Deployment

Christina Natasha
3 min readSep 9, 2016

Sudah sepuluh tahun kami tidak melihat matahari.

Terakhir kalinya unit kami diturunkan di medan perang, kami diberi tugas untuk menyusup ke pusat misi pasukan negara Valoria dan menonaktifkan para jenderal yang bertugas di sana. Kami melakukan tugas kami dengan sempurna, dan seluruh anggota unit kami kembali tanpa ada sedikit pun goresan di perlengkapan kami. Ketika kami tiba kembali di Pangkalan Udara Atlas, para jenderal sudah menunggu kedatangan kami. Sesuai protokol, kami membentuk barisan dengan sempurna dan memberi hormat. Semua jenderal terlihat puas.

Akan tetapi, tidak ada kata “terima kasih” yang terucap dari bibir mereka, tidak seperti ketika mereka menyambut kepulangan unit-unit lainnya.

Padahal, unit-unit lainnya seringkali kembali dengan cacat di perlengkapan atau bahkan tubuh mereka, dan terkadang tidak semua anggota unit kembali dalam keadaan hidup.

Suatu kali, hanya satu anggota yang berhasil kembali ke Pangkalan Atlas, dan anggota ini menyatakan bahwa misi unitnya gagal dilaksanakan. Para jenderal mengatakan “terima kasih” kepada anggota tersebut, meskipun ia gagal melaksanakan perintah yang telah diterimanya.

Kami adalah satu-satunya unit yang tidak pernah melakukan kesalahan. Kami bahkan tidak memiliki kecacatan dalam bentuk apa pun.

Akan tetapi, kami juga adalah satu-satunya unit yang tidak pernah mendengar kata-kata “terima kasih” ditujukan kepada kami.

Setelah misi penyusupan terakhir kami, satu tahun setelah unit kami dibentuk, para jenderal memerintahkan kami untuk masuk ke dalam suatu ruangan. Ketika kami sedang berbaris masuk ke ruangan tersebut, kami mendengar anggota unit lain mengatakan bahwa perang dengan negara Valoria sudah selesai. Kami tidak sempat mendengar lebih lanjut, karena gerbang ruangan tersebut ditutup segera setelahnya, dan tak lama kemudian kegelapan meliputi kami semua. Dalam kegelapan itu, datang perintah untuk “tidur dan berjaga-jaga.”

Kami melaksanakannya dengan sempurna, dan kami selalu berjaga untuk perintah yang baru.

Kami menunggu.

Jam berganti hari.

Hari berganti bulan.

Bulan berganti tahun.

Seiring bergulirnya waktu, akhirnya kami sadar bahwa kami telah dilupakan.

Sepuluh tahun lamanya kami menunggu perintah baru, namun yang kami dengar hanyalah kesunyian.

Tanpa misi untuk kami laksanakan, tujuan hidup kami telah direnggut dari kami.

Apakah para jenderal menemukan suatu kecacatan dalam diri kami, sehingga kami menerima hukuman ini?

Kami harap kami mengetahuinya, supaya kami dapat memperbaikinya.

BATERAI BARU DITEMUKAN.

VERSI PERANGKAT LUNAK: 2.0.1253.

MELAKUKAN DIAGNOSA SISTEM…
SELESAI.

STATUS BATERAI UTAMA: 100% TERISI.
STATUS BATERAI CADANGAN: 100% TERISI.
STATUS PERANGKAT KERAS: 100% BERFUNGSI.

MENCARI JARINGAN NIRKABEL DENGAN ENKRIPSI 3-250MIL-E3KX…
DITEMUKAN.
NAMA JARINGAN: ATLBASE-03458MECH.

MENDAFTARKAN DIRI KE JARINGAN ATLBASE-03458MECH…
SUKSES.

MENYESUAIKAN PENGATURAN WAKTU…
SELESAI.
WAKTU SAAT INI: 14 RUADA 2266, 08:17:94 WAKTU STANDAR KRONOSTAS.

PERINTAH DITERIMA: NO. 2266-01-INF125.

MENGANALISA ISI PERINTAH…
SELESAI.

STATUS: SELURUH ANGGOTA UNIT MECHTRP-001ALPHA SIAP MELAKSANAKAN PERINTAH.

Setelah penantian selama sepuluh tahun, akhirnya kami menerima perintah baru. Kami harus menyusup ke markas lawan dan menonaktifkan semua manusia dan perangkat elektronik yang ada di markas tersebut.

Satu per satu anggota unit kami terbangun dari tidurnya. Sesuai protokol, kami membentuk barisan yang sempurna dan berjalan seirama setelah gerbang ruangan kami dibuka. Setibanya kami di luar, kami harus melakukan kalibrasi ulang untuk sensor visual kami, karena sinar matahari begitu terang dan untuk beberapa nanodetik kami hanya dapat melihat warna putih. Sensor auditori kami menangkap pembicaraan para anggota sebuah unit yang berkumpul lima meter dari gerbang ruangan kami. Ketegangan terlihat dalam bahasa tubuh mereka sementara mereka membicarakan mengenai sesuatu yang disebut “perang sipil.”

Para jenderal sudah berdiri di depan sebuah pesawat terbang, menunggu barisan kami untuk datang. Hasil analisa kami atas bahasa tubuh mereka menunjukkan bahwa mereka puas melihat kami.

Jika kami memiliki bibir seperti manusia, kami mungkin akan tersenyum bahagia melihatnya. Karena pada saat itu, kami menyadari suatu fakta yang tidak dapat dibantah oleh siapa pun.

Kami sempurna. Tanpa cacat.

Dan dengan misi yang baru, kami menemukan kembali tujuan hidup kami.

Juga dipublikasikan di keytapsandcoffeebreaks.wordpress.com pada 26 Oktober 2017.

--

--

Christina Natasha

Master doodler. Avid reader. Storywriter. Visit http://kurisunatasha-at.work/keytapsandcoffeebreaks to read more; I only publish standalone short stories here.