Lilylilacc
14 min readSep 23, 2022

180 —Meet Tae, part 1

Note(s) please listen 'Sweet Night' when you read this part♡

Taehyung tersenyum kecil, ia gugup, melangkah menghampiri Jeongguk yang tengah duduk di sofa ruang tamu, tempat favorit Taehyung untuk menghabiskan hari-harinya selama ini, selain dikamar tentu saja. Anting-anting ditelinga Taehyung tampak memantul seiring langkah kakinya berjalan pasti menuju Jeongguk yang hanya bisa terdiam, membeku, menatap Taehyung yang figurnya tampak sangat cantik, persis seperti bayangan Jeongguk selama ini.

Bahkan diatas ekspektasinya, Taehyung tampak luar biasa jika dilihat langsung, dilihat secara dekat.

“Hai Mas Gguk?” Sapanya dan Jeongguk agak terkejut ketika mendengar suaranya langsung. Ia kadang masih tidak menyangka kalau Taehyung memiliki suara yang berat, dalam dan sangat lembut, mendayu, merasuk kedalam telinganya. Bahkan saat mendengar suara Taehyung ketika dia mengirimkan potongan lagu pada Jeongguk, ia masih terperangah untuk beberapa saat, suaranya dalam.

“Mas Jeongguk?” Jeongguk tersadar, mengerjap dan memfokuskan pandangannya kembali pada Taehyung.

Taehyung tampak sangat menawan, berdiri menjulang dengan proporsi tubuh yang sempurna. Surainya berwarna abu-abu silver, seperti perak dan itu terlihat sangat cocok dengannya. Dia mengubah tatanan dan warna surainya. Jeongguk menyukainya tapi itu tampak sedikit lebih pendek atau memang sudah lebih pendek karena Taehyung mungkin merapikannya, anak itu kadang mengeluh saat poni didahinya masuk menusuk matanya.

Taehyung selalu tampak menawan di matanya, lebih dari cukup. Baju berwarna putih seperti bahan sutera dengan manik-manik yang menempel, melekat melingkari leher dan itu membujur sampai kebawah, menjuntai indah, melekat dengan anggun, sangat pas dibadannya. Celana dengan warna senada dengan manik-manik serupa dimasing-masing kiri dan kanan celananya. Lehernya juga dilingkari sebuah kalung rantai perak dengan tulang selangka yang menonjol.

Jeongguk menahan napasnya, tidak bisa mengedipkan mata, ini pertemuan pertama mereka dan Jeongguk kehilangan suaranya begitu saja.

‘Damn, he is so pretty.’

(Taehyung looks like this, his outfit and hairstyle)

Taehyung tersenyum seraya melangkah untuk duduk disamping Jeongguk. Matanya memperhatikan Jeongguk dengan wajah lugunya, memantri matanya pada mata Jeongguk, memaku pandangannya. Ia memperhatikan Jeongguk terang-terangan dengan bola mata membesar dan bibir yang terbuka. Perlahan tangannya menyentuh alis sebelah kanan Jeongguk, tampak tertarik pada piercingnya disana. “Apa ini tidak sakit?” Gumamnya kecil dan Jeongguk refleks menggeleng, jantungnya berdebar kencang begitu saja.

Taehyung sangat tampan seperti malaikat karena pakaiannya yang begitu cocok saat ini, Jeongguk tidak berbohong. Taehyung itu wangi, berbau manis seperti vanilla dan juga.. sedikit seperti bau pop corn saat berada di bioskop? Jeongguk bernapas dalam-dalam, ia bahkan tidak ingin berkedip, takut Taehyung menghilang begitu saja dari pandangannya.

Tangan Jeongguk terangkat, menyentuh tangan Taehyung dan hatinya berdesir seketika. Tangan Taehyung cantik, jemarinya panjang dan lentik, kukunya bersih, rapi dan terawat. Jeongguk tidak bisa berhenti mengagumi sosok didepannya. Semuanya sangat cantik, Jeongguk seperti melihat karya seni karena dalam beberapa saat, Jeongguk tidak mengira Taehyung ini nyata, duduk didepannya dan tangannya menggenggam tangan Taehyung.

