Berkenalan dengan si “Ugly Architecture” — I

Kritik Advokasi Mengenai Eksistensi Brutalism Architecture

Larasati Kartika
5 min readJul 23, 2021
Intiland Tower Surabaya . Image © Darren Soh, Archdaily.

Penulis :

Larasati Putri K, Adelia Tio

Venustas (keindahan), salah satu dari 3 unsur dasar yang harus dipenuhi dalam porsi yang tepat untuk membangun suatu karya arsitektur yang baik, begitulah yang kita tau dan sebagaimana diajarkan dalam pendidikan arsitektur. Namun adakah karya arsitektur yang tidak memiliki unsur ini? Adakah arsitektur yang jelek? Jika kita bertanya kepada Google (mesin pencarian online) jawabannya ya, ada, yaitu arsitektur brutalisme. Sebagian besar gambar, artikel, dan video yang ditampilkan oleh Google berisi bangunan-bangunan yang mengadopsi langgam arsitektur brutalisme. Lantas apa itu arsitektur brutalisme? dan jika langgam itu jelek, mengapa langgam tersebut ada dan dianut oleh para arsitek?

Definisi Arsitektur Brutalisme

Arsitektur brutalisme, nama yang terkesan menyeramkan untuk suatu langgam atau style dalam arsitektur. Istilah “brutalisme” sebenarnya tidak ada sama sekali kaitannya dengan brutalitas, istilah ini berasal dari bahasa Perancis “Béton brut” yang artinya beton mentah/ asli (raw concrete) dan pertama kali diasosiasikan dengan arsitektur oleh Le Corbusier dalam karyanya Cite Radieuse di Marseilles pada akhir tahun 1940. Langgam brutalisme ini berawal dari gerakan modernis pada awal abad ke-20, dan pada tahun 1970-an gerakan ini mulai redup sejalan dengan banyaknya kritik terhadap gaya brutalisme yang dianggap tidak ramah dan tidak manusiawi.

Brutalisme menjadi gerakan yang sangat populer sepanjang tahun 1960-an sebagai kritik terhadap pengekangan yang banyak dirasakan oleh seniman dan arsitek pada tahun 1950-an. Gerakan brutalisme menunjukan semangat postmodernisme dan seolah membuka jalan bagi dinamisme dan kepercayaan diri para desainer. Langgam brutalisme banyak diterapkan pada bangunan pemerintahan, universitas, car park, tempat rekreasi, pusat perbelanjaan dan bangunan-bangunan tinggi lainnya. Pada perkembangannya brutalisme menjadi identik dengan perumahan sosial yang progresif dan menjadi solusi andalan bagi para arsitek dan perancang kota untuk perumahan modern yang disebut dengan modern “street in the sky”, balkon lebar dan selasar yang menghubungkan unit, memungkinkan penghuninya untuk berjalan, bermain, atau bahkan bersepeda di sepanjang bangunan. Mengangkat utopia sosial yang dipengaruhi oleh arsitektur konstruktivis, gerakan ini semakin meluas di negara-negara sosialis dan komunis Eropa seperti Uni Soviet, Bulgaria, Yugoslavia, dan Cekoslovakia.

Girl on a Street in the Sky, Robin Hood Gardens, 1972Photograph © Sandra Lousada , anothermag.

Karakteristik Arsitektur Brutalisme

Brutalism Architecture memiliki ciri khas yang membuat bangunannya mudah dikenali. Salah satu ciri yang paling dominan adalah dari material bangunan yang sengaja dibiarkan apa adanya. Selain itu dapat ditemukan beberapa karakteristik dari arsitektur brutalisme yang membuatnya berbeda dari yang lain yaitu :

  1. Bentuk bangunan yang tebal dan kuat serta disusun bertumpuk
  2. Menampilkan struktur beton bertulang
  3. Memiliki skala yang besar
  4. Banyak memiliki dinding kosong
  5. Material lainnya adalah batu bata
  6. Didominasi dengan elemen melengkung, diagonal atau miring secara vertikal maupun horizontal

Berikut beberapa contoh bangunan yang merupakan arsitektur brutalisme yang berlokasi di luar maupun di Indonesia,

Unité d’Habitation, Marseille by Le Corbusier

Cite Radieuse / Unité d’Habitation
Sumber :
www.divisare.com

Bangunan karya Le Corbusier yang dibangun pada tahun 1952 dan berlokasi di Perancis ini merupakan apartemen yang dibangun pada masa Perang Dunia II saat keadaan memaksa kebutuhan akan tempat tinggal untuk banyak orang. Le Corbusier menggunakan material beton sebagai material utamanya dikarenakan material ini murah pada zaman itu di Perancis.

