Two is better than one

ninakafei
7 min readDec 4, 2022

--

Apo masih memandangi Mile yg berdiri di ambang pintu apartemennya dengan hati berdebar. Biasanya dia akan langsung pergi. Biasanya Mile bahkan tidak akan menatapnya di mata dan langsung melenggang pergi.

Tapi dia diam di sana dengan kepala menunduk. Mulut Apo gatal ingin bertanya. Namun ia urungkan karena tiba tiba Mile mendongak dan ia tersenyum, sangat kecil, padanya.

“Aku boleh minta waktu sebentar?”

Apo tertegun di tempat. Is this really it?

“K-kalau Apo ngantuk, besok aja ngga papa.”

Karena tak ada jawaban, Mile buru buru menjelaskan. Apo membuka pintu lebar lebar dan mengangguk. Mengisyaratkannya untuk masuk ke dalam.

Mile membantu meletakkan dua tas besar nya di dekat pintu kamar lalu duduk di sofa ruang tamu diikuti Apo sesaat setelahnya. Ada jarak yg sangat besar diantara mereka.

“Aku mau minta maaf.” Mile bahkan tidak memberinya waktu untuk tenang. Kalimat itu berhasil membuatnya menoleh cepat dengan mata melotot kaget.

“Kamu- kamu nggak salah. Aku juga salah.” Dia menjawab dengan suara kecil. Tidak yakin ia bisa terdengar normal tanpa gemetar jika ia ucapkan dengan sedikit lebih keras.

“Dengerin aku dulu.” Mile pelan pelan menghadapkan tubuh ke arahnya. “It was never you. Aku yang selalu jadi sumber masalahnya.” Matanya menatap Apo tulus. Yang lebih muda diam diam menggenggam tangannya di atas pangkuan, menahan diri untuk tidak memeluk kekasihnya saat itu juga.

“Aku bukan orang kaya. Bukan orang terkenal. Baru tau rasanya punya uang banyak beberapa tahun lalu. Iam so used to the mockery. Ketemu kamu jadi hal yang paling nggak masuk akal di hidup aku. I always feel like iam not enough, i don’t deserve you. Kamu terlalu jauh dari gapaian aku. Kamu terlalu sempurna, kamu berhak dapet yang lebih baik. But i like you so much,

Mile masih menahan pandangannya di kedua mata Apo, menelan ludahnya sebentar sebelum melanjutkan,

“Aku suka kamu banget aku pikir mungkin aku bisa belajar untuk nggak mikirin itu semua. It was hard. But i did it. Beberapa hari lalu aku ngga bisa nahan diri lagi karena kamu pilih Jeff buat proyek kamu. It feels like iam a burden. Apalagi waktu kamu bilang kamu bakal keluarin uang buat bikin media diem kalo sampe mereka tau. Iam afraid i will use you in any way even without realizing it myself. And i dont want that to happen.

Apo ingin duduk lebih dekat. Ingin menyentuh tangan atau pundak Mile dan memintanya untuk tenang karena lelaki itu kini terlihat kesusahan untuk menjelaskan. Terlihat sedang menyalahkan diri sendiri. Dia menunduk lagi. Menghindari kontak mata. Apo tidak suka melihat Mile merasa kecil begini.

“Aku juga minta maaf. Nggak seharusnya aku asal ngomong gitu.” Dia melihat Mile mendongak perlahan dan melanjutkan, “aku juga seharusnya ngomong dulu sebelum ambil keputusan buat pilih Jeff dan ngeluarin penyanyi lain yg udah terima kontrak. I wasn’t thinking. Aku juga nggak tau selama ini itu yang kamu rasain.”

Dia bisa dengar Mile menggumamkan “it’s okay” dengan suara pelan. Lalu lelaki itu tersenyum padanya. Apo ingin menangis.