Taehyung sangat Indah untuk dikatakan untuk seorang manusia.

“Ini Tae?” Jeongguk mengumpat dalam hati, karena dari sekian banyak pemikiran-pemikiran dikepalanya, kenapa malah pertanyaan sialan itu yang keluar? Ia merutuk dalam hati.

Taehyung tertawa, tampak sangat Indah dan Jeongguk tidak bisa berhenti mengaguminya. Gigi-giginya rapi, bibirnya membentuk seringaian kotak dan matanya berubah menyipit seperti bulan sabit karena tertawa.

“Ini Tae lah.” Jawaban sama, persis seperti Jeongguk bertanya sewaktu mereka berhubungan lewat pesan. Namun kali ini, Jeongguk mendengar suaranya langsung, suara Taehyung menyebutkan kalau yang sedang berada dihadapan Jeongguk adalah dirinya.

Jeongguk berdehem, tertawa kecil, menertawakan dirinya untuk pertanyaan yang diajukannya tadi. “Tentu saja ini Tae.” Balasnya kemudian dengan senyuman terbaiknya.

“Mas Gguk terima kasih sudah mengajak Tae.” Jeongguk menggeleng sebagai balasannya. “Bahkan kita belum melakukan apapun, belum mengajak Taehyung bermain dan bersenang-senang.”

“Mas Gguk menepati janji. Tae senang karena dari sekian banyak janji yang Tae terima, banyak yang mengingkarinya.” Nada suaranya biasa saja tapi Jeongguk bisa merasakan rasa kekecewaan Taehyung didalamnya. Ia tersenyum, mengelus puncak kepala Taehyung dengan sayang.

“Tentu saja harus ditepati. Tae membawanya terus didalam saku kan?” Jeongguk menyeringai, menggoda Taehyung. Taehyung terkekeh, mengangguk dan menurunkan tangan Jeongguk dari kepalanya. “Kalau begitu, ini Tae kembalikan.” Tangannya mengusap telapak tangan Jeongguk, menepuknya dengan hangat. “Terima kasih banyak karena benar-benar menepatinya.”

“Kita berangkat? Kak Yoon sudah memberi pesan tadi.”

“Pesan apa?” tanya Jeongguk mengerutkan dahinya.

“Yah, kak Yoon tidak bisa bertemu mas gguk sekarang, tapi nanti saat kita pulang, mas gguk akan bertemu dengannya.” Balas Taehyung sumringah. “Nanti Tae kenalkan secara langsung ya?”

Jeongguk meringis, ia sudah mengenal Yoongi tentu saja, namun kepalanya tetap mengangguk dengan senyuman kecil. “Oke.”

*

“Mas Gguk.”

“Iya? Tae butuh sesuatu? Ada yang ketinggalan?” Jeongguk memberhentikan langkahnya sejenak. Melirik Taehyung yang tengah menatapnya, anting ditelinganya beriak, memantul kecil. Jeongguk menyukainya.

“Kita akan kemana?” tanya Taehyung.

“Tae ingin kemana?” Jeongguk balas bertanya dan Taehyung tampak merenung, berpikir sejenak kemudian menatap Jeongguk lagi. “Mas Gguk bilang ingin membawa Tae bertemu teman-teman mas Gguk kan? Mengajak Tae berkeliling?”

“Tae ingin melakukannya?”

“Tentu, kenapa harus tidak? Itu terdengar menyenangkan, Tae tidak bisa berhenti memikirkannya, tahu?” Jeongguk tergelak, Taehyung benar-benar mengeluarkan apapun yang ada dipikirannya, tidak berusaha menyembunyikannya. Anak ini begitu polos dan lugu pikir Jeongguk.

“Mas Gguk juga, tidak sabar ingin bertemu. Ingin melihat Tae.” Taehyung tersenyum senang mendengarnya. “Tapi itu tidak masalah, sekarang Tae disini, kita bersama.” Jeongguk tersenyum kecil diikuti Taehyung juga.

“Kalau begitu ayo berangkat.” Ajak Taehyung berdiri dan mengulurkan telapak tangannya pada Jeongguk. “Pegang tangan tae.” Lanjutnya dengan pipi yang merekah karena senyumannya.

