Ada dan tiada

a.
7 min readJun 24, 2023
https://pin.it/6WbYA03

yukimiya demam, sudah masuk seminggu sejak mereka tidak bisa pulang. kaiser dan aiku berusaha mencari bahan makanan seadanya tetapi mereka tak lepas dari pengejaran. aiku kembali dari mencari obat untuk yukimiya, kaiser melirik kaki aiku yang luka sewaktu mereka melarikan diri, kondisinya sangat buruk. “ku..”

aiku berjongkok disebelah yukimiya yang tengah berbaring, mereka kini berada disebuah gua kecil untuk sementara meneduh sebelum melanjutkan perjalanan menuju tempat yang dikirim oleh tabito menggunakan sandi.

"anaknya masih tidur, panasnya belum turun juga." ucap aiku setelah mengecek dahi yukimiya guna merasakan suhu tubuh lelaki itu.

"ku, kaki lo udah parah banget." tatap kaiser na'as. tak tega sekaligus melihat wajah aiku yang cukup pucat, lelaki itu pasti berusaha baik-baik saja. mungkin dia merasa punya tanggung jawab diantara mereka.

"gak papa." katanya setelah melihat kakinya sendiri yang hanya dibalut robekan kemeja kaiser, kakinya bengkak, berubah menjadi ungu dan ada benjolan dari lukanya. kain tipis yang menutupi lukanya terdapat bercak darah yang terus melebar karena tidak tertutup sempurna. kaiser tahu rasanya pasti sakit, tetapi aiku menolak untuk memikirkannya.

"shh.. ada orang" aiku menyuruh kaiser untuk diam. ia mendengar seseorang berjalan ke arah mereka. "ayo pergi." belum sempat aiku dan kaiser membawa tubuh yukimiya, lelaki itu lebih dulu bicara,

"tinggal aja.." ucap yukimiya yang tiba-tiba bangun. tangannya meraih lengan aiku, menyuruh dua temannya untuk pergi tanpa dirinya.

"lo jangan gila ki, mana mungkin kita ninggalin lo begini." umpat kaiser.

"ayo ki, bangun." tubuhnya diangkat oleh aiku tetapi yukimiya masih menolak untuk pergi. dia justru mendorong lengan aiku, menjauhi dirinya.

"tinggalin gue."

"gak, lo ikut sama kita, kita semua harus ketemu. bertujuh." paksa kaiser.

sebulir air mata turun dari sudut manik yukimiya, "kai.. gue gak bisa."

"apa apaan sih! gak bisa darimana—"

"ser.."

mata kaiser sontak mengarah pada aiku begitu lelaki itu memanggil namanya dengan nada bergetar yang nanar, manik aiku terkejut menatap ke dekat punggung yukimiya. kaiser menarik tubuh yukimiya sampai menyamping. dia tidak percaya dengan apa yang dia lihat.

"ku ini kenapa? aiku..!"

"uhuk!"

darah keluar dari bibir yukimiya, tubuhnya lemas. dia sudah tidak bisa lagi menggerakan tubuhnya.

"infeksi…" aiku menarik pundak yukimiya yang tengah menyamping, "lo kenapa gak bilang punggung lo luka?!"

"kita lagi dikejar!" teriakannya tertatih dengan bercak darah yang masih tertinggal pada mulut juga sekitar bibirnya. yukimiya batuk lagi.

"lo ikut kita."

"tinggalin gue."

"LO IKUT."

"SEBENTAR LAGI GUE MATI."

"ki.." air mata kaiser turun, dilihatnya lagi yukimiya yang terbatuk-batuk dan darah terus keluar dari mulutnya. tubuhnya meringsut jatuh ke tanah, tangannya mengepal—memukul pahanya dengan perasaan bersalah. mengapa jadi seperti ini?

"yuki, kita harus bawa lo. jadi," aiku berusaha mengangkat tubuh yukimiya, "ku.. uhuk.. u-dah.. ku" kakinya masih sakit, tetapi dia memaksa untuk menggendong yukimiya. "jadi, jangan mati dulu." usainya.

srekk

bunyi suara langkah kaki. yukimiya kini berada dipunggung aiku dalam keadaan terbatuk-batuk, aiku mengangkatnya walau kesusahan. kakinya gemetaran tapi dia masih sanggup, dia harus sanggup membawa teman-temannya.

"ser.."

kaiser melirik ke atasnya, sudah ada aiku yang membawa yukimiya dipunggungnya dan siap untuk melarikan diri. kaiser berdiri, menghapus air matanya.

"dasar cengeng" seru aiku meraih kepalanya, mengusaknya lalu tersenyum simpul.

kaiser melepas kemejanya yang sudah compang-camping, ia pakaikan ke tubuh yukimiya, mengikatnya tepat dipunggung yukimiya yang terkena infeksi. setelah itu mereka perlahan berjalan keluar.