“The truth is, i have my fears too.” Mendengar itu, Mile kini menatapnya lagi di mata. Terlihat khawatir. “Jadi pacar aku bakal bikin kamu kehilangan banyak ruang. Ngga bebas lagi. Apa yang kamu pake, yang kamu omongin, yang kamu lakuin, semua jadi konsumsi publik. Kamu ngga bakal bisa pergi kemana mana tanpa ada yg ngikutin atau diem diem fotoin dari jauh. It’s like you sell your freedom to have me, and it doesn’t sound fair.

Apo membuang muka sebentar. Menarik nafas pelan pelan. Menahan diri agar tidak menangis. Lalu kembali menghadap kekasihnya ketika dirasa gemuruh di dadanya sudah menghilang.

“Aku takut kamu pergi kaya orang orang dari masa lalu aku. Aku takut pacaran sama aku bikin kamu ngga nyaman. I feel that everyday. Makanya kadang aku ngga berani ajak kamu jalan atau bahkan sekedar nyamperin kamu ke bawah. Aku berusaha ngga bikin kamu ngerasa tertekan sama hubungan ini, aku udah bebanin kamu sama gaya hidup baru, aku ngga mau jadi beban kamu dalam aspek lain. I hold back when i missed you. I tried to resist everything.

“Apo…” Mile menggeser duduknya. Sekarang menempel satu sama lain. Raut wajahnya dipenuhi cemas.

“This is not just your fight. It’s mine too.” Apo memberanikan diri mengambil tangan Mile di pangkuan lelaki itu dan menggenggamnya. “Kita punya ketakutan kita sendiri. We just never talked about it. Sedikit banyak aku ngerti kenapa kamu selalu mikir kamu nggak pantas buat punya hubungan sama aku. Kamu pikir aku sempurna, sambil kamu memandang rendah diri kamu sendiri. And now i tell you that it’s not true. Aku juga punya kekurangan. Aku juga sering banget takut kehilangan. We tend to not see someone else’s flaws because we’re too busy judging ourselves. Tapi sekarang aku udah tau apa yg kamu takutin. Kamu juga udah tau punyaku. We can figure this out together.

Mile terdiam lama. Menatap tangannya yang masih di genggam Apo lalu membalas genggamannya tak kalah erat. Ketika ia mendongak, yang pertama ia tanyakan adalah, “Can i have a hug?”

Apo masuk kedalam pelukannya tanpa membuang waktu.

“Maaf karena aku ngga tahu apa yang kamu pikirin. I should’ve asked.” Mile menggumam pelan. Lalu tersenyum ketika Apo menggeleng dan rambutnya menggelitik wajah.

“Aku juga ngga tahu apa yg selama ini kamu pikirin. We are in this together.

Mereka berpelukan cukup lama sampai akhirnya Apo jadi yang pertama melepas sebelum memainkan satu tangan Mile dan tersenyum.

“Sekarang aku punya beberapa hal buat kita lakuin. My wishes. You can do yours after me.

Mile mengangguk dengan kekehan kecil. Satu tangannya yg bebas ia gunakan untuk mencubit pipi kanan Apo sekilas.

“Satu,” Apo melipat satu jari “kamu harus belajar liat nilai diri kamu sendiri. Start looking at yourself in a different light. Bahwa kamu bukan sekedar mile phakphum yg kerja jadi bodyguard karena ngga punya skill lain. You are more than that. Kerja di agensi bodyguard ternama itu sulit. Tes nya banyak. Kamu lolos dan bertahan selama delapan tahun. Pernah jadi security detail nya berbagai macam manusia. Gubernur, illegal underground mob's heir, artis, semua percayakan nyawa dan keselamatan mereka ke kamu. Do you understand how big of a deal that is?

“Visual kamu juga ngga main main. Kamu bisa jadi model ternama dengan muka dan proporsi badan kayak gini. You just thought you would never ace this industry because they rejected you before. But that’s not true. Kamu ngga liat gimana media sama fans aku semua jadi gila gara gara kamu?”

Mile tidak bisa manahan tawanya sendiri. Yakin betul kedua pipinya pasti memerah. That’s too much of compliments coming from the love of his life.