Jeongguk mengangguk, turut tersenyum diikuti tawa kecilnya. Ia membalik telapak tangan mereka dan manautkan jemarinya, saling mengisi celah-celah jari diantara keduanya. Hatinya berdesir dan dadanya terasa hangat, Jeongguk melirik pada tautan tangan mereka yang hampir tenggelam karena lengan baju Taehyung yang panjang dan lumayan besar. Ia terkekeh dan menarik tangan Taehyung lembut.

“Ayo.” Bisiknya lembut dan membimbing Taehyung memasuki mobil dan menutup pintunya. Ia berlari kecil memutari mobil dan masuk, duduk dikursi pengemudi. Jeongguk menatap Taehyung sejenak. “Pakai sabuknya, bear.” Katanya lembut.

Taehyung meringis dan meraih sabuk pengaman, terdengar bunyi ‘klik’ dan dia menoleh pada Jeongguk, menampilkan cengirannya. “Sudah mas gguk. Ayo berangkat, ajak Tae berkeliling kota.” Jeongguk terkekeh, menepuk puncak kepala Taehyung pelan dan mengusap rambutnya.

“Ayo bear.”

***

“Jadi mas gguk belajar disini?” Jeongguk mengamit tangan Taehyung, mengisi celah-celah dijemari mereka seperti tadi, ia mengangguk dengan senyum lebar. “Iya, Tae ingin berkenalan dengan teman mas gguk?”

“Teman mas gguk?” Tanya Taehyung menoleh pada Jeongguk dengan alis bertaut.

“Kalau tidak mau, kita sebentar saja disini. Temani mas gguk sebentar lalu kita pergi berkeliling kota, mau?” Dengan cepat Taehyung menggelengkan kepalanya, sampai anting-antingnya bergoyang kencang, bibirnya menekuk kebawah, cemberut, rambutnya mencuat karena goyangan kepala dan Jeongguk menggigit bibir bawahnya ketika melihat itu.

Menggemaskan.

Kata yang menggambarkan keadaan Taehyung saat ini. Kenapa dia harus bertingkah seperti ini? Jeongguk tidak tahu harus bagaimana jika nanti ia melihat Taehyung murung kembali setelah pertemuan mereka, ia tidak mau Taehyung kesepian lagi dan Jeongguk juga ingin hari-harinya dihiasi oleh pemandangan dan tingkah unik Taehyung disekitarnya. Seketika Jeongguk merasakan sesuatu yang membuat pikirannya terusik, ia mendesah merasaan perasaan itu menyebar didadanya.

Jeongguk tidak ingin hari ini, malam ini, cepat berlalu. Ia ingin memiliki malam yang panjang dan membuat sebuah memori yang indah bersama Taehyung dan juga untuk malam-malam selanjutnya. Ia akan melakukan apa saja agar Taehyung selalu tersenyum seperti sekarang, tampak indah dan begitu nyata dihadapannya.

“Mas gguk?” Jeongguk mengerjap pelan, membawa pikirannya kembali pada situasi sekarang, tampak Taehyung yang menatapnya dengan ekspresi bingung.

“Mas gguk are you okay?

Jeongguk memejamkan matanya mendengar suara Taehyung, astaga, dia benar-benar menggemaskan! Bahkan nada suaranya terdengar lucu sekali ditelinga Jeongguk.

“Maaf, tadi Tae bilang apa?” Kata Jeongguk dengan ringisan diwajahnya, merasa bersalah mengabaikan Taehyung karena pikiran-pikiran yang berkecamuk dikepalanya.

“Tae bilang kalau Tae mau bertemu teman mas gguk. Itu ada Jimin, Namjoon dan si tampan kan?”

Jeongguk mengerinyitkan alisnya, apa-apaan itu? Si tampan bagaimana? “Si tampan? Seokjin maksudnya?”

Taehyung membuka bibirnya seperti huruf O kemudian mengangguk kecil. “Oh namanya lengkapnya Seokjin? Tae lebih suka memanggil seperti nama akunnya, apa itu tidak apa-apa mas gguk?

