Di Meja Makan; Aku dan Kamu.

Genaya.
2 min readNov 27, 2022

Ada aku dan kamu, di antara lantai-lantai beku, di antara temaram lampu dapur yang bohlamnya baru kamu ganti beberapa waktu lalu. Kamu mungkin pandai menyembunyikan ledakan-ledakan di dalam kepalamu, namun, perlu kamu tahu bahwa aku pun tidak masalah turut pusing memikirkan jalan keluar dari labirin pemikiranmu. Aku selalu mau menjadi rasa-rasa yang belum pernah kamu kenali. Aku mau selalu menjadi apa saja yang mungkin untuk kamu ingat untuk jangka waktu yang panjang.

Aku mau memasak sup hangat setiap kali kamu ingin makan; satu mangkuk berdua, kan? Supaya kamu tidak perlu repot untuk mencuci banyak perkakas usai kita selesai dengan agenda menghibur pencernaan. Aku juga mau mengaduk teh hangat di dalam cangkir keramik yang kita buat berdua, mungkin bentuknya tidak seapik milik para pengrajin, tapi mengingat bagaimana rasa bahagia yang meletup-letup ketika membuatnya bersamamu, bentuk seaneh apapun tetap akan jadi yang paling baik di mataku. Aku mau memanggang sedikit kue untuk kita habiskan bersama, kue untuk teman teh dalam cangkir keramik.

Sungguh, selamanya mungkin terkesan jauh di atas kepala. Namun, tetap, aku juga ingin habiskan selamanya dengan hangat; dengan kamu. Selamanya, kita duduk berdua di meja makan, yang sekarang lantainya sudah beralaskan permadani putih tulang. Di sana kita berbagi rasa, tentang hidup, tentang apa saja yang menjadi bagian dari kita hingga yang mikroskopis sekalipun. Di meja makan kayu, kita berdua, selamanya.

--

--