Hstnta
5 min readOct 17, 2022

Aaah!~

Suara itu berasal dari dua insan terbasuh peluh dibawah kain selimut tipis yang menutupi kegiatan panas mereka. Terlihat si pihak atas sudah mencapai pelepasan dan terjatuh di atas ranjang dengan nafas yang masih mengebu-ngebu.

“Kamu hebat, sayang. Telfon aku jika kau sedang bosan lain kali.” Ujarnya sambil mengecup pasangan ranjangnya di kening sebelum ia terlelap ke alam mimpi. Si pria yang lebih kecil mendesah kecewa dan bangkit dari ranjangnya untuk kembali mengenakan bajunya. Raut wajahnya terlihat sangat tidak puas karena untuk kesekian kalinya dengan partner semalam ia tidak merasakan nikmatnya pelepasan ketika bercinta.

“Tck, baru hitungan menit sudah keluar. Bagaimana denganku?” Keluhnya sambil mengambil barang dan melangkahkan kedua kakinya keluar membawa barangnya, meninggalkan partner semalamnya di kamar hotel yang mereka sewa.

Lee Jihoon, lelaki rantau yang sangat menyukai petualangan dan kucing yang saat ini bekerja di sebuah klinik kesehatan dari pagi hingga petang. Meskipun tubuhnya sedikit lebih kecil dan perawakannya imut, ia menyimpan beberapa set otot untuk melindungi dirinya sendiri. Hal itu membuatnya berani untuk menghabiskan rasa penatnya di atas ranjang bersama orang asing yang ia temui di bar, dengan pengaman tentunya. Sayangnya beberapa malam yang ia habiskan bersama partner semalamnya selalu mengecewakan, selalu saja meninggalkannya diambang pelepasan. Hanya saja Jihoon terlalu baik, ia lebih memilih untuk berpura-pura sudah mencapai puncak sebelum pergi kala mereka sudah terlelap. Malam ini pun terulang kembali sehingga ia memilih untuk pulang ke apartementnya dan tidur setelah mandi.

Paginya ia dibangunkan oleh alarm yang memekikan telinganya. Dengan kasar, ia memukul tombol pada ponsel dan bersiap untuk berangkat ke klinik. Kegiatan di klinik berjalan sangat lambat, Jihoon mulai kewalahan memasang senyuman bisnisnya seharian kala menghadapi pasien-pasien yang datang untuk menebus obat. Ketika petang datang, ia langsung meninggalkan klinik dan membawa dirinya untuk duduk di kursi bar langganan sambil mencari pelepas penat.

“Kembali lagi?” Ejek sang bartender sambil tertawa dan meletakkan segelas minuman alkohol di hadapannya. Jihoon mendecakkan lidahnya lalu mulai meneguk gelas tersaji dihadapannya.

Ketika rembulan semakin tinggi, maniknya bertemu dengan seorang pria dengan rambut acak berbusana jaket kulit dan kaos, menampakkan kilas leher tanpa celanya. Pria itu menggunakan riasan pada matanya, namun alih-alih membuatnya feminim hal tersebut membuatnya terlihat seperti seorang pemangsa ulung. Sharp, fast, dangerous.

Ngghh..” Terdengar lenguhan dari si pihak submisif ketika pria diatasnya sibuk melukis tanda kepemilikan pada leher jenjangnya. Ia dapat mencium wangi parfum maskulin yang menggelitik hidungnya, merasakan tangan piawai yang berdansa diatas tubuhnya, dan menatap manik mata tajam yang terlihat menyala dibawah lampu redup kamar hotel.

Kini tubuhnya sudah membentang diatas kasur, sisa pakaiannya sudah berserakan di lantai tanpa peduli. Ia bisa merasakan banyak sentuhan lembut pada titik-titik sensitifnya yang membuatnya menginginkan lebih dan lebih. Lenguhan keras menggema ketika Jihoon merasakan putingnya disambut oleh rongga mulut yang hangat. Dikecup, dihisap, dipilin secara bergantian hingga membuat pucuk dadanya mencuat dan sedikit membengkak.

“Terus keluarkan suaramu, manis.” Layak bisikan Dewa Eros, Jihoon semakin tenggelam dalam surga duniawinya. Sebuah jeritan kembali menggema kala si dominan memasukan tiga jari berlumur saliva ke dalam lubang rektumnya. Dipompa keluar masuk, sesekali meregangkan dinding-dinding hangatnya sebagai pemanasan.