Jeongguk menggeleng dengan senyum. “Tidak masalah, tidak perlu meminta maaf. Sekarang Tae Ikuti mas gguk ya?”

“Ikuti?”

Jeongguk terkekeh, “Bukan-bukan, Tae jalan disamping mas gguk ya? Temani mas gguk, okey bear?”

Taehyung bersemu dan mengangguk. Ia menyukai panggilan itu, menyukai suara Jeongguk ketika memanggilnya.

*

“Ramai sekali, semua orang terlihat sibuk.” Taehyung tidak berhenti menggumamkan ketakjubannya melihat tenant-tenant disekelilingnya. Ia berdecak kagum dengan mata berbinar, melihat lalu lalang mahasiswa difakultas Jeongguk yang tengah melakukan bazar sebagai acara inti mereka sebelum acara penutupan yang akan diadakan awal bulan depan, sebuah pertunjukan musik kecil yang diisi oleh beberapa klub musik.

Jeongguk tertawa, sulit sekali menahan tawanya ketika bersama Taehyung. Bibirnya akan selalu berkedut untuk tersenyum dan tertawa karena melihat antusiasnya Taehyung. “Tae senang?”

Taehyung mengangguk. “Mas gguk..” Panggilnya dengan pelan dan Jeongguk mengangguk, mengiyakan. “Yes bear?” Sahutnya dengan lembut, penuh perhatian menatap Taehyung.

“Bolehkah Tae melihat itu?” Jeongguk melirik, mengalihkan pandangan pada tenant yang ditunjuk Taehyung. Kemudian dia mengangguk, mengenggam tangan Taehyung lebih erat, membawahnya untuk lebih dekat sehingga bahunya bersentuhan. “Boleh, apa saja boleh. Tae suka melihat lukisan?”

Taehyung mengangguk antusias, “Suka, kadang Tae bosan dan tidak tahu harus melakukan apalagi. Jadi kak Yoon membelikan alat-alat perangkat untuk Tae melukis.”

“Tae bisa melukis?” Tanya Jeongguk.

“Kalau dibilang bisa sih tidak juga, tapi Tae senang ketika melukis sesuatu. Perasaan Tae menjadi tenang.” Jeongguk mengangguk, ia membimbing Taehyung untuk masuk ke tenant yang penuh lukisan itu, tidak terlalu banyak sebetulnya, hanya beberapa lukisan besar yang terpajang diikuti lukisan kecil lainnya dan juga beberapa keychain yang berada didalam mangkuk kaca yang berada diatas meja.

“Oi gguk.” Jeongguk menoleh mendengar namanya dipanggil. “Bawa siapa nih? Bening banget.”

Jeongguk merotasikan bola matanya, menatap Taehyung yang sudah melangkah duluan ke dalam dan Jeongguk menunggunya diluar, membiarkan Taehyung tenggelam dalam dunia lukisan disana.

“Ada lah, lo ngga usah kepo.” Balas Jeongguk kalem, matanya mengawasi Taehyung lagi.

Taken juga lo haha.” Jeongguk tersenyum kecil, tidak membalas apapun. Ia kemudian berjalan masuk saat melihat Taehyung celingukan, mencarinya.

“Hei.. kenapa?” Sapa Jeongguk lembut.

“Mas gguk! Tae ingin ini.” Kata Taehyung, nadanya terdengar merengek, menunjuk lukisan didepannya.

Itu lukisan pemandangan langit malam yang penuh dengan bintang. Gelap namun entah kenapa ketika melihatnya itu terasa menenangkan.

“Hm?” Gumam Jeongguk kemudian. “Tae ingin lukisan ini?”

Taehyung mengangguk, menatap Jeongguk dengan mata sarat akan harapan. “Bolehkah Tae memilikinya?” Pintanya menarik lengan baju Jeongguk kecil, bahkan itu tidak terasa sama sekali.

Jeongguk menatap lukisan itu lagi, tidak ada yang special menurut pandangannya. “Mas gguk..” cicitnya memanggil Jeongguk lagi.

“Apakah boleh Tae memilikinya? Tae ingin memajangnya dikamar Tae.”