Bentuk dari bangunan ini (material, fasade, struktur) menunjukan kondisi kehidupan bersyarat setelah perang — kasar, usang, tak kenal ampun pada masa itu. Bangunan ini mengusung social project yang merupakan salah satu perwujudan dari arsitektur brutalisme. Selain itu juga dapat dilihat dari bangunan adanya bentuk seperti tumpukan pada massa dan juga material beton yang diekspresikan. Kolom pada lantai dasar yang berukuran besar menciptakan kesan kokoh pada brutalist architecture.

Unité d’Habitation
Sumber :
www.dezeen.com

Intiland Tower Jakarta, Paul Rudolph

Intiland Tower Jakarta

Gedung kantor setinggi 23 lantai dengan gaya arsitektur tropis dan brutalist ini dirancang oleh Paul Rudolph dan dibangun pada tahun 1982. Paul Rudolph ingin menyesuaikan iklim tropis pada bangunan namun tetap fungsional. Brutalisme pada bangunan dapat dilihat pada kekokohan yang tampak pada kolom yang diekspresikan secara besar dan juga bentuk atap yang dibuat bertumpuk serta material beton yang apa adanya. Dengan desain yang kokoh ini maka Intiland Tower mudah dikenali dan menjadi ikon pada Jalan Sudirman Jakarta.

Geisel Library, William L. Pereira & Associates

Geisel Library. © Erik Jepsen , GQ.

Bangunan yang cocok untuk latar film fiksi ilmiah ini berstruktur 8 lantai, dengan 2 lantai submerged dan merupakan sebuah gedung perpustakaan di University of California, San Diego. Bukan dirancang oleh alien, namun William Pereira lah yang merancang bangunan fenomenal ini pada tahun 1970. Bentuk bangunan ini bukan sebagai ke-iseng-an Pereira, namun ia mendapatkan gubahan ini dari hasil analisis bentuk, sirkulasi, dan konfigurasi ruang yang ada pada belasan bangunan perpustakaan universitas yang ia teliti. Pereira berteori mengenai gubahan bentuk bangunan yang efektif dan cocok untuk bangunan perpustakaan dengan mengutamakan aspek cahaya alami, penempatan rak buku, dan kemungkinan untuk ekspansi ruang.

Referensi

Andrew Kroll. “AD Classics: Unité d’ Habitation / Le Corbusier” 05 Nov 2010. ArchDaily. Accessed 20 April 2021. <https://www.archdaily.com/85971/ad-classics-unite-d-habitation-le-corbusier > ISSN 0719–8884

Fearson, Ami. 2014. “Brutalist buildings: Unité d’Habitation, Marseille by Le Corbusier”, https://www.dezeen.com/2014/09/15/le-corbusier-unite-d-habitation-cite-radieuse-marseille-brutalist-architecture/. Diakses pada 20 April 2021.

Jain, Manish. 2012. “Brutalism”, https://pt.slideshare.net/fdjaipur/brutalism/2. Diakses pada 20 April 2021.

Ronniecoln. 2019. “Intiland Tower Jakarta (terbaru 22 Desember 2020)”, https://www.setiapgedung.web.id. Diakses pada 30 April 2021.

Langdon, David. 2017. “AD Classics: Robarts Library / Warner, Burns, Toan & Lunde”, https://www.archdaily.com/605338/ad-classics-robarts-library-warner-burns-toan-and-lunde?ad_medium=gallery. Diakses pada 30 April 2021.

Archeyes. 2020. “Spanish Cultural Heritage Institute / Fernando Higueras”, https://archeyes.com/spanish-cultural-heritage-headquarters-fernando-higueras/. Diakses pada 2 Mei 2021.

Lawcris, 2020. “Brutalism: The Rise & Fall”. https://www.lawcris.co.uk/brutalism-the-rise-fall . Diakses pada 20 April 2021.

Daniels, ANthony. 2012. “Atrocities Should Be Eliminated”. The New York Times. https://www.nytimes.com/roomfordebate/2012/04/08/are-some-buildings-too-ugly-to-survive/atrocities-should-be-eliminated

Leigh, Catesby, 2018. “A Plague on Cities, and the Poor” . The City Journal. https://www.city-journal.org/html/plague-cities-and-poor-15838.html

Arquitectos, Sordo Madaleno. 2008. “PALMAS 555”, https://www.sordomadaleno.com/sma/projects-sm/palmas-555. Diakses pada 2 Mei 2021.

Dib, Catalina. 2017. “10 Iconic Brutalist Buildings in Latin America”, https://www.archdaily.com/880919/10-iconic-brutalist-buildings-in-latin-america. Diakses pada 2 Mei 2021.

--

--