taman kota

kiya
2 min readMar 10, 2022

--

Banyak faktor yang membuat seorang Adira malas untuk pergi sekolah. Pertama, dia tidak terlalu pintar dalam bidang akademik, maka dari itu buku nilainya didominasi dengan huruf B, entah B- ataupun B+ kemampuan Dira memang hanya sampai situ saja. Kedua, omelan dari Pak Hartono guru kesiswaan yang begitu memekakan telinga, bukan hanya Dira sih yang dimarahi tapi tetap saja menyebalkan! memangnya beliau pikir dirinya sedang di hutan?

Ketiga, ini adalah alasan utama mengapa Dira malas untuk pergi ke sekolah. Lelaki bernama Nathan Adinata yang entah dari kapan selalu mencampuri kegiatan sehari-harinya. Usil, bertindak semaunya, menyebalkan, dan banyak lagi! tidak bisa dijabarkan. Kini tengah tersenyum tengil didepan pintu mobil menatap usil raut wajah Dira yang tertekuk

“itu muka apa baju belum di setrika? lecek amat” Ucap Nathan sambil tertawa, Dira hanya bisa mengacungkan jari tengahnya dan segera masuk ke mobil bagian penumpang

“ngapain sih jemput2! rese lo” cecar Dira setelah melihat Nathan masuk kedalam mobil

“Misi hari ini berhasil, bikin lo kesel pagi-pagi” Nathan menjawab dengan mata yang fokus kearah depan namun senyum lebarnya terpampang menjelaskan dirinya benar-benar puas

“keenakan ya lo sekarang udah lama gak gue hajar” Dira mendengus, bersandar di kursi penumpang kemudian memakai penutup hoodienya dan bersiap untuk tidur

“Udah sarapan?” Tanya Nathan basa basi

“Belum lah” Jawabnya dengan mata yang terpejam

“Kok belum?”

“Salah siapa?” Nathan hanya terkekeh dan memutar stir ke arah taman kota, memutuskan untuk sarapan disana sebentar. Mumpung masih jam setengah enam pagi pikirnya. Ia membiarkan Dira tertidur sebentar selama perjalanan.

“heh bangun, nih gua beli bubur” Nathan membuka penutup hoodie di kepala Dira dan mengguncang tubuh gadis disampingnya “bangun keboooo”

Dira berdecak malas kemudian membuka matanya menatap Nathan tajam. “Gue gaminta sarapan Nat”

“Iya emang ga minta, sejak kapan gua dengerin pendapat lo? sekarang makan” Ucapnya tegas, menyuap bubur miliknya sendiri

“Ga laper”

“Lo laper. kalo buang-buang makanan nanti makanannya nangis”

Dira mendengus hampir saja tertawa, ia pun menatap Nathan dengan tatapan teduh. ‘Lucu juga ya lo’

Lalu Dira menyerah, menyuap bubur bagiannya dengan malas, keduanya berbincang di tengah-tengah suapan entah hal apa yang mereka bicarakan, mengisi pagi hari dengan canda tawa. Ingatkan Dira untuk berterimakasih kepada Nathan karena kehadirannya pagi ini membuat Dira melupakan kesedihannya di hari kemarin.

--

--