“Boleh, tentu saja boleh.” Balas Jeongguk dan terkekeh melihat respon bahagia Taehyung.

“Tae ingin ini.. Tapi, bagaimana caranya?”

Seketika sebuah ide melintas dipikiran Jeongguk, ia bisa membawa kembali lukisan ini dan bisa bertemu Taehyung untuk mengantarkan lukisan ini kan? Jeongguk punya kesempatan lagi untuk bertemu Taehyung dan ia ingin menghadiahkan Taehyung sesuatu.

“Tidak usah dipikirkan, nanti mas gguk yang mengurusnya dan mengantarkannya pada Tae.”

“Benarkah?”

“Tentu.”

“Mas gguk berjanji?”

“Iya, kenapa tidak?”

“Tae tunggu kalau begitu. Terima kasih mas ggukie.”

*

“Ini pasti Taehyung, benar?” Taehyung mengangguk malu-malu dan bergerak pelan, bersembunyi pada lengan Jeongguk, mengamitnya dengan jemarinya yang lentik. “Siapa mas gguk?” Bisiknya pelan dan Jeongguk tertawa mendengarnya.

“Ini Jimin. Tae ingat?” Balas Jeongguk ikutan berbisik dan Taehyung membuka bibirnya seketika, “Jimin? Yang itukah?”

Jimin melihatnya tertawa senang dan berjalan mendekat kearah Taehyung yang masih bersembunyi dibalik lengan Jeongguk. Menatap Taehyung mengulurkan tangannya. “Tae ingat Jimin kan?” Kata Jimin dengan senyum merekah, matanya menyipit seperti bulan sabit. Dia cantik dan tampak lembut pikir Taehyung bersenandung senang.

Oleh karenanya, Taehyung meraih tangan Jimin dan mereka bersalaman. Jimin menarik Taehyung mendekat dan memeluk Taehyung sekilas, menepuk pundaknya karena dimatanya Taehyung tampak menggemaskan dengan wajah malu-malunya yang bersemu seperti buah persik.

“Taehyung sangat cantik.” Gumam Jimin seraya menaik turunkan alisnya, tatapannya mengarah pada Jeongguk, menggodanya. “Mas gguk sangat beruntung, eh?” Katanya lagi.

“Terima kasih. Tae senang bertemu Jimin, Jimin juga sangat cantik.” Balas Taehyung.

“Eyy tidak! Jimin ini tampan, tahu?” Jeongguk seketika merotasikan bola matanya, malas mendengarnya. Terlebih-lebih sekarang Jimin menyugar rambutnya kebelakang dengan jemarinya dan menatap Taehyung setelahnya, mengedipkan matanya dengan senyum main-main dibibirnya yang tebal.

“Iya, tampan, sama seperti mas gguk. Tapi Jimin itu juga cantik.” Ucapan spontan Taehyung membuat Jeongguk tersentak, kemudian secercah perasaan hangat menyebar ditubuhnya, menggelitik perutnya dan Jeongguk tidak pernah merasa sepuas ini dalam hidupnya. Ia menatap Jimin dengan congkak dan menusuk pipi dalamnya dengan lidah. “Lo denger kan?”

Jimin memutar matanya dan berdecih, sebal sekali melihat Jeongguk. “Maafkan Tae, apakah Jimin marah?”

“Eh? Tidak, tentu saja mas gguk tampan. Jimin juga setuju.” Balas Jimin, suaranya terdengar ogah-ogahan, lucu sekali ketika mereka merendahkan suara ketika berbicara dengan Taehyung. Bersikap lembut dan aura ingin saling memaki atau ribut seperti biasanya menguap begitu saja. Kadang kala ada masanya Jimin mengobrol dengan Jeongguk saat suasana tenang, itu percakapan serius mereka, sudah lama sekali. Mereka lebih senang bercanda dan saling melempari kalimat penuh ejekan dan terkadang terselip godaan juga, itu juga berlaku bagi Seokjin dan Namjoon.

“Jimin kalau Tae perhatikan juga tampan. Tidak usah melihat pada mas gguk, Tae mengatakan itu karena Tae menyukainya.