“Yang kedua, aku pengen kamu bisa bebas ngasih tau aku apa aja. Make me your safe zone. Apapun yang kamu takutin, yang kamu khawatirin, kamu bisa kasih tau aku juga. Kalo ada sepuluh hal yang lagi kamu pikirin, terus kamu cerita, aku bisa ambil lima nya. Kamu lima aku lima. Kan jadi lebih enteng?”

Disana, Mile tidak lagi kuasa menahan diri. Sambil tertawa ia memajukan wajah dan memberi kecupan kecil di bibir yang lebih muda. Apo melotot kaget sebentar sebelum membalasnya dengan satu ciuman dengan suara keras di pipinya. Keduanya lebur dalam tawa ketika Apo tak sengaja membenturkan hidungnya dengan hidung Mile di tengah aksi saling mencium wajah yang sedang mereka lakukan.

“Sekarang kamu.” Apo memberikan jarinya. Mile menerimanya dengan senyum manis.

“Sama kaya yang kamu bilang barusan, aku juga mau kamu cerita kalo ada apa apa. Especially when it comes to the media. Kalo misalkan kamu memang mau keluarin uang untuk ngelindungin orang yg kamu sayang, then count me in. Gaji aku juga besar. Kita bisa saling bantu. I want to be useful too. Aku juga mau ngelindungin kamu dengan cara itu kalau memang ngga ada cara lain.”

Apo mengangguk cepat. Senyumnya sangat lebar. Sebelum Mile melakukannya, ia sudah melipat satu jarinya sendiri. Mengindikasikan bahwa ia ingin segera dengar yg kedua.

“Yang kedua,” Mile tertawa melihat wajah serius Apo. “Kalo Apo pengen jalan jalan atau ngedate di luar, tolong bicara sama aku. Kasih tau aku biar aku yg urus. I know you’re always afraid of my safety, selalu takut aku ngga nyaman sama semua yang ada di hidup kamu, but i chose you. That means iam ready for it. Jangan lupa juga aku ini bodyguard profesional. Kalo pacar pacar kamu yg dulu bisa ngelindungin kamu seratus persen, aku bisa sampe dua ratus persen.”

Apo tertawa keras mendengarnya tapi Mile tidak peduli. Ia melanjutkan setelah mencuri satu kecupan dari yg lebih muda.

“Pacar kamu ngelindungin kamu karena mereka pacar kamu. Aku bakal ngelindungin kamu sebagai pacar kamu, pacar kamu yang kerjanya adalah jadi bodyguard profesional, plus ngelindungin kamu sebagi bodyguard pribadi. Oh- itu tiga ratus persen jadinya.”

Kali ini suara tawa Apo menggema di dalam ruangan dan Mile mengikuti. Ia baru bisa berhenti setelah Mile menghujani wajahnya dengan ciuman ciuman kecil.

“Aku kerja jadi bodyguard udah lama. Aku tau tempat tempat sembunyi yg aman kalo misalkan ada paparazi atau fans yg tiba tiba dateng. Aku dilatih untuk gerak cepat. Aku bisa bikin orang pingsan cuma pake satu pukulan. You’re safe with me. Jadi jangan malu atau takut lagi untuk ngajak aku jalan, ya?”

Apo mengangguk lagi. Kali ini sambil menggenggam tangan Mile yang masih ada di pangkuannya.

Mereka menghabiskan beberapa menit selanjutnya dengan berbagi pelukan dan ciuman di sana sini karena terlalu rindu. Ketika Apo bilang ia ingin Mile menginap dan memeluknya saat tidur, yang lebih tinggi mengiyakan tanpa pikir panjang.

Yang tidak Apo sangka akan ia lihat setelah menghabiskan sekitar dua puluh menit membersihkan diri di kamar mandi adalah sebuah pillow fort yang sudah Mile bangun di ruang tamu, dengan lelaki itu duduk didalamnya sambil tersenyum lebar.

Untuk pertama kalinya setelah seminggu, keduanya tidur dengan nyenyak.

--

--