbisik. Yang dipanggil hanya menoleh tanpa menjawab.

“Mau naik kapal nggak?” Ia berusaha menampilkan senyum terbaiknya. Genggaman tangannya ia eratkan. Kedua mata Apo yang tadi sayu sedikit demi sedikit kembali bersinar.

“Gimana caranya?”

“Kita harus kesana.” Mile menunjuk ke arah dermaga dari kejauhan. “Ferry terakhir dua puluh menit lagi berangkat. Nanti aku bawa kamu ke toko kue favorit aku di seberang.”

Lalu ia melepaskan hoodie hitam yang tadi ia bawa. Diam diam bersyukur tadi sepulang dari wawancara mereka sempat pulang untuk mengganti pakaian.

“Kamu pake ini.” Pelan pelan ia memakaikan hoodie nya pada Apo yang terdiam dan menatapnya tanpa berkedip. “Ini juga dipake.” Lalu tudungnya juga ia pasang.

Sambil merapikan poni rambut Apo ia tersenyum. Lalu setelah dirasa cukup, ia mengeluarkan sebuah kacamata hitam dari tas yang ia bawa untuk ia pakai sendiri.

“Kita jalan pelan pelan, okay?” Dua tangannya ia letakkan ke kedua sisi wajah sang kekasih. “Gandeng aku terus.”

Lalu tanpa menunggu jawaban, keduanya perlahan berjalan keluar dari tempat persembunyian mereka dan berjalan santai menuju dermaga. Sesekali Mile merasakan genggaman Apo mengerat. Ia akan semakin menempelkan tubuh padanya setiap kali mereka berpapasan dengan beberapa orang yang terlihat seperti para penggemarnya. Mile berusaha untuk tenang. Ia berkali kali berbisik dengan suara pelan “it’s okay. ngga papa. mereka ngga akan tau.”

Keduanya tiba di dermaga tepat beberapa saat sebelum kapal terakhir berangkat. Mile membeli tiket dengan sedikit panik. Agak berlari. Mau tidak mau Apo ikut mempercepat langkah. Kemudian mereka tertawa ketika Mile hampir saja tersandung, Apo cepat cepat menangkapnya.

Beruntungnya, tidak terlalu banyak orang di dalam kapal. Hanya mereka, dua pasangan lain, dan sebuah keluarga kecil. Mile membawa Apo ke ujung, mendudukkan diri disana.

“Cape?” Ia bertanya sambil membukakan masker yang lebih muda dan tudung Hoodie nya. Apo menggeleng, senyumnya lebar tapi terlihat agak terpaksa. Mile mengernyitkan dahi seketika.

“Something’s wrong?” Satu tangannya ia gunakan untuk merapikan poni Apo lagi.

Yang ditanyai hanya diam. Lalu pelan pelan menundukkan kepala.

“Apo?” Ia memanggil lagi dengan suara lembut. Setelah beberapa detik, yang lebih muda mendongak. Mile terkejut melihat kedua mata cantiknya sedikit berair.

“Hey-

“Maafin aku.” Bibirnya melengkung kebawah. Terlihat sedang berusaha menahan diri untuk tidak menangis. Mile panik sendiri.

“Kenapa minta maaf?” Tangan Apo yang bebas ia genggam lagi.

“I ruined our first date. Harusnya ngga gini.” Ia berbisik pelan. Menghindari tatapan Mile lagi.

“Harusnya tadi ngga aku post di twitter.” Ia mengerucutkan bibir kesal. Air matanya masih bisa ia tahan. “Ngga cuma aku, kamu juga jadi ke-ekspos, kamu juga bisa aja ketemu stalker fans yang punya niat buruk.”

“Ada aku, Apo. Aku bisa jagain kamu.”

“Pengennya aku,” Apo kini menatapnya lagi. “Kamu bisa lepasin beban kamu sebagai bodyguard kalo kita cuma berdua. So that you can enjoy the date too.

“I do enjoy this.

Mile menangkup wajah yang lebih muda dengan kedua tangan.

“Jadi terkenal dan punya banyak orang yang sayang sama kamu bukan kesalahan. Bukan salah kamu, okay? Mereka yang milih buat keluar dan repot repot ngikutin kita.”

Apo tidak terlihat yakin. Mulutnya bergerak membuka dan menutup beberapa kali seolah olah ia masih punya banyak hal untuk dikatakan. Tapi ia hanya tersenyum di akhir. Mile membalas senyumannya dengan satu yang tak kalah lebar.

“Makasih.” Tangan besar Mile yang masih membingkai wajahnya ia genggam. “Not everyone can handle this.

Mile terkekeh sebelum memberinya satu kecupan di dahi. “I knew what I signed up for.

Dan mungkin Apo tidak tahu Mile juga punya banyak hal untuk dikatakan, tapi keduanya mengerti yang sebenarnya mereka inginkan lebih kuat daripada jumlah ketakutan yang berkecamuk di kepala.

Mereka tahu bahwa di bawah lampu lampu cantik kapal yang bergerak dan semilir angin yang menenangkan, di dalam pelukan masing masing, mereka aman.

Mile jadi yang pertama menempelkan bibir ke milik Apo, dan dari sana, Apo tidak melepaskan.

Ciuman pertama mereka terasa seperti tenang air dan letupan kembang api di langit malam di waktu yang sama.

--

--