Jimin cantik dengan cara Jimin sendiri.” Jimin dan Jeongguk tersedak mendengarnya. Bukan karena pujian yang dilayangkan Taehyung untuk Jimin, tapi pengakuan Taehyung barusan… itu sesuatu yang membuat keduanya saling pandang dan Jeongguk bersemu saat alis Jimin naik sebelah menatapnya. Tatapan matanya selalu membuat Jeongguk sebal entah kenapa, Jimin itu menyebalkan karena suka sekali menggodanya.

“Tae?” Jimin menggumam dengan nada serak, berdehem kembali untuk menemukan suaranya. “Tae suka mas gguk?” Tanya Jimin dengan nada heran, dalam hatinya ia bertanya-tanya, Taehyung ini mengerti tentang apa yang ia ucapkan bukan? Rasa suka itu luas tentu saja Jimin mengetahuinya, tapi apakah Taehyung merasakan itu dalam hal yang romantis? Memikirkannya saja membuat Jimin bergidik seketika, anak ini terlalu polos, terlalu lugu untuk sebuah hubungan romantis yang pernah dialaminya beberapa bulan belakang. Itu juga hanya hubungan main-main karena Jimin tidak terlalu suka terikat dengan hubungan seperti itu, ia berjiwa bebas. Sama halnya seperti Jeongguk.

Taehyung menatapnya tidak paham, kemudian menatap Jeongguk yang terdiam, menunggu jawabannya. “Mas gguk?” Panggilnya.

Jeongguk berdehem dan mengangguk. “Ya Tae?” Balasnya serak.

“Tae sudah memberitahunya kan? Tae suka mas gguk, itu salah kah?” Jimin cepat-cepat menggelengkan kepalanya dan merangkul Taehyung. “Tidak! Tentu saja tidak salah.” Balasnya agak panik.

“Tae juga suka Jimin kok.” Lanjut Taehyung menggumam. “Tae juga suka kak Hobi, Tae juga suka Bibi, Paman juga.”

Jimin merasakan bibirnya berkedut, ia mengatupkan bibirnya, mengulumnya kedalam dan melirik Jeongguk perlahan. Seketika tawanya pecah melihat ekspresi Jeongguk dan bertambah keras sampai ia hampir jatuh. Taehyung menahannya dan menatap Jimin dengan khawatir. “Jimin apa ada masalah?”

Jeongguk mendengus, tidak tahu harus bereaksi bagaimana lagi. Ia bingung dan tidak mengerti apa yang dipikirkan Taehyung untuknya. Kemarin Taehyung bilang kalau ia menyukainya, sama juga seperti Jeongguk, kadang juga berubah saat Jeongguk menemaninya, mengobrol tentang sesuatu yang disukainya, Taehyung akan mengatakan kalau ia menyayangi Jeongguk, lantas apa yang aneh? Perasaan anak itu berubah-rubah sesuai kondisinya? Begitukah?

“Terima kasih, Jimin baik-baik saja.” Balas Jimin dengan wajah memerah, menahan tawanya lagi. Ini sungguh lucu, pikirnya.

“Tae ayo pergi.” Kata Jeongguk mengulurkan tangannya dan Taehyung menatapnya dengan cemberut. “Tidak bisakah kita tinggal lebih lama mas gguk? Mana teman mas gguk yang lain?”

Jeongguk menghela napas, menghampiri Taehyung dan mengamit tangannya. Membawa Taehyung kepelukannya dengan posesif, tidak rela ia bersama Jimin sedari tadi. “Tidak ingin berkeliling kota, hm?”

Mata Taehyung berbinar seketika dan mengangguk. “Tae lupa. Ayo kita pergi!” Senandungnya. Kemudian ia menatap Jimin lagi dengan pandangan sendu. “Yahh, Tae sedih tidak bisa bermain dengan Jimin lebih lama.” Ungkapnya tidak bisa menyembunyikan kekecewaannya.

Jimin menggeleng dan tersenyum manis. “Nanti Jimin akan bermain lagi bersama Tae, jangan sedih ya?” Hiburnya dan menepuk lengan Taehyung kecil. “Jimin berjanji.”