"a-i-ku…"

aiku diam, begitu dia mendengar suara yukimiya ditelinganya berbisik.

"kita semua pasti pulang, termasuk lo, ki."

"ayo" lirik kaiser pada dua temannya dengan mata yang penuh keyakinan.

mereka berhasil keluar, berjalan cukup jauh namun karena gelap langkah aiku sedikit tergelincir dan membuat yukimiya hampir jatuh dari gendongannya. kaiser buru-buru membantu aiku. suara itu ternyata sedikit membuat kericuhan.

"HEI KALIAN!"

"ku, lari ku." tubuhnya didorong kaiser, dibantu berdiri lagi. langkahnya sedikit pincang karena tergelincir. "ayo cepetan, aiku."

"tinggalin gue" tangannya meremat kaus yang aiku pakai, ia lebih kedengaran seperti memohon.

"jangan banyak omong."

"ku, kaki lo udah parah… lo tinggalin gue aja aiku abis ini gue juga mati, gue udah mau mati—"

"jangan nyerah dulu!" gendongannya yang merosot dia benarkan, kaiser masih membantu aiku untuk berlari.

"BERHENTI ATAU GUE TEMBAK KALIAN."

"jangan dengerin ku, ayo lari aja."

malam itu hujan tengah lebat-lebatnya. tetapi mereka tidak bisa melihat dengan jelas, pegunungan dilanda hujan dalam seminggu setiap malam hari sedangkan di pagi hari sampai sore hari mereka harus bersembunyi, sore menjelang malam barulah mereka bergerak lagi untuk menuju tempat pertemuan.

Dor!

"lari, jangan takut, ini malam hari. mereka cuma mau kita lumpuh!"

sejujurnya kaiser sudah tidak percaya diri mereka akan selamat. lebih dari lima hari mereka dikepung begini dalam hutan dan tanpa makan juga minum, mereka sudah seperti orang tak terurus. akan tetapi, kalau untuk bicara saja, kaiser masih bisa melakukannya.

aiku juga kelihatan tidak ingin menyerahkan diri, terlebih melihat yukimiya yang terus batuk darah.

"JANGAN KABUR!"

Bugh

"aiku! yuki!"

tubuh aiku tersungkur begitu orang yang mengejar mereka melempar dahan pohon ke arah aiku, tentu saja yang kena yukimiya karena dia berada di belakang aiku.

"ki, yuki!"

tubuhnya digoyang-goyang, yukimiya tidak berhenti mengeluarkan darah dari bibirnya. aiku menyeret yukimiya ke dekat pohon, mendudukan lelaki itu di sana. pipinya ditepuk-tepuk agar sadar.

"bangun, bangun yukimiya!"

kaiser panik. tubuhnya gemetaran melihat punggung yukimiya kembali mengeluarkan darah, sepertinya infeksi yang sudah mengering itu terbuka lagi. kaus kaiser yang menutupi tubuh belakang yukimiya disingkap.

"aiku! aiku… aiku yuki… yuki.. punggung lo keluar darah banyak banget.. ki.." bibirnya menggigil, air matanya turun deras begitu melihat seberapa parah luka terbuka dipunggung yukimiya.

"gue, gamau mati.." kaus aiku diremat kuat-kuat. aiku menatap yukimiya dengan perasaan yang sangat sakit dan menusuk dadanya.

"gimana, ku… ayo angkat lagi, lo masih bisa kan bawa yukimiya? aiku kok lo diem aja sih!"

"gak bisa kai.." nadanya kedengaran tak berdaya.

kaiser menatapnya dengan mata membulat yang memerah, ia mengusap wajahnya karena air hujan terus mengguyur mereka.

"gak bisa gimana! bawa! ayo bawa," tubuh aiku ditarik-tarik. "ki, bangun, ayo kita pulang, YUKIMIYA!"

"DIMANA KALIAN!"

kaiser dan aiku spontan menoleh ke sekitar mereka. gelap, tidak terlihat apapun. hanya ada suara air hujan dan langkah kaki.

"tinggalin aja gue" suaranya kedengaran lirih.

"mana bisa sih ki—" kaiser sudah tidak tahu lagi, air matanya turun deras tanpa henti bersama hujan yang turut membasahi wajahnya.

"aiku…" panggil yukimiya tak sepenuhnya terdengar sebab suaranya ikut menghilang bersama tubuhnya yang sudah tak bisa lagi dia rasakan.

"kaiser."

begitu lengan kaiser ditarik aiku, ia memberontak.

"ngapain?! aiku! MAU NGAPAIN LO AIKU!"

