Hidup Layak di Pulau Jawa

Lugas
4 min readMar 7, 2020

--

Upah minimum selalu diperjuangkan oleh kelas pekerja — kerah biru, demi memenuhi hidup layak. Sementara banyak yang memandang miring para pekerja ini dengan anggapan “tidak tahu berterima kasih”, atau “tidak bisa mengatur finansial”.

Kelas pekerja yang lain — kerah putih — yang hidup dan bekerja di kota-kota besar seperti Jakarta, dan dikelilingi oleh gaya hidup yang tidak murah, tidak ingin disamakan dengan pekerja kerah biru yang kerjanya protes terus. Mereka menganggap upah minimum yang ditentukan oleh masing-masing kepala daerah, dan kemudian dituruti oleh para pelaku industri sudahlah cukup, selama mereka bisa mengatur keuangan dengan baik.

Tapi, apakah benar upah minumum, terutama di Pulau Jawa, bisa menjamin hidup layak bagi para pekerja?

Upah minimum sendiri ditentukan oleh kepala daerah berdasarkan survei mengenai Kebutuhan Hidup Layak (KHL). Walaupun masih banyak menuai pro-kontra, karena di beberapa kota ada yang Upah Minimum Kota/Kabupaten (UMK) masih lebih kecil dari KHL, atau karena komponen yang dihitung dalam KHL versi pemerintah, tidak sesuai dengan komponen yang diinginkan para pekerja.

Survei ini menggunakan data-data UMK 2020 di seluruh Pulau Jawa dan Survei Biaya Hidup (2012) yang disesuaikan dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) tiap tahun hingga tahun 2020.

SBH 2012 hanya mencakup 84 kota/kabupaten di seluruh Indonesia, dan hanya 26 kota/kabupaten di Pulau Jawa sendiri. Untuk melengkapi sisa kota/kabupaten yang tidak diikutsertakan di dalam SBH, maka digunakan metode interpolasi menggunakan perangkat lunak QGIS.

Dengan menggunakan “kalkulator” yang saya buat, anda bisa melihat relasi antara upah minimum dan biaya hidup di masing-masing kota/kabupaten di Pulau Jawa. Anda bisa memilih beberapa kombinasi besarnya keluarga — jumlah orang dewasa yang bekerja maupun tidak, dan jumlah anak. Kemudian anda bisa memilih di mana anda tinggal, atau di mana anda ingin tinggal.

Hasil dari “kalkulator” ini, anda bisa melihat apakah anda bisa hidup sendiri, hidup berdua, memiliki 1 atau 2 anak, atau hidup sebagai orang tua tunggal, dengan upah minimum di berbagai kota/kabupaten di Pulau Jawa. Semakin hijau warna kota/kabupaten di peta, maka semakin layak untuk ditinggali. Sebaliknya semakin merah, maka UMK di daerah tersebut lebih rendah daripada biaya hidupnya.

Pada akhir tahun 2019, Karawang dinobatkan sebagai kota/kabupaten dengan UMK tertinggi di Provinsi Jawa Barat, dan menjadi salah satu yang tertinggi pula di seluruh Pulau Jawa. Sedangkan seluruh Provinsi DI Yogyakarta memiliki UMK terendah di seluruh pulau Jawa, bahkan lebih rendah daripada biaya hidupnya.

Apabila anda hidup berdua, menikah ataupun tidak, tetapi hanya 1 orang yang bekerja, maka tidak banyak daerah di Pulau Jawa yang bisa ditinggali, terutama di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, dan Yogyakarta. Beberapa daerah seperti Jombang, Pasuruan, dan Jember di Jawa Timur, Bogor di Jawa Barat, Tangerang, Serang, dan Cilegon di Banten, layak untuk ditinggali.

Bagi yang hidup berdua, dan keduanya bekerja, hampir seluruh daerah di pulau Jawa layak untuk ditinggali kecuali Purworejo, Magelang, dan Wonosobo di Jawa Tengah, Sampang dan Sumenep di Jawa Timur, dan — lagi-lagi — seluruh Provinsi DI Yogyakarta.

Bagi para orang tua tunggal yang sudah memiliki anak, Pulau Jawa adalah neraka bagi mereka.

Dengan formasi keluarga yang umum, 2 orang tua dengan 2 anak, dan kedua orang tuanya bekerja, Jakarta bukan lagi tempat yang layak dengan mengandalkan upah minimum. Kota-kota satelit Jakarta seperti Tangerang, Depok, Bogor, dan Bekasi adalah pilihan yang tepat untuk hidup dengan kondisi keuangan yang layak.

Survei Biaya Hidup (SBH) 2012 yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) sendiri menggunakan rata-rata dari keseluruhan di tiap kota/kabupaten. Hal ini belum tentu mewakili kondisi nyata banyak orang, seperti komuter — tingginya biaya transportasi, UMK Jakarta dengan biaya hidup Bogor, dan tingginya biaya pendidikan anak yang bervariasi di berbagai daerah.

Tapi dengan riset ini, kita bisa mengetahui bahwa UMK di banyak kota di Pulau Jawa ternyata masih jauh dari layak untuk menghidupi sebuah keluarga ideal — mengikuti standar keluarga berencana.

Apabila kedua orangtua bekerja, maka akan lebih sedikit waktu bagi orangtua untuk bersama anak-anaknya, sedangkan apabila hanya salah satu dari orang tua yang bekerja, belum tentu upahnya bisa menghidupi keseluruhan keluarganya.

Kalkulator ini dapat dikunjungi di laman https://louislugas.github.io/umk-sbh-jawa-map/index.html . Performanya sedikit berat dan lambat, sehingga harus menunggu hingga semua fiturnya muncul. Tidak disarankan membuka laman ini menggunakan ponsel, karena performanya yang terlalu berat.

--

--