“Benarkah?” Kata Taehyung agak senang, ia benci sekali perpisahan dan pertemuan singkat yang sangat menyenangkan ini berakhir begitu cepat.

Jimin mengangguk. “Tentu. Sekarang Tae harus bersenang-senang dengan mas gguk ya? Janji?” Jimin menawarkan jari kelingkingnya dihadapan Taehyung dan Taehyung mengamitkan jari kelingkingnya juga pada Jimin.

Tae berjanji. Selama ada mas gguk, Tae pasti bahagia.”

Jimin memeluknya singkat dan berbisik. “Tae sehat terus ya? Tae juga harus bahagia selalu ya. Mas gguk pasti mengajak Tae ke tempat yang bagus, berbahagialah hari ini ya? Tae harus selalu kuat okay? Jimin akan merindukan Tae.”

Taehyung cemberut dengan pandangan redup saat Jimin melepaskan pelukannya. “Hubungi Tae ya nanti? Kirimkan Tae foto juga. Jimin mau berjanji?” Katanya penuh harap.

Jimin mengangguk. “Pasti. Sampai jumpa ya Tae?”

Taehyung berlalu, memeluk Jeongguk tanpa ia sadari dan berjalan, memutar tubuhnya. “Sampai jumpa kembali Jimin. Tae berharap kita akan berjumpa kembali.” Gumamnya dengan lirih dan Jeongguk mengerti. Ia membawa Taehyung mendekat, mengamit pundaknya dengan sedikit remasan lembut.

“Hei.” Katanya berbisik.

“Bear.” Taehyung menoleh dan Jeongguk tersenyum cerah padanya. Jemarinya menepuk pipi Taehyung dengan lembut dengan ibu jari mengelusnya. Sentuhan itu membuat Taehyung meleleh dan memeluk Jeongguk begitu saja. “Tae sedih sekali.” Adunya dengan sedih dan Jeongguk menghembuskan napas dengan berat. Sesak menyebar didadanya seketika.

Bagaimana nanti saat ia mengantarkan Taehyung kerumahnya?

Apakah reaksinya sama seperti ini?

Atau justru lebih parah?

Jeongguk benci melihatnya sedih dan menjadi muram seperti ini, bahkan tadi hanya bertemu Jimin. Belum lagi nanti jika bertemu Seokjin dan Namjoon, apakah Jeongguk bisa melihat Taehyung yang tampak rapuh dan kecil dipelukannya layaknya sekarang? Ia ingin membawa Taehyung terus bersamanya. Permintaan yang tidak sulit tapi kenapa untuk mewujudkannya terasa sesulit ini?

“Mas gguk, jangan meninggalkan Tae ya? Tolong jangan lupakan Tae.” Jeongguk tersadar dari lamunannya dan menunduk, mengecup puncak kepala Taehyung sayang. “Tidak akan.” Balasnya mantap dan tenang.

“Jangan memikirkan hal-hal yang membuat Tae sedih ya? Sekarang pikirkan hal-hal yang membuat Tae senang, kita akan pergi berkeliling kota dan mas gguk bersama Tae. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan, okay, baby bear?” Jeongguk menunduk dan Taehyung mendongak keatas sedikit, karena Jeongguk memang lebih tinggi darinya.

“Tae bukan bayi.” Protesnya.

“Benarkah?” Jeongguk menggodanya, menyampirkan rambut Taehyung didahinya, bibirnya berkedut menahan senyum. Taehyung tampak indah sekali didalam pelukannya saat ini.

“Tae sudah besar mas gguk, jangan begitu.” Rengeknya. “Bayi beruangnya mas gguk, hm?”

“Bahkan Tae hampir setinggi mas gguk, tahu?” Katanya dengan pipi bersemu dan Jeongguk tidak tahan untuk tidak menyentuhnya. “Lucu sekali.” Kata Jeongguk.

“Taehyung yang paling lucu didunia.” Gumamnya terkekeh dan bertambah kencang saat Taehyung mengubur wajahnya pada dada Jeongguk. Ia merengek, menggeleng-gelengkan kepalanya. “Ayo pergi, jangan menggoda Tae mas gguk.”

“Baiklah, ayo pergi.” Jeongguk tertawa pelan.

