Sector-Agnostic

Ksatriya Ananta
4 min readMar 18, 2024

--

Jack of all trades, master of none.

Mungkin itu adalah rangkaian kata yang paling cocok untuk mendeskripsikan diri saya.

Sebagai lulusan teknik perminyakan dari sebuah kampus pertama di Malaysia yang menawarkan jurusan perminyakan, bisa dibilang saya adalah salah satu alumni yang gagal total — di bidang perminyakan.

Di tingkat kedua kuliah, shale boom yang dilakukan di US menyebabkan produksi minyak di US meningkat. Alhasil, minyak dari Timur Tengah dan US membanjiri pasar sehingga harga minyak turun drastis.

Sebagai mahasiswa semester 3 yang melihat senior-senior pujaan di-layoff Schlumberger, Halliburton, dan Baker Hughes (3 perusahaan impian zaman dulu) dan menjadi pengangguran, tentu saja hal ini menjadi demotivator terbesar.

Saya banting stir, dengan nawaitu yang kuat dan tanpa restu orang tua, saya meninggalkan dunia akademik dan fokus di organisasi, karena saya sudah merasa hopeless untuk membangun karir di dunia perminyakan.

Semua organisasi saya jajaki, dari jadi Ketua Umum PPI, Wakil Ketua Sanggar PPI (yes, back then I can dance), Director Event untuk acara budaya mahasiswa internasional di kampus, sampai menjadi Liaison Officer untuk acara ASEAN dan Malaysian Airshow.

“Mas Ksatriya kuliah di Malaysia ambil apa?”

“Ambil hikmahnya aja tante. Hehe”

Itu sudah menjadi jawaban default ketika ada teman ibu yang menanyakan jurusan dan mau membandingkan saya dengan achievement anaknya.

Pada saat kuliah, saya sempat magang di GE. Kebetulan saat itu GE sedang mengadakan lomba startup untuk mahasiswa dan terperciklah minat untuk menyelami dunia startup.

Tidak lama setelah itu, kenal lah dengan eFishery sebagai salah satu startup di Indonesia. Pada saat itu, saya ga kenal sama sekali siapa CEO nya, siapa CPO nya, atau apa visi perusahaan nya. Saya hanya tau eFishery dari website nya yang terpampang eFeeder di homepage nya.

Yang terbesit adalah: “Ini ide keren banget, kenapa gue ga kepikiran ya?”

Karena bermimpi untuk bisa membangun startup sendiri, niat awal saya untuk masuk eFishery adalah untuk ada di passenger’s seat — untuk melihat bagaimana caranya membangun sebuah startup yang memiliki produk yang keren.

Tanpa tunggu lama, saya langsung daftar kali pertama ke eFishery — sebagai data scientist.

Dengan polosnya, lulusan perminyakan ini mendaftar sebagai DS, tanpa pengalaman SQL, tanpa kemampuan ngoding. Kayanya, dulu Mas Ans dan Bang Khai liat CV saya sambil pada ngakak sendiri.

Tentu saja, pendaftaran saya ditolak. Berkali-kali.

Karena tidak bisa untuk ada di passenger’s seat, saya nekat memutuskan untuk langsung duduk di driver’s seat. Dengan ide bawaan teman sekampus saya di sebuah bootcamp di Korea ditambah dengan kabin di tengah sawah dan sepercik modal nekad dan tekad, saya dan teman saya membangun startup sendiri, ctscope.

Singkat cerita, startupnya menghadapi banyak kendala A-Z, salah satunya karena bergerak di bidang yang sangat diregulasi, sampai akhirnya saya mengibarkan bendera putih.

Kata investor, ketika kita gagal bikin startup, kerugian yang paling besar adalah rugi waktu.

Tapi, pengalaman 3 tahun membangun ctscope — walau berakhir fiasco, tidak sedikitpun merasa rugi waktu. Pengalaman untuk ada di driver’s seat sebagai CEO (Chief Everything Officer) startup abal-abal, semakin menguatkan pondasi peran saya sebagai Jack of All Trades, Master of None. Bayangkan, saya memegang peran sebagai Product Manager, UX Designer, Partnership Manager, Marketing Manager, sampai ke memimpin tim sales lapangan.

Dengan modal yang lebih matang di dunia per-setartap-an, anak perminyakan ini memutuskan untuk kembali mendaftar ke eFishery.

Dan kali ini, goooooooooooool!

Akhirnya, hasrat masuk eFishery untuk belajar sebanyak mungkin sebagai modal bikin startup sendiri lagi suatu hari nanti terwujud. Tambahan, karena direct reportnya sama-sama ex-founder startup dan tahu betul rasanya menjadi Chief Everything Officer, saya dipercaya untuk menjadi firefighter. Digeser ke sana-sini berkali-kali untuk membantu memadamkan api di role yang lumayan crucial.

Mengeluh? Tentu tidak.

Malah pergeseran itu menciptakan learning space yang cukup besar dengan scope yang lebih lebar. Saya berpeluang untuk terjun di bidang yang berbeda sambil melakukan stakeholder management yang lebih luas.

Bukan cuma transferan tanggal 25-nya yang bikin bahagia, tapi menyelesaikan masalah dan switching context dengan frekuensi yang sering dan rumit ini membuat kerja tidak bosan.

Belum lagi melihat muka para farmers yang senang terbantu dengan produk eFishery, walau ada juga waktu-waktu mendengar farmers yang mengeluh karena eFeedernya error.

Tapi, setelah setahun lebih di eFishery — yang niat awalnya hanya mencari tempat belajar, malah menemukan rumah dan tempat berteduh. Menghadapi tantangan dari berbagai konteks dan mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan tim dengan talent muda yang dilengkapi bakat-bakat yang luar biasa.

Tanpa berniat bongkak, ternyata hari ini saya bisa lah diadu dengan teman-teman seangkatan di kampus yang berhasil masuk Schlumberger dulu.

Kalau dipikir-pikir, hidup memang pelik. Dari yang dulunya bercengkerama dengan para petroleum professionals di conference perminyakan, berganti menjadi berurusan dengan dokter, juragan klinik, dan kemenkes, berganti lagi menjadi mendalami masalah yang dimiliki oleh petambak ikan dan udang.

Istri sering bertanya, “kamu teh sampai kapan mau di eFishery?” — yang sering saya jawab dengan senyum kambing.

Di dalam hati sambil membatin, sampai eFishery udah ga butuh saya, atau sampai saya sudah merasa cukup belajar dan siap untuk membangun startup sendiri lagi —

— whichever comes sooner.

--

--

Ksatriya Ananta

Two roads diverged in a wood, and I — I took the one less traveled by, and that has made all the difference.