PELAYANANKU SEBAGAI SEBUAH ZIARAH IMAN
oleh Fandy Krismawan Susanto
“Siap melayani atau tidak?” Pertanyaan ini barangkali cukup ‘mengganggu’ saya sebelum saya memutuskan untuk melayani di Komisi Pemuda GKI Delima di pertengahan tahun 2012 silam.
Saat itu, saya jarang ke gereja, apalagi untuk pelayanan karena kesibukan kuliah. Hingga sampai suatu hari saya diajak oleh teman untuk ikut beribadah di Komisi Pemuda GKI Delima. Saat itu muncul suatu kerindukan kembali ingin berkomunitas dan aktif pelayanan lagi (terakhir saya aktif di Komisi Remaja GKI Salatiga). Saat itu ada pergumulan yang membuat saya sadar bahwa selama di Komisi Remaja ada yang salah dengan konsep pelayanan saya, barangkali bisa dibilang ‘gila hormat’.
Setelah lulus kuliah dan menjadi jemaat di KP GKI Delima, kerinduan untuk melayani semakin menguat dan saya merasakan sebuah panggilan yang nyata bahwa saya harus ada di KP GKI Delima. Ada begitu banyak pertanyaan, salah satunya “Apakah benar-benar saya ingin melayani?” atau hanya sekedar ‘gila hormat’ dan ‘mencuri kemuliaan Tuhan’ dengan pujian dan sanjungan dari jemaat. Maka dari situ lah saya benar-benar bergumul sebelum aktif melayani. Dukungan spiritual dari orang-orang terdekat, saya ingat betul apa yang dikatakan bahwa “Yang namanya melayani pastilah capai,, kalau malah yang didapat kepuasan pribadi, tidak repot, dan tidak capai, namanya bukan melayani, tetapi DILAYANI!”
Pada masa pergumulan, saya teringat lagu hymn dari NKB 212, saya lebih menyukai versi aslinya yang ditulis oleh Ina Mae Duley Ogdon yaitu:
Brighten the corner where you are!
Brighten the corner where you are!
Someone far from harbor you may guide across the bar;
Brighten the corner where you are!
Di dalam refleksi pergumulan, ternyata saya hanya sebuah lilin kecil yang menerima pancaran dari sang sumber cahaya untuk menerangi sudut kecil. Sumber cahaya yang besar yang tidak lain adalah Yesus Kristus. Jadi apa gunanya untuk ‘bermegah’ atau ‘gila hormat’ yang mengatasnamakan pelayanan? Hal ini membaharui konsep pelayanan saya.
Puji Tuhan, setelah saya bergumul panjang dan mengambil keputusan dengan menjawab “Ya, Saya siap untuk melayaniMu Tuhan”,di situlah sebetulnya sebuah ziarah iman saya dimulai. Sebuah perjalanan iman yang harus dijaga terus menerus dan konsisten. Sampai saat ini di dalam mempersiapkan ibadah, doa saya selalu sama seperti di dalam 1 Raja-Raja 3:9 di mana Raja Salomo meminta hikmat kepada Tuhan. Maka, di dalam segala kelemahan, saya terus berdoa dan memohon supaya Tuhan selalu memberikan hikmat untuk pelayanan yang dipercayakan kepada saya, supaya hanya nama Tuhan saja yang dipermuliakan.
Bagi rekan-rekan yang masih bergumul atau sudah menetapkan hati untuk pelayanan, selamat memasuki ziarah iman! AMIN!