“Mas gguk.”

“Hm?”

“Bolehkah…?”

“Ya?” Jeongguk menatap Taehyung dengan alis bertaut.

Taehyung menggigit bibirnya dan tangan kirinya menyingsing baju dilengan kananya. Ia melihat jemari mereka bertautan, Taehyung bersemu lagi kemudian menatap Jeongguk yang menjulang tinggi disebelahnya. “Bolehkah Tae menganggap ini kencan?” Bisiknya dengan wajah memerah, menatap Jeongguk sekilas.

Jeongguk terbatuk dan merasakan panas menjalar diwajahnya. Ia tergelak kecil kemudian mengangguk. “Tentu, kita sedang pergi berkencan, Tae suka itu?”

Taehyung mengangguk malu-malu, antingnya bergoyang seiring dengan rambut abu-abu yang bagi Jeongguk terlihat seperti perak karena cahaya malam dari bulan yang memantul menerangi jalan menuju mobil, tempat Jeongguk memarkirkannya. “Tae sangat menyukai mas gguk, melebihi kak Hobi ataupun Bibi dan Paman.” Bisiknya.

Jeongguk merasakan hatinya menggembung, sesak, penuh oleh euphoria yang menyenangkan. “Lalu, bagaimana dengan Jimin?”

“Tae tentu saja lebih suka mas gguk, itu berbeda.” Katanya kemudian setelah terdiam beberapa saat.

“Berbeda?” Tanya Jeongguk.

Taehyung mengangguk. “Tae mengerti ini agak aneh tapi Tae merasa.. Tae lebih menyayangi mas gguk?”

Jeongguk menatapnya tidak percaya, berarti Taehyung juga menyukainya seperti apa yang Jeongguk rasakan? Benarkah? Taehyung memahami perasaan Jeongguk untuknya dan juga perasaannya pada Jeongguk, kan?

“Tapi ini terlalu cepat untuk mengartikan apa yang Tae rasakan. Tae ingin merasakannya berulang-ulang sampai Tae bisa memahami apa yang Tae rasakan. Tae ingin terus seperti ini. Berjalan bersama mas gguk seperti ini. Memegang tangan mas gguk. Tae senang ketika dipeluk mas gguk, Tae senang ketika mas gguk menatap Tae, Tae suka ketika melihat mas gguk tertawa karena Tae.

Tae ingin lebih sering melihat mas gguk, bisakah seperti itu mas gguk?” Pintanya.

“Tae tidak ingin kehilangan mas gguk.” Lanjut Taehyung sendu. “Tae tidak ingin ditinggalkan kembali. Bisakah mas gguk?” Taehyung menatapnya dengan harapan terpancar jelas diwajahnya.

“Kenapa mas gguk diam saja?

Permintaan Tae terlalu berat ya?

Maafkan Tae.”

Jeongguk menghela napas dan berujar sambil menatap mata Taehyung, menangkup pipinya lembut. “Tae.” Panggilnya lembut.

“Mas gguk juga ingin seperti itu. Mas gguk ingin berjalan bersama Tae, membawa Tae dan mengajari Tae banyak hal. Mas gguk ingin selalu melihat Tae, mewujudkan apapun yang Tae inginkan, mas gguk akan mengusahakannya. Jangan khawatir tentang sesuatu buruk yang akan terjadi karena itu tidak akan pernah terjadi. Mas gguk tidak akan meninggalkan Tae, berjanjilah kalau Tae akan selalu mengingat ini.” Kata Jeongguk berbisik.

“Tae mau.. berjanji.”

“Mas gguk disini, right here beside you. I’m still walking wherever you go. I promise I’ll never leave you, love. Only you can take my heart. I wanna stay with you.” Bisiknya dengan nada yang sarat akan ketenangan. Membungkuk dan mencium kening Taehyung lambat.

Taehyung mendongak, ikutan berbisik. “Bolehkah Tae mengatakannya?”

“Hm?”

“Untuk pesan mas gguk yang belum sempat Tae balas.”

“Hm? Yang mana?”

“Tae juga sayang mas gguk. tetap disini terus bersama Tae ya?”

***