Segala perbuatan si dominan membuat kepalanya berputar, rasanya pening sekali namun ia teramat menyukainya. Ia merengek kala pria di atasnya mengeluarkan jari dari lubang rektumnya ketika puncaknya sudah diujung. Namun, rengekan itu tidak berlangsung lama karena sebuah benda tumpul besar menerobos masuk ke tubuhnya dan tanpa disadari ia mencapai pelepasan pertamanya. Si pihak atas terkekeh ketika melihat pria mungil dibawahnya meringis sambil berusaha menutupi ujung penisnya dengan tangan yang bergetar. Benar-benar menggemaskan, pikirnya.

“Berhenti menggoda ku. Bergerak saja cepat!” Titah yang lebih muda. Nampaknya ia sudah tidak sabar ingin mencicipi partner semalamnya kali ini. Baru masuk kepalanya saja sudah keluar sekali, bagaimana dengan miliknya?

“Baik lah, Yang Mulia~” Layaknya seorang pelayan yang penurut, lelaki berbibir plump itu langsung melebarkan kedua kaki Jihoon seraya menatap penyatuan mereka intens. Pipi Jihoon pun memerah padam ketika menyadari hal tersebut.

“Jangan diliat saja, berge- Aaaah hng!” Lagi-lagi ucapannya terpotong kala benda di dalam tubuhnya masuk dalam sekali hentak menumbuk titik nikmatnya. Dilingkarkan kedua paha berisi di pinggangnya, si partner mulai menggerakan pinggulnya maju mundur dengan cepat.

Baby.. you feel so tight, so fucking delicious.” Dipuji seperti itu membuat perut Jihoon berkelit, ia menginginkan lebih. Sebuah geraman terdengar dari belah bibir sang dominan ketika ia merasakan dinding Jihoon memijat dan menjepit miliknya di dalam.

Nggh daddyh.. lebih cepatt aahh!” Pandangan Jihoon mulai berkunang-kunang ketika lubangnya digempur habis-habisan, titik manisnya pun tidak pernah luput dari hujaman milik pria diatasnya. Tubuhnya melengkung membentuk jembatan, mengundang pria bermanik tajam itu untuk kembali menghisap pucuk dada miliknya.

M-mau keluar, Aahh daddy.. eungh Daddy!” Jihoon mencapai putihnya untuk yang kedua kali berkat dorongan stimulan pada dadanya yang masih di nikmati oleh pria di atasnya. Dikala pasca pelepasannya, Jihoon tidak menyadari ketika tubuhnya dibalik menungging di atas kasur, namun ia tersadar dan merintih kala lubangnya kembali dimasuki kembali.

Aaah.. t-tunggu dulu. Aku baru saja keluar- Mmphh!” Tiada kata ampun untuknya malam ini, tubuhnya kembali diguncangkan dengan gerakan cepat dari si dominan. Kedua tangannya sudah meremat seprei kasur hingga buku-buku jarinya memutih, saliva mengalir dari ujung bibirnya, bahkan air mata mulai membasahi pipinya tidak kuasa menahan rasa nikmat yang berkali lipat karena pelepasan terakhirnya.

Hentakan si dominan mulai tidak beraturan kala dirinya mulai mendekati puncaknya. Ia langsung melingkarkan satu lengannya di pinggang Woozi dan menariknya ke belakang hingga tubuh mereka menempel untuk menautkan kedua bibir mereka. Pada malam, Jihoon bisa merasakan lubangnya yang penuh dan hangat akan cairan sperma dari sang partner dan pelepasan ketiganya yang paling nikmat setelah kekecewaan berminggu-minggu.

“Kak, bangun!” Tegur salah satu rekan Jihoon ketika melihatnya sedang melamun menyandar di konter apotek.

“E-eh iya, kenapa??” Gagapnya. Sang rekan hanya bisa menghela nafasnya dan memberitahukan Jihoon shiftnya sudah habis. Mendengar hal tersebut, si pria manis langsung bergegas meninggalkan apotek dan keluar dari klinik bersama tasnya menuju mobil yang terparkir di seberang jalan.

“Maaf, mas. Tadi bengong dulu, hehehe” Ujarnya sambil memasang seatbelt di kursi penumpang depan kepada si sopir yang menatapnya dengan senyuman lembut.

“Gapapa, sayang. Pulang yuk? Mas tadi bilang sama si kembar kamu pulang cepet malam ini.” Balasnya sambil menyalakan mesin mobil. Manik mata tajamnya terlihat lebih hangat dan penuh puja. Setelah Jihoon sudah nyaman di kursinya barulah mobil itu melesat ke arah apartemen yang mereka tinggali bersama.