i want to breathe you in like your vapor.

rae
4 min readOct 13, 2023

--

i want to be the one you remember, i want to feel your love like the weather.

https://open.spotify.com/track/7EYVg6Re3JLrTprnEp4J4F?si=35e762a82e4f45fe

“Wow. Is it hot here or is it just you?

Dia muncul dengan gombalan recehnya, menghampiri gue sambil menggulung lengan kemejanya. Oh, shit. Please don’t do that, don’t do that! Tapi yang paling rupawan tidak peduli, ia menyampirkan jas abu-abunya di bahu, menggulung lengan kemeja kirinya, mengambil lighter di saku belakang celana, kemudian menyulut rokoknya. Sebuah ritual yang tahapannya sudah gue hapal di luar kepala. Iya, sesering itu kita pernah menghabiskan waktu bersama hingga gue bisa dengan mudah mengingat semuanya.

Lagi dan untuk kesekian kali, gue berusaha menahan batuk dari asap yang menguar dari bibir berbentuk sabit itu. Memecah keheningan, gue memulai percakapan dengan pertanyaan retoris, “Akhir-akhir ini sibuk ya, Mas?”

“Lumayan,” ia menghembuskan asap satu kali sebelum menjawab. “Lo udah gak pernah lihat gue di floor, ya?”

“Lo jadi lebih jarang ke rooftop sih, lebih tepatnya,”

Bright mengangguk-angguk. Ia memandang langit dengan pandangan sendu yang tidak bisa gue artikan, kemudian ia menghela napas berat sembari menoleh ke arah gue, “Win,”

“Ya?”

“Gue mau resign,”

“Gimana?”

“Mau resign.”

every day
you feel a little bit further away
and i don’t know what to say

Seakan mempertegas kalimatnya, Bright memutus kegiatan merokoknya, ia menjatuhkan puntung yang sudah tinggal seperempat itu ke tanah dan menginjaknya dengan ujung sepatu.

“Minggu depan, gue udah last day di kantor,”

Gue melongo. Gue harus apa dengan informasi ini?

Dikala gue masih diam karena masih berusaha mencerna perkataannya, Bright menatap gue selama beberapa detik, ia kemudian tersenyum dan menepuk bahu gue, “Jangan kangen gue ya, Win.”

?

Statement apa itu barusan? Jangan kangen gue? Jangan-kangen-gue? Yang bener aja? Punya moral dia ngomong kayak gitu? After everything we’ve been through? Or it’s all just about what I’ve been through?

“Gue duluan, ya. Gue mau ambil copy slip gaji,” Bright menepuk bahu gue lagi, — bahu yang pernah ia singgahi beberapa kali ketika kepalanya sedang penat, kini hanya ditepuk-tepuk seakan waktu yang pernah gue pinjamkan tidak ada artinya. — “Nanti farewell gue, dateng, ya.” kemudian ia melangkah pergi.

Udah? Gue cuma bisa menahan napas, memperhatikan punggung Bright yang hampir mendekati exit door, masuk kembali ke dalam gedung. Did I truly never stand a chance?

“Mas,”

Gue memberanikan diri memanggil dan Bright berhenti. Ia membalik badan, menoleh ke arah gue. Memiringkan kepala, seakan bertanya ‘apa?’ dalam hening. Air mukanya berubah menjadi tegun melihat gue yang berdiri dengan jemari yang gemetar atau bagaimanapun cara dia melihat gue, gue gak peduli. Yang jelas hari ini gue harus jujur. Gue harus tau apa isi kepalanya, tentang kita.

What’s this between us?

“Maksudnya?”

Maksudnya, tanyanya. Of course, he did not understand.

Do I really have to spell it out for you?

Masih dalam jarak sepuluh langkah, Bright menjawab “I’d just thought you need some company because you are new here,” ia berhenti sejenak, “I was just being nice to you. Nothing more, nothing less.

You know I have feelings for you,”

I told you not to get too close to me,

Telak.

Seharusnya gue sudah bisa menduga. Seharusnya dari awal memang gue sudah bisa memahami. Cuma gue yang terlalu tolol. Gue yang terlalu berharap.

I should’ve seen it coming,” gue akhirnya mengalah. Dari bahasa tubuhnya, Bright tidak ingin melanjutkan percakapan ini, ia seperti ingin segera beranjak pergi, “Best of luck on your next journey. Thanks for the advice on my project, I guess.

“Win,”

“Hm?”

You shouldn’t smoke, you know,” Bright menunjuk jemari gue, dimana sebatang rokok masih ada disana dalam keadaan belum terbakar.

I know you don't really care about me so, thank you for trying to pretend that you do,

I really mean it,” ucap Bright. “Let me be your last sacrifice, Win. Don’t drag others into the storm of your needs. This only hurts you in the end, this hurts you more than you know.” Bright kembali ke arah gue, ia mengambil sebatang rokok yang masih ada di tengah jemari, menginjaknya sampai hancur.

You deserve someone better than me. I’m a smoker, and you are not. I could lead you to death,”

“Iya,” gue menjawab.

You left me for the same reason you asked me to meet you. I suppose I can understand that.” Gue mengambil sesuatu di saku celana belakang gue, dua kotak rokok yang masih utuh. “If only you knew how badly I want to be with you, I’m still smoking, even though I shouldn’t.

Bright mengambil kotak rokok itu, ia kemudian berbisik, “If only you know I would refrain smoking for you, Win. I would spare them all if you asked me,” gue mematung sesaat dan Bright mengakhiri kalimatnya, “But you don’t,” ia mengantongi kotak rokok itu tadi dalam sakunya.

It was nice knowing you. You seem nice, but I’m just not ready to fall in love.

Kemudian Bright pergi. Aroma rokok bercampur dengan parfumnya masih menguar dengan kuat di udara. Gue batuk satu kali, dua kali, tiga kali, empat kali. Yang kelima mulai berdahak. Ketujuh mengeluarkan darah. Nomer delapan berubah jadi sesak. Hitungan kesembilan ada yang mengalir di pipi. Sepuluh adalah mungkin nilai yang gue sematkan untuk semua memori dan cerita yang pernah kita bagi berdua, kalo boleh nanya, lo mau kasih nilai berapa, Mas? Gue pun berharap lo kasih 10 ya, asal 1-nya gak lo buang aja, hahahahah.

are we wasting time
talking on a broken line?
telling you i haven’t seen your face in ages
i feel like we’re as close as strangers

©euphorrae

--

--