"makasih masih mau nolong gue, makasih udah mau jadi temen gue, kai, aiku, salam buat yang lain ya? maaf gue, maaf gak bisa ikut kalian, gue udah gak bisa bareng kalian lagi."

selesai yukimiya bicara, aiku menarik kaiser untuk kembali pergi dari sana.

"aiku, yuki jangan ditinggal! aiku! lepasin gue bangsat! lepasin, YUKIMYA! YUKI… hiks.. aiku yukimiya… yukimiya masih disana.. aiku.."

aiku hanya bisa diam, dia juga merasakan sakit yang luar biasa dan sama seperti kaiser. yukimiya sempat memintanya agar meninggalkan lelaki itu, yukimiya sempat berbisik kepadanya kalau dia sudah kehabisan darah dan sebagian tubuhnya mati rasa. demamnya sangat parah, panasnya mungkin bisa saja membakar kulitnya sendiri. sudah berapa hari mereka kehujanan, makan sedikit, minum pun kalau ada aliran air pegunungan yang tak sengaja mereka lewati.

karena tak kuasa, tubuhnya tersungkur bersama kaiser. aiku bersujud dengan penuh penyesalan, air matanya turun. ia memang bajingan, tapi meninggalkan temannya sendiri yang tengah sekarat bukan hal yang pernah ia pikirkan akan dirinya lakukan. dia mana tega dengan yukimiya.

"AAAARGH! BRENGSEK! brengsek.. pertama hiori, sekarang yukimiya.. aiku.." kaiser membawa dirinya menghadap ke aiku, dia menarik kerah baju aiku yang sedari tadi menunduk.

"kenapa lo tinggal yukimiya! TEMEN LO SEKARAT GOBLOK! temen lo.." napasnya tercekat oleh sesengguk tangis, "aiku.. temen lo sekarat.." tubuhnya dipukul lemah. "kenapa temen gua diambil, KENAPA TEMEN GUA DIAMBIL TUHAN! ANJING! ANJING! ANJING KEPARAT KALIAN IBLIS—"

Plak

wajah kaiser ditampar. "yukimiya kehabisan darah, kita udah gak bisa nolong dia. udah gak ada jalan lagi selain nunggu tuhan ambil yuki, kai."

"tapi gak begini caranya ku, gak begini kita harus dipisahkan—"

Dor!

tembakan itu dilepas lagi, kaiser bisa mendengarnya, tembakannya bukan lagi mengarah pada langit tapi sebuah objek. begitu kaiser mencoba untuk berlari ke arah yukimiya, aiku menariknya. kaiser masih tak berhenti memberontak.

yukimiya juga tidak ingin mati, yukimiya masih ingin hidup dan tertawa bahagia dengan teman-temannya, dibuatkan mie kocok oleh tabito, bertengkar dengan kaiser yang semata-mata justru semakin memperkuat pertemanan mereka, bertemu shidou, sae, aiku, eita, hiori…

hiori, hiori, gimana keadaan anak itu? sebelum jantungnya berhenti berdetak, yukimiya terbatuk lagi dan kali ini darah yang keluar lebih banyak dibandingkan sebelumnya. kepalanya berat dan pusing, matanya mengerjap beberapa kali akibat kantuk yang melanda.

bu, maafin yuki gak bisa pulang, maafin yuki bu yang lebih memilih buat pergi mencari teman yuki dibandingkan tidur dipangkuan ambuk, maafin yuki bu belum bisa lulus tepat waktu, bu, maafin yuki yang gak bisa tepati janji, yuki minta maaf bu, kepulangan yang yuki janjikan justru bukan pulang ke rumah tempat yuki dibesarkan tetapi pulang ke rumah yuki yang sebenarnya, maaf yuki menghadap tuhan mendahului ambuk, yuki pulang dulu ya, bu.

"aiku, stop.. berenti dulu.. ku dada gua sesak banget, berenti ku.."

kaiser tergopoh-gopoh, tubuhnya merangkak, kepalanya jatuh dalam dengan tangisan yang tak terbendung pun aiku yang memukul dadanya berulang kali tak mampu menutupi rasa bersalahnya karena dia lah yang telah meninggalkan yukimiya mati dalam kesendirian.

tak ada cahaya yang dapat menerangi mereka lagi, malam itu, yukimiya telah berpulang ke pangkuan tuhan, kini tidak akan ada lagi manusia yang berani menyakitinya. selamat jalan yukimiya kenyu, tuhan menyayangimu, terang selalu jalanmu. doa kami menyertaimu, selalu.

Sign up to discover human stories that deepen your understanding of the world.

Free

Distraction-free reading. No ads.

Organize your knowledge with lists and highlights.

Tell your story. Find your audience.

Membership

Read member-only stories

Support writers you read most

Earn money for your writing

Listen to audio narrations

Read offline with the Medium app

Unlisted

No responses yet

Write a response