About Time

Ksatriya Ananta
2 min readMar 18, 2024

--

Sedikit flashback. Waktu kuliah dulu, tiba tiba ada temen yang merekomendasikan (dan mengirimkan copy bajakan) sebuah English Movie. Singkat cerita, jadilah ada sesi nobar di perpus kampus.

Judul filmnya “About Time”. Lumayan fantasi, karena ceritanya tentang sebuah keturunan yang bisa “time travelling”, gabisa sampe ngebunuh Hitler sebelum dia jadi diktator sih, jadi cuma going back in timeline that he lived before.

And turns out that the movie taught me. A lot.

Sebagai seorang yang sudah berkali kali messed up dalam hidup, pastinya saya agak iri dan ingin memiliki ability to go back in time and fixes things.

Alangkah indahnya kalau bisa tau soal ujian, dan go back in time and actually learn for the exam, pasti dapet A semua.

Atau when there is a downturn in petroleum industry yang bikin semua kakak kelas pada nganggur dan di-layoff padahal kita masih berjuang kuliah di jurusan itu tanpa masa depan yang pasti, gue bisa going back in time dan memilih jurusan lain.

Atau when I messed up with a girl and I can go back and fixes things (just like the protagonist did in the movie).

Atau sebagai seorang PM, ketika memilih feature untuk sebuah product dan ternyata ga kepake atau bugs nya banyak, I can go back and try another feature and fix the bugs hahaha.

Tapi akhirnya, film nya punya pengajaran yang sangat keren. Instead of using the time travel ability to fixes things, Timmy si protagonist belajar bahwa dia lebih suka menjalani hidupnya day by day to the fullest, supaya nanti ketika dia tua dia bisa memilih hari mana yang pengen dia revisit dan re-experience that particular day.

Yes, seorang Ksatriya ga akan punya ability untuk travel back in time, tapi setelah nonton dan nonton ulang film itu, saya selalu mencoba untuk not waste any day, to live that day to the fullest, dan ketika saya tua, saya bisa revisit that day (walau bukan in a time travelling mode) dan mengenang hari itu as the best day of my life.

And that is my reason to wake up.

--

--

Ksatriya Ananta

Two roads diverged in a wood, and I — I took the one less traveled by, and that has made all the difference.